Selasa, 29 Mei 2012

Natin Mengukur Waktu Produktif





Jadi penasaran.
Apa sih isi pesan Natin hari ini. Sebenarnya mereka mengharapkan kalau isi pesan itu relevan dengan issyu yang sekarang sedang hangat dibicarakan. Tapi. Sayang sekali. Kali ini Natin tidak memberikan pesan yang bisa langsung dibaca oleh semua orang. Mesti usaha ekstra sebelum orang-orang bisa membacanya. Meskipun begitu. Nggak ada seorang pun yang beranjak dari tempat itu. Malah mereka semakin terikat oleh rasa penasaran untuk memecahkan teka-teki itu.
 

"Remarkable Indonesia! ...dan Banjirnya Singapura


Oleh: Andre Vincent Wenas


“Meskipun telah menimbulkan pelbagai kesulitan atau bencana bagi ribuan penduduk
Perancis, banjir yang terjadi pada Januari 1955 lebih merupakan suatu Perayaan
daripada malapetaka.” – Roland Barthes, Membedah Mitos-mitos Budaya Massa, 2007
(Mythologies, 1972).

Buat Hidupmu Lebih BERARTI




Kisah yg diterakan dibawah ini mempunyai suatu arti dalam bagi kita para Komisaris/Direksi/Manager/Supervisor/Sales/Marketer :

Simaklah kisah dibawah ini sbb :

Senin, 28 Mei 2012

Pattern for Success




Semangat Pagi!

Ketika seseorang menemukan POLA maka ia akan bekerja dengan hasil yang lebih maksimal dan lebih efisien.
Pagi ini saya akan mensharingkan POLA dari tokoh-tokoh hebat dunia, coba anda perhatikan dari kutipan kata-kata mereka berikut ini.
 

Be A Player

Oleh:  Rahmadsyah Mind-Therapist
 
 
Hanya saya sendiri yang akan menyelesaikan tugas saya. Dan saya harus menunda mengharapkan orang lain menuntaskan pekerjaan saya. Karena hal tersebut mustahil.
#NasehatDiri
Nasehat sang motivator
Hanya pemain yang memungkinkan untuk mencetak goal”. Itulah penggalan penggugah emosi semangat dalam jiwa saya. Saat mengikuti pelatihan motivasi di kampus dulu. Menurut sang motivator. Dalam permainan bola, ada aturan, siapapun boleh mencetak goal dan dianggap sah oleh wasit. Selama orang tersebut adalah pemainnya. Akan tetapi, bila yang menjebolkan gawang penonton. Sudah pasti itu dinyatakan bukan goal.

English Article: How is your basic interpersonal communication skill; I tested mine with a family trip

 

By:  Monika Sugiarto

Dear Friends,

I just got back from a very memorable trip to my home country Switzerland. This trip was long overdue and the reason for it was family. Read all about what I learned about basic interpersonal communication skill when interacting with family:

Rabu, 23 Mei 2012

Antara Asal Jadi dan Bermakna

.


Rezeki seperti harta atau pengalaman berharga. Tidak pernah kita tau kapan dan dari mana datangnya. Oleh karena itu—hanya orang yang siap—pantas menerimanya.
Sekedar menunaikan kewajiban
Khusus untuk ummat muslim. Shalat merupakan ibadah wajib bagi setiap insan mukallaf. Kewajiban atas diri pribadi ini disebut fardhu ‘in. Sehari semalam melaksanakannya sebanyak 5 waktu. Mulai terbit fajar—shubuh. Tengah hari di waktu siang—dhuhur. Sore hari—ashar. Dan saat menjelang terbenam matahari—maqrib. Terakhir di malam hari—isya. Tiada seorang pun boleh meninggalkan ritual ini, apapun kondisi dan keadaannya. Kecuali, tidak mampu shalat lagi. Akhirnya orang lain menyalatkannya. 

Sikap Mental Dalam Menghadapi Orang Sulit

.


Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Catatan Kepala:Ada banyak cara menghadapi orang-orang yang sulit. Namun, tidak ada jaminan jika semua orang sulit bisa diatasi. Jadi selain teknik mengatasi mereka, kita juga perlu memiliki teknik untuk tetap hepi saat berurusan dengannya.”
 
Apakah Anda sering dipusingkan oleh ulah anak buah atau anggota team yang termasuk manusia sulit? Macam-macam bentuk sulitnya. Sulit diatur. Sulit diajak bener. Sulit dikasih tahu. Sulit diarahkan. Sulit dikembangkan. Sulit diajak kerjasama. Serta sulit-sulit lainnya. Kebanyakan leader merasa beruntung jika tidak mempunyai anggota team yang sulit seperti itu. Padahal, sikap seperti itu juga keliru lho. Kenyataannya, keberadaan orang-orang yang sulit itu justru merupakan sarana yang sangat efektif untuk mengasah kemampuan kepemimpinan kita.  
 

Minggu, 20 Mei 2012

Antologi Puisi Ratmaya Urip (Lanjutan)


Tragedi
(Sepotong Puisi Duka untuk Korban Sukhoi dan Korban Bencana Lainnya Termasuk Korban Keganasan Korupsi yang Tak Pernah Berhenti Mengoyak Negeri )

Oleh:  Ratmaya Urip*)


INGIN MAJU? UBAHLAH SIKAP ANDA!


© 2008. Nugroho Adhi W. All rights reserved.

Beberapa waktu yang lalu, masih di bulan Mei 2008, di sebuah sesi sosialisasi standar layanan untuk sebuah BPD (bank pembangunan daerah) di Jakarta, saat mengantri makan siang selesai sholat jumat, saya tidak sengaja 'menguping' pembicaraan para peserta yang merupakan customer service bank tersebut.

Simulakrum: Dunia Seolah-olah Kita


Oleh : Andre Vincent Wenas

“…it is precisely through the evaluating process of the human mind that human
behavior is distinguished from animal behavior, and that man, with his
consciousness, enters an atmosphere of greater freedom.” – Sutan Takdir
Alisjahbana.

Natin Bahagia Karena Berkontribusi




Ada berita yang mengejutkan.
Salah seorang pegawai senior. Tiba-tiba saja mengundurkan diri. Beliau bukan sekedar karyawan senior. Tetapi juga manager yang sudah bekerja selama belasan tahun di perusahaan. Ada juga sih kabar yang menyebutkan kalau beliau itu diberhentikan. Tapi. Perasaan kok nggak ada hujan, nggak ada angin. Tiba-tiba saja kejadian seperti itu. Sepertinya ada apa-apanya.
 

Bekerja Di Tempat Yang Sangat Menuntut

.

Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Catatan Kepala:Bekerja di tempat yang santai itu memang enak. Tapi, hati-hati. Karena tempat kerja yang serba santai bisa membuat kita menjadi malas.”
 
Jika Anda mendapatkan gaji tinggi, tentu Anda merasa senang, bukan? Bagaimana jika disamping mendapatkan gaji yang tinggi itu, Anda juga mendapatkan penugasan yang sulit-sulit? Anda masih tetap senang. Karena, jerih payah Anda menghasilkan bayaran sepadan. Atau bisa juga Anda berpikir sebaliknya; karena dibayar tinggi, maka pantaslah kalau perusahaan menuntut banyak. Anda masih oke-oke saja. Karena pekerjaan berat merupakan konsekuensi logis dari gaji tinggi. Sekarang, bagaimana seandainya Anda mendapatkan gaji setinggi itu, namun Anda tidak diberi tugas apapun? Setiap hari, Anda hanya datang ke kantor. Bengong.  Lalu pulang. Apakah Anda masih merasa senang?
 

3 Things That A Crisis Does To Your Character




A Crisis has three unique effects on your Character. So unique, very few things in this world can do these three things.
1. A Crisis Diagnoses Your Character
You’ll know what kind of Character you have not when everything is rosy, fine, and dandy. Not when the sun is shining. Not when all your plans go smoothly. Not when everyone likes you.
You’ll know what kind of Character you have when your dreams are delayed, when your trials abound, and when your obstacles multiply.
Let me give you an analogy: Your character is like a tea bag.

Sabtu, 19 Mei 2012

Terapi Takut Memprospek Pelanggan




aat Anda berusaha Menghindari Kegagalan, sama artinya Anda sedang berusaha Menolak Keberhasilan.
#NasehatDiri
Training Ease Your Nervouse
Setahun lebih sudah, saya bergabung dengan Tantowi Yahya Public Speaking School sebagai asociate trainer di sana. Dan tahun ini merupakan tahun kedua bagi saya di lembaga pelatihan komunikasi dan MC ini. Alhamdulillah, sampai saat ini masih dipercayakan untuk menyampaikan materi Ease Your Nervouse. Yaitu tehnik mengatasi gerogi, cemas, was-was dan rasa takut lainnya saat berada di depan umum (public speaking).
Sebagaimana lazimnya, setiap bulan TYPSS membuka kelas public speaking I (malam), program reguler ini diadakan di malam hari, setiap selasa dan kamis. Kemarin, selasa, 10 April 2012 saya mengisi untuk sesi teori.
Biasanya saya berangkat dari rumah jam 16.00 dan sampai di Mayapada Tower Sudirman jam 17.30. Saya menggunakan jasa bus way hingga ke Dukuh atas, dan dari DA saya melanjutkan kembali ke Mayapada. Terkadang melanjutkan busway turun di Halte Karet. Kadang juga menggunakan angkutan umum biasa, kopaja atau metro mini. Bahkan, bila saya sampai di DA jam 17.00, saya memutuskan jalan kaki ke sana, supaya tidak terlalu cepat tiba di ruang pelatihan. 
Silaturahim ke Bu Nelvi
Akan tetapi, kemarin selasa, saya tidak langsung berangkat menuju tempat training. Namun saya memutuskan bersilaturahim dengan teman saya, Bu Nelvi Kurnia, Agency Manager asuransi prudential. Kantor Agency group beliau bernaung di Wisma Sentana dekat Mid Palza. Pagi hari saya menulis di kolom status fb beliau “Salam, saya nanti malam mengisi di daerah Sudirman jam 18.00wib. Apakah mungkin kita bersilaturahim sebelumnya?” tanya saya.
Hanya berselang 2 menit kemudian, saya perhatikan icon pemberitahuan fb saya berwarna merah. Tanda ada yang mengometari dan terhubung dengan fb saya. Kemudian saya arahkan kursor ke icon tersebut dan “klik”. Ternyata itu pemberitahuan balasan dari teman saya “Oke Coach, insyAllah bisa. Kita ketemu jam 15.00 ya, jam 13.00 saya ada di Al-Azhar”. Sayapun langsung mengkomfirm “Oke kita ketemu jam 15.00 di Wisma Sentana”.
Konseling agent
Bila biasanya saya berangkat setelah shalat ashar, maka kemarin jam 13.00, saya sudah melaju bergegas dari rumah. Seperti biasa, perjalanan dari rumah ke halte pertanian menggunakan angkot M20, dari sana melanjutkan dengan busway. Dan bagi Anda buswayer (orang-orang pengguna jasa busway) pasti tau. Kalau pagi hari sesak menyesak itu suatu hal yang lumrah. Berbeda di siang hari seperti saya berangkat kemarin. Banyak kursi kosong.
Saya bersyukur, sebelum jam 15.00 telah tiba di kantor bu Nelvi. Sehingga, sambil menunggu beliau balik dari Al-Azhar, saya menuju ke Basemen untuk minum secangkir kopi. Sekaligus menanti shalat ashar di mushola. Posisinya sejajar bersebelahan kantin. Setelah selesai menunaikan ibadah shalat ashar berjamaah. Saya naik ke lantai 2 menuju Agency Pru Power Vision. Di sana saya bertemu dengan bu Nelvi dan dikenalkan dengan 2 shahabat beliau yang merupakan guru di sekolah Al-Azhar. Juga aktif sebagai agen pru. 
Saya bertemu dengan beliau awalnya hanya niat untuk bersilaturahim saja. Karena, menyambung silaturahim, pasti banyak hikmah dan manfaat akan saya dapatkan. Dan langsung seketika itu, manfaat saya dapatkan, bu Nelvi meminta saya membantu 2 orang team beliau itu. Apa kira-kira mental block dalam diri mereka, sehingga belum produktif? Kemudian, kami mencari ruang kosong yang biasa dipakai untuk persentasi, dan sharing kendala yang dihadapi oleh kedua team ini.
Membangun keakraban
Pertama-tama saya memperkenalkan diri dan membangun hubungan selaras dengan dua teman baru saya ini. Sebut saja namanya ibu Tiara dan Juwita. Saya mengatakan kepada mereka “Nama saya Rahmadsyah, saya Trainer Self Potentials Optimizer dan Mind-Therapist, aktifitas bisnis saya bergerak di bidang pendidikan, sama seperti dengan bu Tiara dan juwita. Dan saya teman bu Nelvi”. Saya sampaikan dengan nada rendah dan tempo pelan.
Lalu mereka merespon sambil tertawa-tawa kecil (menandakan suasana ini santai dan menyenangkan) “Kami juga teman bu Nevli, kami lebih duluan mengenal dia”. Langsung saja, saya memanfaatkan jawaban mereka untuk menambah keakraban “Oh ya, betul. Kalau begitu kita sama ya. Sama-sama berteman”. Ucap saya sambil terseyum dan mengikuti tawa seperti mereka. 
Identifikasi masalah dan tujuan
Kemudian saya melanjutkan “Jadi apa yang bisa kita sharingkan nih bu?”. Ibu Juwita langsung memulai “Begini pak Rahmad. Saya setiap mau prospek ada perasaan takut. Jadi bagaimana cara menghilangkan rasa takut saat berjualan?”. 
Kemudian saya menjelaskan “Begini bu ya, sebelumnya ingin saya sampaikan. Saya setiap ada orang terapi atau konseling mengenai pikiran yang menghambat melangkah, jarang sekali menbantu untuk menghilangkan pikiran tersebut. Karena, saya yakin, setiap pikiran yang kita miliki pada dasarnya baik. Cuma terkadang bukan pada tempatnya saja dan mudhoratnya lebih banyak. Contohnya saja, “Malas”. Sebenarnya malas itu baik, tubuh mau kita tidak lelah hanya mau santai saja. Cuma itu kurang tepat, banyak membuat pekerjaan kita jadi terbengkalai. Tapi bayangkan, kalau kita malas mengatakan kejelekan orang lain, itu sungguh baik sekali kan?
Ibu Juwita dan Tiara mengangguk mengiyakan penjelasan saya. Kemudian saya memperjelas mentalblock pada beliau berdua “Nah, hal bijak kita lakukan adalah mengetahui, apa sebenarnya yang ibu takutkan? dan menyadari, apakah alasan takut itu berafedah atau tidak?” Saya mengarahkan telapak tangan kanan saya terbuka ke atas—ke arah ibu tiara—isyarat supaya beliau duluan menjawabnya.
Apa pak ya, bingung saya” Sambil melihat-lihat ke atas mencari tau apa yang beliau takutkan. Lalu saya menaikkan alis saya sedikit sambil terseyum “Pasti ada lho bu”. Kata saya. “Oh ya, saya takut ditolak” kata beliau. Kemudian saya menggali lebih dalam “Sebenarnya apa yang ibu takutkan?”. “Eeeemm, saya takut gagal pak”. Jawab beliau.
Spontan saya merespon “Ooo bagus. Kalau begitu, yang membuat ibu selama ini belum produktif, tidak memprospek, karena ibu menghindari penolakan. Dan ibu menghindari penolakan karena tidak mau gagal, benar begitu?”. Saya menjelaskan itu—menvisualkanya dengan menggunakan tangan kanan saya—sambil menggelombang ke belakang setiap stepnya. Tidak bergerak, takut ditolak, dan takut gagal. “Iya” ibu tiara menjawab dan mengangukkan kepalanya. 
Terus, apa yang ibu inginkan?” tanya saya lagi. “Saya mau berhasil pak”. Kemudian saya menarik mudur tangan saya sedikit dari simbolik step yang beliau takutkan. Dan saya sampaikan “Jadi yang ibu mau ini bu ya, berhasil. Dan cara memperolehnya dengan berjualan bu kan?”. Setelah ibu tiara mengiyakan, saya menciptakan paradigma baru kepada beliau. Dan menggunakan analog marking tadi.
Takut gagal = menggagalkan keberhasilan
Perhatikan ini bu ya, tadi ibu sudah menyadari, ibu tidak memprospek karena menghindar ditolak. Dan takut ditolak karena ibu tidak mau gagal. Sementara ibu Tiara mau berhasil. Dan syarat berhasil adalah dengan memprospek atau melakukan penjualan. Berarti, (saya meninggikan suara saya sedikit) saat ibu takut gagal = ibu telah menggagalkan keberhasilan ibu iyakan?” Beliau mengangguk dan menjawab “Iya pak ya”.
Jadi, apa yang ibu Tiara putuskan sekarang?” Saya bertanya agar beliau mengambil keputusan. “Ya saya harus prospek dan menjual” Jawab beliau. Lalu saya menegaskan “Tidak keharusan lho bu. Ini bu yang menjalankan. Dan ibu perhatikan kembali, pada saat ibu melakukan prospek, kemungkinan yang akan terjadi adalah dua hal. 50% ditolak (gagal) dan 50% beli (berhasil). Tapi, saat ibu tidak memprospek dan menjual. Maka itu artinya ibu sudah menggagalkan keberhasilan 100%”. “Iya pak benar”. Jawab bu Tiara. 
Setelah memastikan ibu Tiara mempunyai sudut pandang baru. Kemudian, saya, Bu Nelvi dan kedua temannya, berdiskusi tentang passion. Sampai jam 17.00 ada leader lain mengetok pintu ruangan memberitahunkan, bahwa kelas tempat kami ngobrol mau dipakai untuk persentasi produk kepada agen.
Keluar dari sana saya langsung menuju tempat pelatihan Ease Your Nervouse. Sementara ibu Nelvi, Tiara dan Juwita, pulang ke tujuannya masing-masing (rumah).
Ciganjur, Rabu, 11 April 2012 
Note: Seminggu setelah terapi, saya bertemu dengan Leader mereka. Info dari beliau, alhamdulillah selesai terapi, sekarang sudah berani bertemu orang untuk prospekting.

Rahmadsyah Mind-Therapist

Rabu, 16 Mei, 2012 00:18

Rabu, 16 Mei 2012

THE FINE DAY 16.05.2012 : "The Concept of Credit Card"

.
Oleh:  Freddy Pieloor

Dear Keluarga MnL yang penuh cinta,

Selamat pagi dan salam sejahtera,

Dalam perjalanan menuju ke kantor, dan sesuai dengan jadwal saya di LITEFM pagi ini, saya ingin share pada THE FINE DAY dengan tema:

"The Concept of Credit Card"

Bila Anda menggunakan Google dan mencari tahu dengan menuliskan kalimat tema maka Anda akan memperoleh beberapa informasi al.:
- sebuah kartu plastik yang diterbitkan institusi keuangan sbg alat pembayaran dengan berhutang
- sebuah kartu yang banyak dimiliki oleh orang saat ini
Dan banyak lagi.

Dahulu kartu kredit (KK) sulit untuk dimiliki, namun sekarang KK ini ditawarkan secara "MURAHAN" & sudah tidak berkelas, karena hampir semua orang memilikinya. Bahkan yg platinum sekalipun. Saya sangat sering ditawarkan, dan saya ucapkan : "TIDAK, TERIMA KASIH!"

KK dalam W4H:

WHAT: Kartu plastik utk lakukan pembayaran dgn berhutang
WHY: Utk mudahkan, mengamankan transaksi dan menunda pembayaran hingga tgl jatuh tempo, serta utk Emergency
WHEN: Saat traveling, belanja bulanan, belanja terencana dan ter-budget serta saat Emergency (sakit dan kecelakaan)
WHERE: Hotel, Resto dlsb
HOW: Budgetkan pengeluaran, baru gesek. Terima tagihan, bayar lunas. Gitu aja kok repot!

---------

Memilih KK? Bagaimana memilih KK?

Risiko tidak membayar tagihan KK? Kematian? Atau Cacat? Atau malu?

Bagaimana bila sudah terjebak dalam lumpur hutang?

Ada 2 profesi akibat KK yaitu: "Problem Solver":
1. Debt collector (problem solver bg penerbit kartu)
2. Debt "Lawyer" ("problem solver" bg pengutang)

----------

Apakah sebaiknya hutang KK dilunasi atau dicicil?

Bagaimana dengan fenomena "GALI LUBANG TUTUP LUBANG"?

----------

Bila ada waktu dengarkan LITEFM 105.8 jam 9-10 pagi ini tgl. 16.05.2012 di SIMPLE PLAN!

Kita akan bincang tentang KARTU SAKTI bila Anda bijak, dan KARTU SAKIT bila Anda kurang cerdas!
KARTU KREDIT BUAT ANDA TIDAK PEKA KALA LAKUKAN PEMBAYARAN, SEAKAN ANDA MEMBAYAR BUKAN DENGAN UANG ANDA!

Rasakan perbedaannya:
"Bawalah uang tunai Rp.8 juta, untuk membeli gadget SAMSUNG terbaru. Lakukan pembayaran dengan uang tunai tsb!"
"Saat jalan-jalan ke mall, Anda lihat SAMSUNG terbaru, Anda naksir dan membelinya seharga Rp.8 juta dengan menggesek Kartu Plastik itu!"

Apa yang Anda rasakan atas ke 2 peristiwa tsb?

Salam,
Andreas Freddy Pieloor
Family Financial Planner
Selasa, 15 Mei, 2012 18:31

Menyesuaikan Diri Dengan Perubahan

 '
Oleh:  Dadang Kadarusman


Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Catatan Kepala:Berubah itu memang tidak selamanya enak. Tapi tidak selamanya tidak enak kok. Terutama kalau kita menyadari manfaat jangka panjangnya untuk diri kita sendiri.”
 
Perusahaan Anda terus berubah? Mestinya sih demikian. Jika tidak, maka Anda sebaiknya berhati-hati. Karena perusahaan yang tidak berubah, akan ketinggalan zaman. Dan sangat rentan untuk dikalahkan oleh kompetitornya yang berubah secara dinamis. Iya sih. Tapi..., kalau perusahaan mengalami perubahan; berarti kita sebagai karyawan harus ikut berubah juga toh? Iyya dong. Wah, kalau begitu tidak enak dong. Bukankah lebih nyaman jika kita begini-begini saja? Heeeey..., jika kita memilih ‘begini-begini’ saja, maka tidak akan pernah ada perbaikan. Dan sampai pensiun pun kita akan ‘begini-begini’ saja. So, kalau kita ingin mendapatkan peluang dimasa depan; maka kita harus mendorong perusahaan untuk melakukan perubahan. Dan menyesuaikan diri dengan perubahan yang dicanangkan perusahaan. Bersediakah Anda?
 

Opini & Diskusi: "Peluang Kerja Asuransi"

OPINI:

 

1.  Henry Sulistyo

DICARI yang ingin berbisnis asuransi menjadi AGENT Financial Consultant (FC) & Business Mgr (BM) YANG SIAP MENJADI KAYA!!

GENERALI-Perusahaan Asuransi terbesar di dunia dari Italy, berdiri sejak 1831 sangat terkenal di Eropa karena produk asuransinya yang dahsyat termasuk system proteksi investasinya dengan metode ARMS(Auto Risk Management System) dimana merupakan produk satu-satunya yang dipatenkan untuk 20thn!!

Opini & Diskusi: "Siapakah Sasaran Customer "Asuransi"?"

OPINI:

1.  S. Djojonegoro:

Rekan managers,
Berbicara tentang asuransi, kebanyakan sasarannya selalu kaum menengah atas dengan premi yang sangat besar.
Pernahkah berpikir jika kaum menengah atas sudah terlalu banyak membeli asuransi?

Market yang diperebutkan ~idem~ alias selalu sama.

Perlunya berpikir kreatif. Mencari pasar lainnya yang nyaris tidak pernah dilirik..
Kaum menengah bawah. Secara volume sangat besar.

Kapan????

CF
Selasa, 15 Mei, 2012 06:21
========== ========

DISKUSI:


2.  Nurmansjah Soleiman:


Dear rekan managers,

Sebenarnya sudah ada perusahaan-perusahaan asuransi jiwa yang (juga) melayani pasar kaum menengah bawah, bahkan saya pernah dijajaki untuk menangani perusahaan yang bergerak dalam micro-insurance.

Tapi tentunya hal ini tidak bisa dipaksakan, karena tiap-tiap perusahaan bebas memilih pangsa pasarnya masing-masing.

Sama seperti Starbucks tidak bisa dianjurkan untuk juga melayani pasar masyarakat pencinta kopi di terminal-terminal bis luar kota, misalnya.


Satu hal, mengenai pertanyaan Anda: "Pernahkah berpikir jika kaum menengah atas sudah terlalu banyak membeli asuransi?"

Mengejutkan jawabannya, karena ternyata justru kaum menengah atas lah yang masih sangat terlalu sedikit membeli asuransi. Dalam arti bahwa kaum menengah atas lah yang memiliki gap terbesar antara jumlah asuransi yang seharusnya dimiliki dengan jumlah pertanggungan aktual yang sudah dimiliki.


Terima kasih.

Life is NOT a game... No chance for put another coin in!
Selasa, 15 Mei, 2012 06:53
============= =====

3.  Rky Refrinal Patiradjawane:


Pak Nurmansyah,

Penjelasan anda tentang ansuransi sangat komprehensif dan sangat menarik dicermati, menggambarkan kepraktisian anda yang sangat teruji.

Namun saya agak tertarik mennayakan tentang defenisi kalangan menengah keatas, menengah dan menengah kebawah menurut kacamata anda, sehingga gambarannya lebih clear.

Salam..

Rky...memberi janji..bukan bukti..hehehe...

Rky Refrinal Patiradjawane
Praktisi Riset Pemasaran dan Strategi
Selasa, 15 Mei, 2012 07:19
=============== ===

4.  Satyawardhana:


Bisa minta contoh asuransi menengah kebawah pak? Karena yang saya lihat selama ini lebih banyak yang menengah keatas.

Satyawardhana
Selasa, 15 Mei, 2012 07:50
=========== =======


5.  Marhendro:


Rky,

Ukuran untuk kalangan menengah ke atas, menengah, dan menengah ke bawah yg komprehensif apa ya?

Materi?
Bisnis sector oriented?
Atau apa?

Thank You
Selasa, 15 Mei, 2012 07:56
================ ==

6.  Nurmansjah Soleiman:


Pak Rky, terima kasih banyak atas komplimen nya.

Terus terang saya tidak terlalu memikirkan mengenai batasan pangsa pasar kalangan menengah ke atas, menengah, dan menengah ke bawah...

Saya menjawab karena tertarik dengan pendapat yang dituliskan oleh
Life is NOT a game... No chance for put another coin in!

Selasa, 15 Mei, 2012 09:13
=============== ===

7.  Rky Refrinal Patiradjawane:



Mahendro,

Terima kasih atas emailnya,
Sebenarnya ini hal yang saya tanyakan pada Pak Nurmansyah dan personal yang membuat statemen awal.

Tentunya perdebatan akan rendah valuenya jika ternyata berdebat dengan intensitas yang tinggi, ternyata parameter yang digunakan berbeda untuk clustering tersebut.

Jadi sebaiknya pembuat statement awal dan Pak Nurmansyah menyamakan persepsi dulu, karena defensini untuk clustering ini sangat beragam, tergantung pada espektasi atas target market.

Salam,

Rky Refrinal Patiradjawane
Praktisi Riset Pemasaran dan Strategi
Selasa, 15 Mei, 2012 08:40
============== ====


8.  Erwin Wangsamulja:


Pak Rky,

Baru terpikir mau bertanya batasan para kaum ini....sudah keduluan...
Pastinya dibatasi oleh penghasilan yang diperoleh yah....

Atas, diatas 240 juta
Menengah atas, 120 - 239 juta
Menengah bawah, 60 - 119 juta
Bawah, dibawah 60 juta

Silahkan pendapat yang lain.....

Erwin

Selasa, 15 Mei, 2012 08:59
=============== ===

9.  Erwin Wangsamulja:


Terbersit pikiran nakal....untuk kalangan menengah ke bawah itu seperti
Jasaraharja? Jamsostek?
Kedua contoh tersebut dimiliki hampir seluruh kalangan.

Erwin
Selasa, 15 Mei, 2012 09:38
=========== =======

10.  Nurmansjah Soleiman:


Bisa saja Pak...

Perusahaan asuransi jiwa biasanya tidak hanya menjual 1 jenis produk asuransi jiwa.

Dahulu waktu saya masih aktif sebagai tenaga pemasaran (agen) di salah satu perusahaan asuransi jiwa, saya banyak menjual produk asuransi kecelakaan yang preminya mulai dari Rp 280,000 per tahun dengan pertanggungan sudah mencakup asuransi kematian karena kecelakaan sebesar rp 40 juta rupiah, biaya pengobatan/perawatan rumah sakit karena kecelakaan s/d 4 juta rupiah serta santunan cacat tetap karena kecelakaan mulai dari 2 juta rupiah (kehilangan 1 jari kaki) s/d 40 juta rupiah(kehilangan fungsi 2 anggota badan utama).

Saya juga banyak menjual produk asuransi jiwa seumur hidup dengan premi +/- 300 ribu per 3 bulan dengan uang pertanggungan sebedar 40 juta rupiah (kalau saya tidak salah ingat, maklum sudah cukup lama).

Saya tidak tau tepatnya apakah produk2 seperti itu masih ada dijual atau tidak, tapi saya yakin masih ada cukup banyak produ yang bisa dibeli oleh kalangan menengah ke bawah di Indonesia.

Nah, kalau di tanya lagi batasan untuk kelas menengah nya, saya tetap tidak memiliki jawaban yang tepat... Saya lebih banyak memutuskan (dalam pikiran saya saja) apakah seseorang menengah ke bawah atau menengah ke atas, hanyalah by feeling saja... Karena toh buat saya, saya tidak terlalu membeda-bedakan berdasarkan kelas-kelas tersebut.

Yang pasti, bagi saya, asuransi jiwa adalah produk yang HARUS, atau kalau orang Betawi bilang: KUDU dimiliki oleh setiap orang, kalangan menengah ke atas maupun menengah ke bawah. So, why bothers if he/she belongs to what group... Misi saya, sebanyak mungkin orang harus tau manfaat produk asuransi jiwa dengan benar.

Terima kasih.

Salam,

Nurmansjah Soleiman
Selasa, 15 Mei, 2012 09:29
================ ==

11.  Marco Gondo:


Mungkin yang dimaksud kaum menengah keatas disini adalah kaum investor/pemilik modal ya lebih enaknya.

Kalau nurut saya, jika benar kaum 'menengah atas' masih terlalu sedikit membeli asuransi itu dikarenakan mereka tidak membutuhkan jenis asuransi tertentu.

Barangkali mereka sudah paham bahwa ada 2 jenis asuransi yang akan dipilih :

1. Yang pertama, asuransi jiwa/kesehatan. Mungkin jika terjadi sesuatu terhadap dirinya (masuk RS, meninggal) dia sudah punya asset yang akan 'berperan' seperti perusahaan asuransi : membayar biaya RS, memberikan warisan, dll.

Dan kalau benar demikian, berarti mereka tidak membutuhkan asuransi jiwa/kesehatan. Dalam hal ini ketimbang membayar premi lebih baik digunakan untuk menambah investasi.

2. Yang kedua, asuransi harta benda (rumah/pabrik/kendaraan).

Nah kalau jenis ini kemungkinan besar akan diasuransikan. Karena ini adalah asset utama yang harus dijaga dan kalau sampai musnah (terbakar, rusak), maka musnah jugalah hidupnya.

Ini cuma dugaan saja ya.
Selasa, 15 Mei, 2012
========== ====


12.  Rky Refrinal Patiradjawane:

Dear Pak Nurmansjah dan Managers,

Sama halnya dengan anda yang mempertanyakan parameter 'besar' dan 'terlalu besar' maka seharusnya anda pun bisa menjabarkan defenisi kalangan menengah keatas, menengah kebawah dan menengah, sehingga menjadi acuan angka yang menjadi dasar untuk menyamakan persepsi.

Jika anda menggunakan logika anda untuk membuat pernyataan bahwa 'ternyata pembeli terbesar asuransi adalah kalangan menengah kebawah' tanpa dasar yang kuat dan parameternya adalah 'yang anda pikirkan' maka yang saya khawatirkan adalah justru disanalah pokok masalahnya, karena bisa jadi 'yang anda pikirkan' dan 'orang lain pikirkan' tentang clustering target market ini berbeda secara faktual dan bahkan tidak beririsan sama sekali.  Karena bisa jadi kalangan menengah kebawah menurutu anda adalah kalangan menengah kebawah menurut lainnya.

Jangan sampai perdebatan sudah ke langit, namun bumi dimana berpijak tidak menjadi acuan, sedangkan disitulah gravitasi terbesar, sehingga terjadi perdebatan yang 'tanpa dasar yang kuat' dan 'tidak bunyi'

Mungkin ini sebatas himbauan saya sebagai moderator milist ini pada seluruh member agar menyertakan parameter dalam setiap pernyataan.

Salam,

Rky Refrinal Patiradjawane
Praktisi Riset Pemasaran dan Strategi
Selasa, 15 Mei, 2012 17:20
============== ====

13.  edi_santoso:


Dear Pak Marco

2. Yang kedua, asuransi harta benda (rumah/pabrik/kendaraan).

Nah kalau jenis ini kemungkinan besar akan diasuransikan. Karena ini adalah asset utama yang harus dijaga dan kalau sampai musnah (terbakar, rusak), maka musnah jugalah hidupnya.

Ini memang merupakan faktor resiko yang umum terjadi, namun ada faktor lainnya yg tidak kalah penting yaitu hilang atau habisnya asset karena resiko penyakit kritis.

Sedangkan menurut saya yang terbagi dalam klasifikasi menengah keatas adalah seseorang yang mempunyai perusahaan, usaha dan investor, dimana UP jiwa yang dibeli untuk memproteksi penghasilan  ataupun memproteksi assets.

Asset tanpa proteksi asuransi pun akan bisa habis seketika ketika memang penyakit yang diderita sangat serius, kecuali jika memang dia telah memiliki assets yang sangat besar. Sehingga menurut saya menengah keatas pun terbagi lagi menjadi beberapa tingkatkan sangat kaya, cukup kaya dan kaya.

Untuk klasifikasi menengah adalah orang yang memiliki penghasilan antara 5 s/d 20 jt perbulan.

Untuk menengah kebawah pun terbagi menjadi beberapa bagian, dari staff / karyawan swasta, pemilik warung, sampai dengan orang yg memiliki pekerjaan seperti satpam. Yang beda dengan kelas menengah kebawah yang dikaterogikan hidup yg tidak cukup, dibawah garis rata2.

Seseorang dapat dikatakan miskin ketika sebelum menerima gaji / honor atau yg lainnya, uang sudah habis dan tidak mencukupi sehingga utk memenuhi kebutuhannya harus menjual barang, mengadaikan atau meminjam.

Asuransi dapat di beli oleh semua kalangan, dan produk asuransi pun sangat bervariasi  dari yg murah sampai ke mahal, namun tidak dapat dibeli oleh orang2 yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya sebelum tanggal menerima gaji / honor.

Pendapat saya diatas merupakan pendapat dari kaca mata saya, yang saya rasakan dilapangan selama ini.


Salam

Djap Edi Santoso
Selasa, 15 Mei, 2012 16:10
============= =====

14.  Nurmansjah Soleiman:


Dear Pak Rky dan para managers,

Saya setuju dengan pendapat Anda... Karena itu sebenarnya di tulisan saya saya sudah menjelaskan panjang lebar... Tapi entah mengapa tulisan saya ternyata "terpotong" hanya menjadi 1 alinea... Alinea ke 2 pun hanya 1 kalimat. Padahal seingat saya, tulisan saya ada 10 alinea lebih. Mohon maaf.

Btw, saya tidak merasa pernah menuliskan:  'ternyata pembeli terbesar asuransi adalah kalangan menengah kebawah'.

Karena menurut saya hal itu juga tidaklah benar.


Terima kasih...

Salam,

Nurmansjjah Soleiman
Selasa, 15 Mei, 2012 17:31
================ ==


15.  sdjojonegoro:


Batasan menengah atas, coba deh para pemain asuransi bisa jawab detail.

Saya orang awam yang hanya membeli asuransi. Dengan UP. 2 milyar, 3 Milyar...bisa dicheck berapa premi per year, dan berapa pendapatan per bulan untuk cover biaya asuransi.

Hebatnya agen asuransi selalu mengejar UP fantastis tanpa memikirkan bagaimana mereka dengan salary per bulan 5 juta kebawah bisa membeli asuransi.

CF
Selasa, 15 Mei, 2012 18:29
============== ====

16.  Ang Harry Tjahjono:


Pak Nurmansjah,
Bisakah diresend ke milis email anda yang tertulis dibawah?
Karena kelihatannya terpotong.

Thanks
Harry T
Moderator
Selasa, 15 Mei, 2012 19:01
================== =


16.  BERSAMBUNG

Senin, 07 Mei 2012

PERIBAHASA


Oleh: Ratmaya Urip*)

Dalam kehidupan sering kita jumpai Peribahasa. Banyak di antaranya yang masih relevan untuk disandingkan dengan kekinian, namun banyak pula yang nampaknya perlu disesuaikan.

Artikel ini terinspirasi dari munculnya beberapa peribahasa yang disampaikan oleh salah satu anggota milis The Managers Indonesia (TMI), yang kembali ditampilkan dalam suatu diskusi tentang suatu topik diskusi yang menarik.

Peribahasa dimaksud adalah: "air beriak tanda tak dalam" dan "tong kosong nyaring bunyinya". Di samping itu juga ada beberapa peribahasa lain di luar kedua peribahasa tersebut yg dapat dijadikan bahan telaah.
Adapun Peribahasa tersebut adalah:

"PROFESIONAL"-APA PULA ITU?


Oleh: Ratmaya Urip*)


Menyimak diskusi untuk thread ini, saya tergelitik untuk beropini seperti apa yang tertulis di bawah ini.

Membahas tentang topik Profesional, kita wajib berangkat dari standar yg telah ditetapkan untuk itu. Itu jika merujuk pada Quality Management System maupun Performance Management System.  Jika memenuhi requirements dalam hal ini memenuhi ketentuan-ketentuan yang ditetapkan sebagai standar untuk disebut sebagai Profesional, maka sah-sah saja jika disebut sebagai Profesional.

Bicara tentang standar, kita bicara tentang definisi dan atau requirements minimum yg dibutuhkan untuk meet with the requirements.

THE FINE DAY 02.05.2012 : "THE CONCEPT OF INSURANCE"


 Dear Keluarga MnL yang berbahagia,

Selamat pagi,

Apa kabar?
Semoga Anda dan keluarga dalam keadaan sehat, senang dan sejahtera senantiasa.

Saya bahagia bisa menjumpai Anda kembali, dan itu pertanda umur kita sudah bertambah 1 minggu.

Kali ini dalam momen The Fine Day saya ingin share dengan tema:


"The Concept of Insurance"

Realitas Kosmetik


Oleh: Andre Vincent Wenas

“Kita telah mencapai suatu masa saat kosmetik menggantikan ideologi sebagai bidang keahlian yang harus dikuasai oleh seorang politisi.” – Neil Postman.

***

     Media-massa (radio, tv, cetak) adalah wahana melalui mana seseorang disuguhi dan karenanya dapat memahami realitas. Namun sejak instansi pertama perlulah disadari bahwa media-massa selalu berdiri di atas perspektif tertentu. Karenanya media dalam penyajian (audio, visual, tulisan) senantiasa “memerangkap” sekaligus juga “mengungkap” realitas ke dalam atau lewat kerangka-acuan (frame of reference) serta medan-pengalaman (field of experience) tertentu pula.

***

Kau Yang SALAH



Oleh: Febryan Lukito

 'Kau yang SALAH!!! Bukan aku.' Teriak A kepada B.
'Gak! Aku gak salah. Kau yang SALAH!' Balas B. 'Kalau saja kau dulu tak begini... Gak akan seperti ini....'

Terus menerus para pendengar disuguhkan teriakan demi teriakan antara A dan B yang sama-sama berkeras tak SALAH.

Berapa banyak di antara kita yang seperti itu? Entah apa yang dipermasalahkan A dan B tadi. Entah pula siapa yang sebenarnya 'benar-benar' salah.

HAMBATAN DALAM COACHING





Tidak sedikit hambatan dalam melaksanakan coaching yang baik dan benar. Mengingat satu dari berbagai manfaat coaching adalah meningkatkan keterampilan sales-reps / medical reps dengan cara mengembangkan kemampuan presentasi penjualannya ke pelanggan atau calon pelanggan, maka seyogyanya coaching ini dilakukan lebih sering oleh atasannya. Walau mungkin supervisor/ASM/DSM selalu menunjukkan jari ke training manajer dengan maksud seharusnya Training Manajerlah yang melaksanakan coaching ini. Namun hal itu sama sekali tidak benar! Seperti telah disebutkan dalam artikel Coaching sebelumnya bahwa tugas coaching adalah tugas atasan sales-reps bersangkutan, bukan orang lain. Bukan juga konsultan! 

KOMPETENSI & PERSONALITY MARKETER




Menyambung tulisan saya tentang 'Fenomena Market Leader dan Market Follower' salah satu member milist ini mengirimkan email kepada saya via Japri yang mempertanyakan tentang kompetensi seorang marketer dalam menghadapi persaingan di pasar yang memiliki intensitas tinggi.  Mengingat pentingnya pertanyaan ini dan keraguan akan komepetsni untuk menjawab, maka saya berinisiatif memberikan jawaban melalui milist ini, dengan harapan para praktisi dapat mengoreksi dan mengomentasi, dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada rekan yang bertanya.

Kamis, 03 Mei 2012

THE FINE DAY 02.05.2012 : "THE CONCEPT OF INSURANCE"


Oleh:  Freddy Pieloor

Dear Keluarga MnL yang berbahagia,


Selamat pagi,


Apa kabar?
Semoga Anda dan keluarga dalam keadaan sehat, senang dan sejahtera senantiasa.


Saya bahagia bisa menjumpai Anda kembali, dan itu pertanda umur kita sudah bertambah 1 minggu.


Kali ini dalam momen The Fine Day saya ingin share dengan tema:


"The Concept of Insurance"

Natin Bekerja Sepenuh Hati


Oleh:  Dadang Kadarusman

Akhirnya…
Semua persiapan sudah selesai. Pengeras suara. LCD projector. Sofa. Meja dengan vas bunga yang cantik. Dan backdrop. Semuanya sudah siap. Sekarang semua panitia bisa bernafas lega. Sekalipun didalam dada masih ada deg-degan yang tak bisa hilang.
 
Para peserta sudah duduk rapi di kursinya masing-masing. Sepuluh menit lagi, tamu istimewa itu datang. Pemilik utama perusahaan. Beliau adalah sang pendiri yang membangun perusahaan ini dari nol. Hingga menjadi group sebesar seperti saat ini.
 

Oleh:  Freddy Pieloor

Dear Sahabat Milis yang berbahagia,
Selamat pagi,

Pagi ini saat saya membaca sebuh buku NLP - The Quantum of Change, saya memperoleh sebuah istilah dalam buku tsb :
"WALK THE TALK".

Saya juga pernah menonton film musik "True Story" dengan judul:
"WALK THE LINE"

Lalu guru saya, Brian Tracy berkata:
"Buatlah buku atas pengalaman yang telah kamu lalui dan hasil yang telah kamu capai!"
Lanjut Brian Tracy:
"Jangan membuat buku tentang Sukses bila kamu belum mencapai sukses, dan jangan membuat seminar tentang kaya bila kamu belum kaya!"

Selasa, 01 Mei 2012

DIKOTOMI GENERASI TUA VS GENERASI MUDA DALAM PERSPEKTIF KEPEMIMPINAN BANGSA


Oleh: Ratmaya Urip*)


Perihal dikotomi generasi tua versus generasi muda dalam kepemimpinan bangsa, adalah issue klasik, yang menurut saya berpulang pada kepentingan.

Secara teoritis, Generasi Muda, dipandang secara umum masih memiliki idealisme yang tinggi, diharapkan mampu untuk tidak tercemar oleh polusi kepentingan sempit yang pragmatis. Sehingga diharapkan, idealismenya dapat mampu membawa visi berbangsa dan bernegara menjadi lebih akurat dan presisi.

Creating Engagement Through Gamification




Dear Rekan2 Managers yang saya cintai,


Kembali lagi bersama saya Thomas Digital Marketer 3.0, kali ini saya ingin sharing mengenai bagaimana menciptakan engagement dengan teknik Gamification, semoga bermanfaat.

Mimpi dan Atmosfer


Oleh: Andre Vincent Wenas


  Mulai dengan mimpi sampai akhirnya berani menetapkan sasaran, bertekad ambil
keputusan lalu dengan persisten menciptakan serta menjaga atmosfir usaha yang
kondusif. Ketiga hal itulah yang menjadi fondasi keberhasilan memulai dan
keberlanjutan usaha.

  Sekilas cerita tentang seorang tokoh Perang Dunia kedua, Jenderal Bernard
Montgomery, komandan lapangan pasukan Inggris di padang pasir Mesir yang juga
terkenal dengan sebutan Tikus Gurun (The Dessert Rats), ia adalah musuh
bebuyutannya Erwin Rommel, seorang jenderal lapangan yang sangat brilian di
pihak Jerman.

Cara Menjadi Orang Penting


Oleh:  Dadang Kadarusman

Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Catatan Kepala:Seseorang yang kehadirannya bisa memberi manfaat kepada orang lain, akan selalu dianggap penting. Karena keberadaannya, penting bagi orang lain.”
 
Salah satu keinginan mendasar setiap orang adalah; dihargai atau dianggap penting oleh orang lain. Sayangnya, kita tidak selalu mendapatkan apa yang kita inginkan itu. Ada kalanya, orang lain tidak peduli akan keberadaan kita. Pergi tak ganjil. Datang tak genap. Mereka tidak menganggap kita ada. Benar. Kita bisa cuek saja. Tetapi sebagai mahluk sosial, kita tidak disiapkan untuk hidup dalam lingkup seperti itu. Kita butuh pengakuan dari orang lain. Pengakuan atas keberadaan diri kita. Kita. Butuh orang lain menganggap diri kita penting. Lantas, bagaimana caranya menjadikan diri kita penting?
 

Natin Meresapi Nilai Luhur Perusahaan

Oleh:  Dadang Kadarusman

Khoek. Puh!
“Ini kopi apa-an sih?!” Teriak Opri. “Elo yang bener dong kalau bikin kopi buat gue.” Matanya melotot kearah Jeanice.
 
Ini adalah hari melayani. Orang yang kebagian bertugas untuk melayani, harus menyediakan minuman untuk temannya yang sedang kebagian giliran untuk dilayani. Jeanice. Kebagian melayani Opri.
 

Soal Memberi Pelajaran Damai bagi Malaysia




"Apakah kebaikan berbanding lurus dengan keburukan? Saya rasa, tidak. Jika, mereka berbanding lurus,
manusia dan Tuhan tak usah bersusah-payah mengangkat-ngangkat kebaikan [Sorga] dengan menunjuk NabiNya, beramal setengah mati, berjuang susah-payah melawan kejahatan dan dosa,  menumpuk amal, dst. Tetap saja yang dilakukan manusia, pada umumnya buruk adanya, termasuk negeri tetangga kita, terhadap 3 TKI NTB yang ditembak mati oleh 3 polisi Malaysia secara brutal, di kepala dan dadanya.

BERPIKIR BISNIS




© 2007. Nugroho Adhi W. All rights reserved.



Seorang ‘difference maker’ adalah orang yang mampu memberikan keuntungan untuk perusahaan tempatnya bekerja. Seorang ‘difference maker’ selalu memfokuskan dirinya pada kreativitas dan inovasi yang menterjemahkan mimpi atau ide menjadi kenyatan berupa produk atau jasa yang pada akhirnya memberikan keuntungan pada tempatnya bekerja.

Mengambil Pelajaran Dari Kesalahan


Oleh:  Dadang Kadarusman

Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Catatan Kepala:Tidak semua kesalahan perlu kita sesali. Ada kesalahan yang bahkan patut kita syukuri.”
No body’s perfect. Kita semua sudah sejak lama memahami kalimat itu. Tak ada seorang pun yang sempurna. Makanya, setiap orang boleh melakukan kesalahan. Namun. Kenyataannya kita tidak selalu dapat menerima kesalahan yang dilakukan oleh orang lain. Makanya, ketika orang lain melakukan kesalahan; kita dengan mudahnya memberikan penilaian buruk kepada mereka. Padahal, jika kita melakukan kesalahan; bukankah kita menginginkan kesempatan kedua?