Jika Aku Dapat Memilih Rahimku
(Tangis pilu bangsaku untuk Ruyati binti Saboti, yang terenggut nyawanya bukan karena kehendaknya. Meski berjuang demi hidupnya dan devisa bagi negara, namun tak ada budi dari negaranya, sehingga maut menjemputnya)
Jika aku dapat memilih rahimku
Pasti kan kupilih yang kuasa membekali cita dan cinta
Atau yang menjamin asa ‘tuk hidup bahagia
Jika aku dapat memilih rahimku
Kan kupilih yang dapat membekali hari esok
Untuk hidup penuh seronok
Dengan tembang yang indah penuh cengkok
Dan tentu saja yang bukan olok-olok
Jika aku dapat memilih rahimku
Tak ingin ku dapat bara panas menyengat
Yang membuat hidupku kesrakat atau sekarat
Dan membawa jiwa ragaku menjadi kiamat
Jika aku dapat memilih rahimku
Kan kupilih bukan penuh hari yang selalu gopoh
Yang terbirit kecut dari yang tak senonoh
Bukan pula yang merogoh goroh
Apalagi yang secuilpun tak menyisakan seloroh
Jika aku dapat memilih rahimku
Aku tak ingin hidup selalu bongkok atau bengkok
Apalagi berlumur borok yang bosok yang membuatku bonyok
Juga tak mau hidup terseok-seok
Nyatanya sejak pagi ayam berkokok sampai dini hari lagi masih terpojok
Tak peduli meski wedok atau denok
Di negeri orang yang meski penuh seronok
Namun penuh tohok, dan tonjok
Serta golok yang selalu siaga untuk menggorok
Jika aku dapat memilih rahimku
Kan kupilih yang membawaku hidup damai dan sejahtera
Yang setiap asa dapat bertabik mesra
Pada limpahan tahta dan harta
Yang dapat kutebarkan ke seluruh jelata
Supaya nestapa mereka menjadi sirna
Baka mereka menjadi fana
Jika aku dapat memilih rahimku
Pasti kupilih untuk fana dengan kereta, harta dan tahta
Yang selalu dijalanNYA
Yang nyata dan kebak pesona
Di tengah lambaian jelata yang ceria sepanjang masa
Dipeluk bahagia yang sejahtera
Jika aku dapat memilih rahimku
Tak ada benakku tuk mengutil uang negara
Atau korupsi dan merampok seperti yang kini merajalela
Pesta pora mengajak dosa mengundang laranganNYA
Menghardik perintahNYA
Namun rahimku adalah rahimNYA
Jalanku adalah jalanNYA
Untuk memilih pasti ku tak kuasa
Dan rahimku kini mengantarku ke gerbang baka
Rahimku telah membawaku tak pernah ada kidung
Karena selalu tertatih murung penuh busung dari kampung ke kampung
Dan terjerembab menuju pentung, pasung dan gantung
Yang bermuara pada kejamnya pancung
= == = = = = = == = =
Sidoarjo, 21 Juni 2011
ooOoo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar