Sabtu, 30 April 2011

Artikel

Maaf, artikle ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya

Salam

Penyunting

Artikel

Maaf, artikle ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya

Salam

Penyunting

Artikel

Maaf, artikle ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya

Salam

Penyunting

Artikel

Maaf, artikle ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya

Salam

Penyunting

Artikel

Artikel

Maaf, artikle ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya

Salam

Penyunting

Artikel

Maaf, artikle ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya

Salam

Penyunting

Artikel

Maaf, artikle ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya

Salam

Penyunting

Artikel

Maaf, artikle ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya

Salam

Penyunting

Artikel

Maaf, artikle ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya

Salam

Penyunting

Artikel

Maaf, artikle ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya

Salam

Penyunting

Artikel

Maaf, artikle ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya

Salam

Penyunting

artikel

Maaf, artikle ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya

Salam

Penyunting

Artikle

Maaf, artikle ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya

Salam

Penyunting

Artikel

Maaf, artikle ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya

Salam

Penyunting

Artikel

Maaf, artikle ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya

Salam

Penyunting

Artikel

Maaf, artikle ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya

Salam

Penyunting

artikle

Maaf, artikle ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya

Salam

Penyunting

Artikle

Maaf, artikle ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya

Salam

Penyunting

Artikle 85

Maaf, artikle ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya

Salam

Penyunting

Artikle 84

Maaf, artikle ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya

Salam

Penyuntingziessne

Artikle 83

Maaf, artikle ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya

Salam

Penyunting

Artikle 83

http://themanagers.org/web/wp-login.php

Artikel 82

Maaf Artikel ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu tanggal terbitnya

Penyunting

Artikel 81

http://themanagers.org/web/wp-login.php

Artikel 81

Maaf Artikel ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya
Terima kasih

Penyunting

Artikle 80

Maaf Artikel ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya
Terima kasih

Penyunting

Artikel 79

Maaf Artikel ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya
Terima kasih

Penyunting

Artikle 79

Maaf Artikel ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya
Terima kasih

Penyunting

Artikel 78

Maaf Artikel ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya
Terima kasih

Penyunting

Artikel 77

Maaf Artikel ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya
Terima kasih

Penyunting

Artikel 76

Maaf Artikel ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya
Terima kasih

Penyunting

Artikel 75

Artikel 74

Maaf Artikel ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya
Terima kasih

Penyunting

Artikel 73

Maaf Artikel ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya
Terima kasih

Penyunting

Artikel 72

Maaf Artikel ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya
Terima kasih

Penyunting

Artikel 71

Maaf Artikel ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya
Terima kasih

Penyunting

Artikel 70

Maaf Artikel ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya
Terima kasih

Penyunting

Artikel 69

Maaf Artikel ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya
Terima kasih

Penyunting

Artikel 68

Maaf Artikel ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya
Terima kasih

Penyunting

Artikel 67

Maaf Artikel ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya
Terima kasih

Penyunting

Artikel 66

Artikel 65

Maaf Artikel ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya
Terima kasih

Penyunting

Artikel 64

Maaf Artikel ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya
Terima kasih

Penyunting

Artikel 63

Maaf Artikel ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya
Terima kasih

Penyunting

Artikel 62

Maaf Artikel ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya
Terima kasih

Penyunting

Artikel 61

Maaf Artikel ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya
Terima kasih

Penyunting

Artikel 60

Maaf Artikel ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya
Terima kasih

Penyunting

Artikel 59

Maaf Artikel ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya
Terima kasih

Penyunting

Artikel 58

Maaf Artikel ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya
Terima kasih

Penyunting

Artikel 57

Maaf Artikel ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya
Terima kasih

Penyunting

Artikel 56

Maaf Artikel ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya
Terima kasih

Penyunting

Artikel 55

Maaf Artikel ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya
Terima kasih

Penyunting

Artikel 54

Maaf Artikel ini masih dalam proses penyuntingan. Mohon ditunggu terbitnya
Terima kasih

Penyunting

Kamis, 21 April 2011

53

Artikel 52

Maaf Artikel in i masih dalam proses penyuntingan

RU

Serial Filosofi Manajemen 4

FILOSOFI WAYANG
(Monolog dunia manajemen dan bisnis  dalam aplikasi) :
Leadership Versus Followership dalam Perspektif Dunia Pewayangan
Oleh : Ratmaya Urip *)


Jansen Hulman S. menyampaikan, bahwa pada tahun 1967 Gerhard Gschwandtber mengadakan riset mengenai kekecewaan dan menemukan bahwa di Library of  Congress terdapat 1.500 judul buku mengenai kesuksesan sedangkan buku mengenai kekecewaan hanya 16 judul saja.
Ini mengherankan Gerhard, karena observasi menunjukkan bahwa kekecewaan sesungguhnya merupakan pengalaman paling akrab dengan manusia ketimbang kegembiraan. Dukacita lebih sering terjadi daripada sukacita. Lalu mengapa topik kekecewaan begitu sedikit dibahas orang? Mengapa sukses dan sukacita yang jarang dirasakan dan  dicapai orang mendapat perhatian begitu banyak? Mengapa orang-orang yang sukses saja yang dibahas, sementara orang-orang yang gagal, yang jumlahnya sangat jauh lebih banyak tidak ditonjolkan untuk menggali mengapa kegagalan itu dapat terjadi? Karena kesuksesan itu tidak pernah lepas dari faktor luck, meskipun tidak boleh melupakan kerja keras, kerja waras dan kerja cerdas.
Demikian juga kalau kita cermati lebih dalam, ternyata dari hasil-hasil penelitian, textbooks, seminar, workshop, pelatihan, dan sebagainya, topik mengenai Leadership lebih banyak diminati (baca : dibahas) daripada topik Followership. Padahal dalam praktek berorganisasi apapun, baik organisasi bisnis, organisasi publik, maupun organisasi lainnya, jumlah Follower sangat jauh lebih banyak dibandingkan Leader.
Seorang follower lebih suka memahami dan atau menganggap dirinya sebagai leader (mungkin karena seringnya menerima cekokan konsep-konsep Leadership). Padahal sebagai follower tentu saja dia harus menerima  lebih banyak konsep-konsep maupun aplikasi tentang FOLLOWERSHIP, dalam hal ini bagaimana sikap, perilaku, tindakan dan mindset kita sebagai follower (yang kebetulan jumlahnya mayoritas). Kalau dia seorang follower, namun mindset-nya selalu leader, ya payah.
Saya kemudian berpikir...itulah mungkin biang dari segala keruwetan bangsa ini, sehingga tidak pernah beringsut dari keterpurukan yang berkepanjangan, karena semua maunya jadi leader (follower pun maunya jadi leader), meskipun itu tidak dilarang, tapi harus menunggu saatnya. Masalahnya, tdk ada yang mau jadi follower. Padahal yang terpenting sebenarnya adalah seberapa jauh pembagian peran itu dapat terbagi habis secara benar, tepat dan adil, tanpa menyisakan potensi konflik sekecil apapun. Setiap konflik di Indonesia sering berakhir dengan perpecahan, kemudian membentuk organisasi tandingan, yang disebabkan oleh lemahnya leadership, atau followership. Itu semakin nampak, ketika organisasi baru sudah terbentuk sebagai tandingan, ternyata hidupnya  sering kali tidak lama.

Dalam organisasi apapun, bagaimanapun, dan dimanapun selalu ada fenomena, bahwa follower ( pengikut ) jumlahnya selalu jauh lebih banyak daripada leader ( pemimpin ),  dan untuk hal yang satu ini tidak akan pernah ada seorangpun yang dapat membantahnya. Namun dalam manajemen, ternyata leadership lebih sering ditonjolkan daripada followership, sehingga training, coaching dan conselling yang dilaksanakan lebih sering mengakomodasi kepentingan-kepentingan atau cara-cara untuk menjadi seorang leader (dalam hal ini untuk mencetak leader yang baik atau mempunyai leadership yang kuat dan efektif). Jarang sekali ada pembahasan yang intens ataupun textbook yang best-seller mengenai followership yang mengemuka.

Mungkin sekali karena cukup dengan leadership yang kuat diharapkan organisasi akan dapat meraih goal atau objective sesuai dengan yang diharapkan. Atau followership adalah bagian dari leadership. Dalam hal ini tentu saja akan beruntung sekali jika  suatu organisasi dipimpin oleh seorang leader dengan kemampuan leadership yang kuat dan efektif. Namun, bagaimana jika organisasi dinakhodai oleh leader dengan kemampuan leadership yang lemah? Yang terakhir ini sangat banyak terjadi dalam organisasi-organisasi di Indonesia, baik organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan, bisnis, olah raga, pemerintahan, perwakilan rakyat, maupun organisasi-organisasi yang lain. Faktanya, dan boleh juga disebut sebagai akibatnya, Indonesia sampai sekarang selalu dan selalu ketinggalan dalam segala hal dibandingkan dengan kinerja negara-negara lain, semakin terpuruk dan menderita. Seperti ayam mati di lumbung padi. Dalam bidang ekonomi, Indonesia telah merasakan betapa sakit dan beratnya keterpurukan yang terjadi. Dalam bidang olahraga belum pernah mengenyam prestasi yang membanggakan kecuali bulutangkis, sesekali panahan dan angkat besi. Dalam berdemokrasi kita masih kedodoran. Dalam pengelolaan sumber daya alam, baik pertanian, pertambangan dan lain-lain, prestasi Indonesia sangat jauh ketinggalan. Pastilah ada yang salah dalam mengelola hidup dan kehidupan bangsa ini. Apakah karena masalah leadership atau followership yang lemah, atau kedua-duanya lemah, atau masalah-masalah lainnya? Kajian tentang hal ini tentu saja tidak akan pernah ada habisnya, dan  akan bias atau tidak fokus ke topik tulisan ini. Ilustrasi di atas hanyalah sebagai referensi natural semata (sebab ada referensi artificial). Juga terlalu naïf untuk menuduh faktor leadership atau followership sebagai satu-satunya biang kegagalan, sebab masih banyak faktor-faktor yang lain, seperti aplikasi  management system ( baik manajemen generik maupun branded ), management style, organization climate, ability (skill & knowledge), moral (attitude & behavior), arts (creativity, adabtability, acceptability, flexibility, durability, etc),  bahkan luck.

Tentang luck atau ada yang sering menyebutnya dengan windfall ini juga perlu diperhatikan. Luck tidak akan dapat terjadi tanpa persiapan dan kesempatan. Luck tanpa persiapan yang baik  jarang yang dapat dimanfaatkan secara maksimal. Sedang luck jarang yang dapat maksimal didapatkan tanpa kesempatan. Persiapan dan kesempatan merupakan dua sisi mata uang untuk mendapatkan luck atau windfall. Persiapan itu sendiri kadang-kadang tidak kita sadari sudah tersedia sebelumnya dari personal maupun institutional experiences kita. Maka pandai-pandailah memanfaatkan persiapan ketika kesempatan tiba, supaya mendapatkan luck atau windfall. Contoh paling mudah adalah, ketika harga minyak dunia naik secara fantastik, yang saya sebut itu sebagai kesempatan bagi Indonesia sebagai penghasil minyak yang ketika itu masih anggota OPEC, tidak dapat menikmatimya, karena sudah beberapa tahun produksi minyak Indonesia malah terus merosot. Puncak produksi yang pernah dicapai sebesar 1,4 juta barrel/hari turun menjadi 990 ribu barrel/hari. Itupun Indonesia malah mengalami nett import. Sehingga kenaikan harga minyak dunia malah menjerat perekonomian Indonesia. Contoh lain adalah ketika harga komoditas dunia juga naik, namun karena tidak ada persiapan, maka kesempatan itu menguap begitu saja. Padahal Indonesia memiliki potensi komoditas yang menggiurkan. Namun karena manusia Indonesia disibukkan oleh perebutan posisi sebagi leader, tanpa ada yang mau berperan sebagai follower, atau kalau jadi follower malah merecoki leader-nya, maka jadinya ya seperti sekarang ini.

Leadership akan jauh lebih efektif dan kuat pada organisasi yang sistemnya sudah sangat bagus, sehingga tidak akan dapat “diakali” atau “tidak ada celah” untuk memanfaatkan sistem bagi kepentingan pribadi, atau tidak ada “loop-hole” sama sekali. Karena di organisasi dengan sistem seperti itu roda aktifitas manajerial dan operasional sudah dapat berjalan “auto pilot”. Sehingga siapapun leader-nya tidak akan memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja organisasi. Tentu saja harus diimbangi dengan followership yang kuat dan efektif  serta efisien, dan tidak ada goncangan dari luar pesawat yang fatal. Namun organisasi dengan sistem sempurna seperti itu hanya ada di dunia impian (di Ancol?).

Kembali kita fokus ke topik bahasan. Organisasi dengan kemampuan leadership kuat maupun  lemah tentu memerlukan kemampuan dan kontribusi dari follower untuk tetap dapat menjalankan organisasi on the right track, supaya vision, mission, strategy, action plan, goal ataupun objective tetap dapat tercapai. Dengan kata lain diperlukan followership yang kuat pula. Apa dan bagaimana followership yang kuat dan efektif itu dapat dijadikan kontributor dalam pencapaian kinerja suatu organisasi? Tentu saja lumayan sulit untuk menjabarkannya, karena praktek lapangannya sangat banyak, namun teori-teori atau textbooks tentang hal itu sulit dicari, karena kebanyakan mengulas tentang leadership. Bagaimanapun diharapkan ada benang merah atau balance antara teori dan praktek, supaya terjadi harmoni yamg komplementer, melengkapi keserbaduaan ( baca : harmoni ) yang telah ada sebelumnya, seperti tua-muda, laki-perempuan, siang-malam, gelap-terang, kaya-miskin, hitam-putih, besar-kecil, dan lain-lain.  Jangan sampai terjadi  dikotomi.
Berangkat dari keterbatasan teori tersebut, penulis mencoba menggali dari dunia pewayangan, yang kebetulan penulis cukup paham, meskipun hanya secuil. Dari dunia pewayangan penulis mengenal Ramayana, maupun Mahabharata dan lanjutannya Bharatayudha.



1. Ramayana.
 
Sebagai ilustrasi pertama, dalam Ramayana dikenal seorang raja sebagai leader bernama Rahwana atau Dasamuka, seorang raksasa yang sangat kejam, lalim dan arogan, yang jika marah kepalanya bisa bertambah menjadi sepuluh kepala. Rahwana adalah leader dalam hal ini top management dari para raksasa jahat yang amat sangat antagonis. Bukan kebetulan kalau Rahwana mempunyai follower, dalam hal ini posisinya middle management berjumlah 3 ( tiga ) orang, dengan fenomena followership yang beragam, yang kalau dicermati, fenomena tersebut banyak terjadi dalam dunia manajemen di Indonesia. Ketiga follower tersebut kebetulan adalah adik-adiknya. Ketiga adiknya, sebagai midlle manager, memang di samping memiliki  leadership yang kuat dan efektif, karena harus memimpin anak buahnya, mereka juga mempunyai masalah followership, dalam menyikapi sikap kakaknya yang semau gue. Namun karena leader-nya adalah sang kakak, yaitu Rahwana, dengan style seperti tersebut di atas, maka fungsi follower lebih menonjol daripada fungsi leader, dengan kata lain mereka lebih sering melayani leader daripada memimpin lower manager (anak buah-nya) sebagai follower mereka.

Dalam epos Ramayana diceritakan, bahwa Rahwana sebagai leader dari organisasi kerajaan yang bernama Alengkadiraja, mempunyai instant-goal untuk memperisteri Dewi Shinta, yang kebetulan sudah bersuami Prabu Ramawijaya, leader dari Kerajaan yang lain. Untuk tercapainya goal tersebut, Rahwana mempunyai instant action plan, yaitu merebutnya dari Prabu Ramawijaya, dengan menculik Dewi Shinta yang kebetulan sedang ditinggal berburu suaminya. Dengan strategi yang jitu, berupa tipu daya  alih rupa menjadi orang lain sehingga Dewi Shinta terkecoh, akhirnya Dewi Shinta dapat dibawa oleh Rahwana ke istananya. Pada akhirnya, karena adanya benturan kepentingan, dalam hal ini Prabu Ramawijaya tidak rela, maka berusaha untuk merebut kembali Dewi Shinta ke pangkuannya, sementara Rahwana tetap dengan goal ingin memperisteri Dewi Shinta, maka terjadi perang. Tentu saja dalam perang terjadi adu strategi.

Dalam kajian Strategic Management maupun Quality Management System, sebenarnya ulah Rahwana dengan menetapkan goal dan strategy secara instant di luar Longterm Plan (Rencana Jangka Panjang-RJP) dan Annual Plan (Rencana Jangka Pendek atau rencana Tahunan-RKAP), tanpa ada vision, mission, dan policy adalah kurang tepat. Prosesnya seharusnya ada vision dulu kemudian mission dan policy serta strategy, baru kemudian ada deployment atau cascading dalam action plan untuk pencapaian goal. Apalagi tidak ada corporate culture yang berkembang baik dalam organisasi atau kerajaan Rahwana.

Dalam hal ini tiba-tiba ada goal tanpa sebab dan alasan yang sistematik sesuai Strategic Management System ataupun Quality Management System. Berarti jelas ada Non Conformance dan kelasnya adalah very-very  Major jika rujukannya ISO Series (ISO 9001, ISO 14001, ISO 18001, dll). Apalagi tidak ada team-work yang baik karena semua dilakukan berbasis keputusan one man show.
Dalam menyikapi perang yang terjadi ternyata 3 (tiga) follower Rahwana mempunyai sikap yang berbeda, dengan kata lain followership style mereka  berbeda satu sama lain.

1. Kumbakarna, dikenal sebagai raksasa yang berjiwa ksatria, santun, lemah lembut, arif, adil, dan baik hati, meskipun badannya sebesar gunung dan wajahnya mengerikan, dengan kata lain sangat menakutkan. Ketika dihadapkan pada kelakuan Rahwana, seorang leader yang sangat antagonis, Kumbakarna diam, namun setelah sebelumnya selalu mengingatkan sang kakak atas perbuatannya yang tidak terpuji. Ketika Kumbakarna menasehati kakaknya supaya mengembalikan Dewi Shinta, Rahwana marah besar, dan mengusir Kumbakarna dari Istana. Kumbakarna akhirnya pergi bertapa, tidak menghiraukan lagi keadaan istana (organisasi). Tidak mau tahu bahwa akhirnya terjadi perang.

2. Sarpakenaka adalah raksasa wanita yang sangat identik dengan kakaknya, buruk rupa, buruk kelakuan, sukanya menggoda laki-laki...pokoknya identik dengan kakak sulungnya, Rahwana. Apa yang diperintahkan Rahwana pasti dilaksanakan dengan suka cita, meskipun itu salah.

3. Gunawan Wibisana, si bungsu yang berwajah manusia, tampan, cukup arif, bijak, selalu bertindak penuh perhitungan, selalu beroposisi (dalam hal ini selalu memberi nasehat) kepada Rahwana agar tidak selalu berbuat buruk. Ketika nasehatnya kepada Rahwana untuk mengembalikan Dewi Shinta kepada Prabu Ramawijaya malah mebuat Rahwana berang, dan mengusirnya dari Istana, Gunawan Wibisana malah memilih bergabung dengan musuh Rahwana atau kompetitornya.
Follower’s type yang manakah anda?


2. Mahabharata- Bharatayudha

Dalam Mahabharata yang kemudian berlanjut dengan Bharatayudha, pengayaan kita tentang followership lebih lengkap.

Di pihak Astina ada  Suyudana atau Duryudana sebagai leader Kurawa dari Kerajaan Astina, dengan 99 adiknya sebagai middle manager, yang dikenal sebagai antagonis tulen. Namun di samping itu Astina sebagai organisasi memiliki middle manager lain di luar Kurawa, atau profesional lain luar Kurawa yang cukup unik.
Prabu Karna dari Awangga, adalah type middle manager (follower Duryudono), yang bergabung ke Kurawa karena sebagai balas budi, karena sudah diberi pangkat dan jabatan yang tinggi oleh Kurawa. Maka meskipun Pandawa yang sebenarnya adik2nya sendiri satu ibu berperang dengan Kurawa dalam Bharatayudha, Prabu Karna membela mati2an organisasinya tersebut, meskipun akhirnya dengan mengorbankan jiwa raganya. Seperti halnya Fernando Torres yang harus professional membela mati2an klub barunya Chelsea karena dibayar mahal, dalam menghadapi mantan klubnya Liverpool, meskipun akhirnya kalah 0-1, kemarin. (Maaf, dalam konteks Fernando Torres, semata-mata adalah konteks profesionalisme, bukan konteks antagonis-protagonis).

Prabu Salya, lain lagi. Dia sangat membenci sikap dan perilaku Duryudana yang sangat antagonis. Namun karena Astinapura adalah tanah airnya (organisasinya), maka ketika perang Bharatayudha terjadi, dia membela Astinapura sampai titik darah penghabisan. Dia hanya mau mempertahankan kehormatan organisasinya (Astinapura), bukan membela Duryudana, leader-nya yang antagonis. Setelah kematiannyapun Para Pandawa yang dalam konteks Bharatayudha adalah musuhnya, sangat menghormati Prabu Salya.
Hal serupa juga terjadi pada Resi Bisma, yang mirip dengan Prabu Salya, yang berperang di Pihak Astinapura, yang kebetulan dipimpin oleh Kurawa dengan leader Duryudana,  yang antagonis, karena semata-mata mempertahankan negaranya (organisasinya), bukan membela leader-nya yang antagonis meskipun hati nuraninya berada di pihak Pandawa, atau musuhnya.

Sementara di Pihak Pandawa, semua follower sangat mendukung karena sikap dan perilaku kepemimpinan Pandawa yang sangat protagonis, sehingga tidak ada yang aneh di follower-nya, semua berjalan on the right track, sesuai sistem. Karena telah memahami esensi followership secara benar.
Bagaimana dengan organisasi anda, atau negara anda? Jika seandainya anda berada dalam organisasi dengan leader yang leadership-nya payah, apalagi antagonis? Apakah sebagai follower anda akan bersikap seperti Prabu Karna, Prabu Salya, Resi Bisma, atau adik2 Rahwana yang 99 orang tersebut? Beruntunglah jika anda mendapatkan leader seperti Pandawa. Itu jika berkaca dari epos Mahabharata-Bharatayudha.

Demikian juga jika kita menengok kembali epos Ramayana, apakah jika anda sebagai follower anda akan bersikap seperti Kumbakarna, Sarpakenaka atau Gunawan Wibisana?
Jika anda bukan follower, namun leader, saya yakin, leadership anda lebih condong ke leadership yang dimiliki Prabu Ramawijaya atau Pandawa, bukan Rahwana atau Kurawa.


Pesan moral yang ingin disampaikan:

Leadership amat sangat dan begitu penting, khususnya bagi para leader. Bagi calon-calon leader (baca: follower) juga akan sangat menunjang, karena sebagai persiapan menyongsong regenerasi. Apalagi jika posisinya adalah middle manager, yang harus dapat berperan ganda sebagi leader maupun follower. Bagi yang saat ini posisinya masih di middle manager apalagi yang masih front-liner, disarankan, disamping harus benar2 memahami leadership juga untuk benar-benar memahami esensi followership, karena mereka tidak hanya menghadapi masa depannya sebagai leader, namun juga masa kini dimana mereka berada sebagai follower. Masa depan yang cerah tidak akan dapat digapai tanpa masa kini yang baik. Untuk itu, memahami dan mengoperasionalkan leadership harus balance dengan pemahaman yang benar tentang followership, supaya tidak “nggege mangsa”, belum-belum sudah merasa sebagai leader, melupakan realitasnya sebagai follower. Meskipun lebih nyaman sebagai leader daripada sebagai follower. Untuk itu raihlah posisi leader, dengan cara-cara yang cantik, dengan kompetisi yang sehat dan baik, karena memang sudah dibekali followership yang cukup dan leadership yang kuat dan efektif, syukur bisa efisien.
Semoga ini dapat sedikit membantu menjelaskan juga tentang fenomena kutu loncat.

Kalimat kuncinya adalah:

Followership yang masih berkutat hanya pada teori-teori Five reasons to follow, yaitu tentang relasi antara leader-follower yang berkaitan dengan follow, respect, trust, liking, support, dan ideas, tidaklah cukup. Meskipun ditambah dengan teori-teori tentang exemplary, alienation, conformist, pragmatist, passive (Kelly’s Model, 1992). Karena dalam prakteknya di Indonesia sering terjadi distorsi atau deviasi yang sangat lebar. Teori dan praktek harus balance. Karena teori tanpa praktek itu omong kosong, sementara praktek tanpa teori itu ngawur.

Salam Manajemen
Ratmaya Urip
===============================
Note: *) penulis adalah fungsionaris Asosiasi Manajemen Indonesia (AMA-Indonesia), dan Quality Network Club – Indonesia.


Terapi Kehilangan

oleh : Harry Uncommon Purnama
Kehidupan adalah sebuah proses. Proses mendapatkan [mengambil] dan proses memberi [diambil]. Proses ini kemudian menjadi sebuah siklus. Siklus lahir dan siklus mati. Bagi yang percaya proses itu tidak melingkar, lurus, dikenal sebagai continuum [berkelanjutan tanpa henti]. Pada siklus continuum, setelah mati ada siklus berikutnya, yaitu hidup kembali sepanjang masa.  Yang percaya pada siklus sirkular,  setelah mati di dunia, ada mati sepanjang masa [neraka] atau  hidup kembali sepanjang masa [sorga], bergantung apa yang diperbuat selama sejarah hidupnya sendiri. Di akhir perjalanan kaki kita, jejak kitapun akan hilang ditelan masa. Kiamat adalah momentum besar dari kehilangan besar. Matahari dan bulan akan lenyap. Bumipun akan lenyap. Mind, body dan soul lenyap semuanya. Lalu apa yang masih tertinggal? Selain catatan-catatan Malaikat dan penghakiman akhir.
Kita semua sedang berada dalam proses itu, entah mengerti atau tidak, entah faham atau tidak, entah sadar atau tidak. Proses yang sangat pasti itu kita menyebutnya sebagai kematian, kehilangan dan kelenyapan dari dunia ini. Semua yang kita ambil, akan diambil. Semua yang pernah hidup, akan mati. Kita sedang menanti kematian kita sendiri dan kematian orang yang paling kita cintai. Entah siap, entah tidak, semuanya akan diambil dari kita. Rabindranath Tagore merenungi hidupnya dan mendapat pencerahan jiwa: "Segala sesuatu yang tidak kita berikan, akan diambil."
Berikut ini ada beberapa saran langkah-langkah terapi menghadapi kehilangan itu.
1. Mengajukan pertanyaan bijak
Pertanyaan renungan paling bijak adalah: "untuk tujuan apa saya hidup?" Semakin sering kita menanyakan pertanyaan yang benar, semakin sering kita menemukan jawaban yang benar. Semakin jarang kita menanyakan pertanyaan yang benar, semakin jarang pula kita menemukan jawaban yang benar. Jadi, orang yang bijak adalah orang yang sering bertanya pertanyaan yang benar, bukan yang berumur banyak  dan berstatus tinggi. Bertanyalah dan menjadi bijaklah, untuk itulah kita diberi talenta kecerdasan, meski kita tidak bisa mengetahui segalanya. Justru karena bijak itu ada batasnya, maka kita mengandalkan Tuhan.  Sadari bahwa kita terbatas dan Tuhan tiada batasnya. More right question, still more right answer.  Semakin sadar kita terbatas, semakin siap kita kehilangan.
2. Menjawab pertanyaan sendiri
Sering kali, kita harus menjawab pertanyaan kita sendiri, karena orang lain tak bisa memuaskan pertanyaan kita. Berdiam dirilah dan mengertilah.  Self talk pribadi atas pertanyaan-pertanyaan bijak itu, akan menuntun kita kepada kesadaran baru bahwa kita hidup hanya untuk Tuhan. Ia diatas segalanya, bukan diri kita dan bukan uang kita yang diatas segalanya [God-centered]. Jawaban itu juga yang melatih kita untuk tahu dan sadar apa fokus kita yang sesungguhnya. Jawaban akan selalu tersedia jika kita merenung ke dalam diri kita sendiri, bukan bertanya kepada motivator di luar diri kita. Motivator dan inspirator juga melakukan hal yang sama, menemukan jawabannya sendiri. Tuhan menyediakan jawaban melalui diri kita. Nabi dan Rasul diutus untuk mengingatkan kearifan kita sendiri. Kita tetap tidak akan menemukan semua jawaban, oleh karena itulah kita diingatkan agar tidak sombong. Meski kita tahu sesuatu, kita tetap tidak ada apa-apanya. Good answer still comes from the inside, not outside. Semakin kita sadar kita tidak berarti apa-apa [merasa kecil], semakin siap jiwa kita melalui kehilangan, demi kehilangan.
3. Mempertajam fokus kita
Perang kita melawan ego dan self-centered adalah perang tentang fokus hidup kita. Semakin mampu kita melatih fokus kita hanya kepada God-centered, semakin efektif tata-ulang hidup kita. Keberhasilan kita bukan memerangi setan di pikiran kita, tetapi memfokuskan titik pandang hidup kita kepada Tuhan. Semakin terfokus kepada Tuhan, setan dan kejahatan dengan sendirinya akan menyingkir. Ia tidak akan membuahkan dosa pikiran, tetapi sebaliknya, ketenangan dan kedamaian pikiran [peace of mind]. Ketenangan selalu memerankan peran antagonis dalam melawan kepanikan dan keterkejutan. Kehilangan adalah tentang kepanikan dan segala ritual ketakutannya. Semakin banyak deposito fokus kita, semakin tabah kita menghadapi kehilangan dan sebaliknya. Daftarkan diri Anda, dalam perlombaan tentang fokus hidup. Dan indahnya adalah Anda akan menyadari ternyata menjadi kaya raya itu bukan fokus yang benar.  Karena semakin hati kita terpusat pada harta, maka fokus kita kepada Tuhan akan tergeser. Manusia tidak bisa memiliki 2 fokus pada saat yang sama. Dari sinilah konsep "life is a choice" bermula.
4. Alamilah kehilangan kecil dan kehilangan besar
Kehilangan paling kecil adalah kehilangan uang [harta benda], merugi, ditipu oleh orang kepercayaan, tertipu oleh teman sendiri, dst. Semakin sering kita mengikhlaskan kehilangan-kehilangan kecil, semakin siap kita menerima kehilangan lebih besar, nyawa dan harta dua-duanya. Mengertilah arti setiap kehilangan kecil, maka kehilangan besar hanyalah 2 x dari kehilangan kecil. Ia tak berarti apa-apa, karena memang bukan kita pemiliknya. Orang tua yang kita miliki, bukan milik kita. Anak yang kita miliki, bukan milik kita. Rumah dan harta yang atas nama kita, juga bukan milik kita. Tuhan tidak pernah mengeluarkan kwitansi lunas atas semuanya itu. Bahkan nyawa kita sendiri bukan milik kita.  Maka latihlah diri Anda untuk memberi [mengikhlaskan dan diambil] oleh Pemilik Kehidupan, karena memang bukan milik kita. Semakin kita sadar bahwa kita tidak memiliki apa-apa [zero ownership] meski kita telah menjadi hero, semakin kita siap kehilangan nyawa kita.
5. Setiap hari adalah kehilangan
Jika kita diizinkan menikmati hari ini, kita telah kehilangan hari kemarin. Tak ada yang bertambah, kecuali berkurang. Perjalanan kita menuju pengurangan. Semakin lama, semakin lenyap, semakin mengecil dan hilang. Tempat penambahan kita adalah semua amal ibadah, doa, iman, kasih, pelayanan dan kedamaian itu sendiri. Itupun tidak bisa terus membesar, mereka akan segera berhenti. Jika kita menyadari bahwa kita terus berkurang, maka kehilangan adalah akhir dari proses pengurangan saja. Jiwa dan hati kita akan terus menjadi lebih besar, setiap kali kita menyadari akan kehilangan-kehilangan yang akan segera datang. Sadari bahwa jiwa besar hanya akibat langsung dari penerimaan kita akan kehilangan. Berlatihlah setiap hari, setiap saat, untuk apa saja. Nanti kita segera menyadari bahwa hidup adalah hadiah semata.
Stay hungry, stay foolish
Harry "uncommon" Purnama
Kamis, 21 April, 2011 04:41

Bunga Rampai "Guyonan"

1. Joke 1 : Celana Dalam

oleh :  Zhuge Liang
Pada suatu hari, seorang tante pergi ke pasar untuk membeli celana dalam buat suaminya. Sesampainya di depan sebuah toko, seorang pedagang langsung menawarkan dagangannya...
Pedagang : Mari bu, dipilih. Ada merk HINGS : Hebat, Ideal, Namun Gemar Selingkuh...
Tante : :) (hanya tersenyum manis menanggapi perkataan pedagang).
Pedagang : Ada merk SWAN : Suka WAnita Nakal...
Tante : (tersipu malu menanggapi perkataan si pedagang).
Pedagang : ada merk GT-MAN : Goyangan T***tnya MANtap!!!
Akhirnya si tante pun menjawab dengan suara lembut sambil menatap bagian di atas lutut di bawah pinggang si pedagang sambil berkata :
Tante : Apapun celana dalamnya.... Yang penting isinya sebesar TEH BOTOL!!! ! ! =D :D :'(

*****************

Joke 2:

Kontributor:  Hardi <hardinoto@yahoo.com>

WAKIDJAN dr Jogja, sok bergaul di kota metropolitan..



Wakidjan begitu terpesonanya dengan permainan piano Nadine. Sambil bertepuk tangan, ia berteriak, “Not a play! Not a play!” Nadine bengong.
“Not a play?”
“Yes. Not a play.(Bukan main).”
Tukidjo yang menemani Wakidjan terperangah.
“Bukan main itu bukan not a play, Djan.”             “Your granny”. (Mbahmu).
Humanly I have check my dictionary kok. (Orang saya sudah periksa di kamus kok)”
Lalu berpaling ke Nadine. “Lady, let’s corner (Mojok yuk).
But don’t think that are nots (Jangan berpikir yang bukan-bukan).
I just want a meal together.”
“Ngaco kamu, Djan,” Tukidjo tambah gemes.
“Don’t be surplus (Jangan berlebihan), Djo. Be wrong a little is OK toch.?”
Nadine cuman senyum kecil. “I would love to, but …”
“Sorry if my friend make you not delicious (Maaf kalau teman saya bikin kamu jadi nggak enak)” sambut Wakidjan ramah.
“Different river, maybe (Lain kali barangkali).
I will not be various kok (Saya nggak akan macam-macam kok).”
Setelah Nadine pergi, Wakidjan menatap Tukidjo dengan sebal.
“Disturbing aja sih, Djo. Does the language belong to your ancestor (Emang itu bahasa punya moyang lu)?”
Tukidjo cari kalimat penutup.
“Just itchy Djan, because you speak English as delicious as your belly button.” (Geli aja, Djan, soalnya kamu ngomong Inggris seenak udelmu dewe).
Wakidjan cuman bisa merutuk dalam hati, “His name is also effort.” (Namanya juga usaha)

***************

Joke 3 :

Kontributor:  Michael Hardi Hadinoto

Nyonya dan Pembantu


Ada seorang Nyonya yang cukup (sedikit mampu) dengan pembantunya yang selalu buat masalah.
Suatu hari, pembantu itu memecahkan piring untuk kesekian kalinya...
akhirnya nyonya itu memanggil pembantunya sambil memaki berkata,
" Minah....kamu ini gimana...dasar org goblok, makanya kalau kerja itu jangan pake ini (sambil nunjuk lututnya) tapi pake ini (sambil nunjuk kepalanya, otak)...
kamu saya pecat..!!"
akhirnya pembantunya pergi...
5 tahun kemudian, di Supermarket si Nyonya ketemu dengan pembantunya yang dulu tapi dengan pakaian yang mewah dengan banyak perhiasan emas...
Si Nyonya memanggil," Minah, kok kamu sekarang berubah..menjadi kaya...kok bisa????
Si Pembantunya menjawab," makanya Bu, kalau kerja itu jangan pake ini (sambil nunjuk kepalanya, otak) tapi pake ini donk (sambil nunjuk di antara pahanya)

Sabtu, 2 April, 2011 01:25
*********************************
Joke 4:

Bunga Rampai Artikel dari Mbak Mei (1)

Sparkling Friday, 1/10/2010

oleh : Mbak Mei
Kamis, 30 September, 2010 23:15
My dear friends,
The secret of friendship is being a good listener..
Rahasia menjadi teman yang baik adalah menjadi pendengar yang baik.
Hmm, mungkin itulah mengapa Allah memberikan kita 2 telinga dan satu mulut. Agar kita mendengarkan lebih banyak sebelum berbicara/ berkomentar.
Jadi teringat salah satu sahabat baik saya, ketika saya sedang mengeluarkan unek2, sepanjang percakapan dia hanya duduk manis mendengarkan tanpa komentar.. Sampai saya sendiri balik bilang.. "Say something dong kok loe diem aja".. Tau dia bilang apa, dia hanya bilang "Sudah cukup memang ceritanya, kalau loe ngomong, gwe ngomong, siapa yang bakal denger donk".. Oops, benar juga kan..
Selama ini kita semua selalu ingin di dengar, jadi semua berlomba2 berbicara, bahkan dengan sahabat kita sekalipun.. Mereka pun juga ingin di dengarkan oleh kita..
Dalam keseharian, sudahkan kita belajar untuk lebih mendengarkan atau kita bersikap tidak perduli.. Terus saja berbicara tanpa mau mendengarkan ada apa di balik itu semua..
Sahabat, It's friday, as a perfect time to catch up with our dear friends.. Setelah seminggu bekerja tentu menyenangkan bisa sekedar berbincang sambil minum kopi bersama sahabat kita..
Go call up your friends and catch up.
Have a sparkling Friday, 01/10/2010,

Mei

Budget Training
Follow me on twitter : mba_mei

**********************


mm

Bunga Rampai Artikel M. Agus Syafii (1)

Tersenyumlah!

oleh : muhamad agus syafii

Selasa, 28 September, 2010 20:25

Tersenyumlah! Sebab senyuman adalah doa, ketika kita selalu bersyukur atas rizki yang kita peroleh. Setiap rizki yang kita peroleh datangnya dari Allah yang telah menetapkan dan mengatur semua rizki untuk hambaNya dan kita menerimanya dengan senang hati penuh kegembiraan sekalipun rizki yang diterimanya kecil. Maka Allah akan menambahkan rizki bagi hambaNya yang bersyukur. Itulah sebabnya bagi siapa saja yang selalu bersyukur dalam bekerja, beraktifitas, berusaha, belajar, berikhtiar mencari nafkah berarti dirinya telah membuka pintu rizki dari Allah dari arah yang tidak disangka dan tidak kita duga.
Senyuman adalah shodaqoh, ketika mampu menumbuhkan kebahagiaan bagi orang lain, mampu membangun tali silaturahmi. ketulusan senyuman kita menjadi jembatan penghubung dan simpul mempererat tali silaturahmi, silaturahmi mampu mendatangkan rizki, sebagaimana dalam sabda Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa salam.
'Barangsiapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan diperpanjang umurnya maka sambunglah tali silaturahmi (HR. Bukhari & Muslim).
Tersenyumlah! Hidup penuh senyuman, keceriaan, semangat, optimisme dan kebahagiaan lebih disukai Allah dan terbuka pintu rizki bagi kita, tanpa kita sangka dan kita duga arahnya,
Wassalam,

agussyafii


**************************

Cinta Yang Memupus Kebencian

muhamad agus syafii <agussyafii@yahoo.com>

Rabu, 29 September, 2010 20:49
Ada seorang ibu yang memiliki tiga anak. Sewaktu saya on air di Radio Bahana 101.8 FM Jakarta beliau SMS bahwa sudah menunggu di Rumah Amalia. Beliau mengidap insomnia. Sudah lebih dari lima tahun mengalami ketergantungan pada obat tidur. Makin lama dosis yang beliau gunakan semakin tinggi. Sampai mengalami halusinasi. Setelah dari perbincangan saya mengetahui beliau sedang dirundung masalah dalam keluarga. Suaminya telah berhubungan dengan perempuan lain.
Awalnya setiap pulang kerja selalu malam hari, tidak seperti biasa. Baginya selama dinafkahi lahir batin, sudah cukup disyukurinya. Ketika beliau bertanya kepada suaminya, sang suami tidak mengakuinya bahkan bila ditanya malah marah. Pernah sampai melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Namun semua itu ditahannya karena beliau yakin peristiwa apapun selalu ada hikmahnya. 'Mungkin orang bilang bila suami tidak betah dirumah, istrilah yang salah karena tidak bisa mengurus dengan baik,' ucapnya penuh isak dan tangis.
Saya bertanya kepada beliau apakah selama ini beliau bersama suami dan anak-anak senantiasa melaksanakan sholat lima waktu dengan baik? Beliau hanya menggeleng kepala. Saya menyarankan kepada beliau agar lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan menunaikan sholat lima waktu. 'Mengadulah dan memohonlah pertolongan kepada Allah.' Malam itu saya mengajaknya berdoa bersama anak-anak Amalia, memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala agar berkenan memberikan keberkahan kepada keluarga beliau. Malam itu terasa indah. Doa kami terasa hening, menyentuh hati yang sedang terluka.
Beberapa kali beliau berkenan hadir dan berdoa bersama anak-anak Amalia, beliau mengatakan, ' Saya baru menyadari, suami saya melakukan itu semua karena dia tidak mendapatkan kasih sayang Allah. Peristiwa perselingkuhan suami ini malah membuat saya mengerti betapa besarnya cinta Allah kepada keluarga kami agar kami sekeluarga kembali kepadaNya.' Wajah ibu itu terlihat bahagia karena kami semua di Rumah Amalia turut mendoakan untuk kebahagiaan beliau dan keluarganya. Dengan doa bersama, Cinta Allah hadir di dalam hati beliau, memupus kebencian kepada suami. Kabar terakhir, suaminya berjanji tidak lagi berselingkuh dan menyesali perbuatannya karena kondisi suaminya tengah terbaring sakit di Rumah Sakit.
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (QS Ath-Thalaq 4).
Wassalam,

agussyafii

**********************


Datangnya Kesembuhan

By: agussyafii

Ada seorang bapak masuk rumah sakit karena menderita tumor pada organ tubuhnya. Setelah melewati pemeriksaan medis. Para dokter menyimpulkan sangat kecil kemungkinan untuk sembuh dari sakitnya. Tak lama kemudian seorang dokter menemui istrinya dan mengatakan sakit yang diderita oleh suaminya. 'Ibu, sangat kecil kemungkinan untuk sembuh dan hanya Allahlah yang bisa memberikan keajaiban.'
Sang ibu merasa bersedih dengan kondisi suami yang sedang sakit parah dan anaknya yang semata wayang terlibat pemakaian obat terlarang. Beliau berusaha mengatasinya sendiri, membawa anaknya ke pusat rehabilitasi. Disaat Ibu tengah terpuruk dengan persoalan yang kian menumpuk. Beliau hadir ke Rumah Amalia. Kemudian beliau bershodaqoh untuk kesembuhan suami dan putrinya. beliau meyakini bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan menyembuhkan suami dan anaknya. 'Saya benar-benar berharap, Allah mendengar doa saya..Mas Agus,' tutur sang ibu, terlihat air mata yang mengalir dipipinya.
Ditengah kegaluan hati yang dirasakan ibu dalam kesendirian dan kesunyian. Biasanya ada tawa dan canda bersama suami dan anak yang dicintainya. Saya mengingatkan bahwa masih ada Allah yang selalu hadir ketika kita dalam kesendirian. Wajahnya terlihat lelah. Berkali-kali beliau mengucap istighfar, memohon ampun kepada Allah. Malam itu kami berdoa bersama anak-anak Amalia, memohon kepada Allah untuk kesembuhan suami dan anaknya. Angin malam terasa sejuk. Dengan doa yang dipanjatkan seolah rintik menyirami yang menyirami bumi.
Ditengah ketidakberdayaan dan keberserahan dirinya kepada Allah, dokter di rumah sakit tempat suaminya dirawat mengabarkan kepada ibu bahwa ada harapan suaminya sembuh kembali. Kondisi suaminya sedikit demi sedikit telah pulih kembali sehingga tak sampai satu bulan suaminya sudah diperkenankan untuk dirawat di rumah. Sementara anaknya juga sudah keluar dari pusat rehabilitasi. Beliau bersama suami dan anaknya senantiasa memuji Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan bersyukur atas kesembuhan dan kasih sayangNya. Semakin mendekatkan mereka kepada Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Subhanallah.
'Obatilah orang yang sakit dengan bershodaqoh, bentengilah harta kalian dengan zakat dan tolaklah bencana dengan doa.' (HR. Baihaqi)
Wassalam,

agussyafii

************************

Ketakutan Dalam Kesepian

By: agussyafii
Ketakutan yang terbesar dari orang-orang yang mengalami kesepian yang hebat adalah depressi atau kehilangan keseimbangan emosional untuk sementara waktu atau lama. Banyaknya pertimbangan sangatlah menentukan kepastian, harga diri, nilai dan pandangan dunia terhadap realitas yang ada. sering membuat orang menjadi terombang ambing dan menjadi merasa 'gila.' Hal itu bukan berarti kesepian adalah penyakit psikologis. Dr. Robert S Weiss dari Kedokteran Universitas Harvard menyebutkan bahwa kesepian adalah tanggapan normal dari kurangnya dua kebutuhan pokok sosial yang utama.
1. Bila kita memiliki ikatan dilengkapi hubungan akrab dengan pasangan atau seseorang yang kita cintai.
2.  Rasa berkelompok dilengkapi dengan jaringan teman-teman yang ikut berbagi kepentingan yang sama dalam masalah tertentu.
Dua kebutuhan pokok inilah yang menjadi pondasi diri kita. Bila kita kehilangan salah satunya maka hal itu menyebabkan kita menjadi kesepian. Pengobatannya bisa melalui cara mengaktifkan atau mencari hubungan yang lebih berarti dan mengisi hari-hari yang ada dengan pekerjaan atau aktifitas yang menyenangkan. Meski kesepian bukan penyakit mental namun bisa berakibat buruk terhadap kesehatan fisik dan emosional seseorang bahkan berakibat kematian dini.
Kesepian dapat melemahkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Angka kematian yang tinggi dari mereka yang mengalami kesepian secara terus menerus selama 6 bulan sesudah kehilangan seseorang yang dicintainya. Kesepian seperti itu berakibat seseorang mengalami stress atau tertekan sekaligus dapat untuk bisa mengenali diri kita yang hakiki. Betapapun sakitnya kesepian itu adanya namun dapat menjadi sebuah pencarian batin yang efektif, saatnya untuk mencari makna hidup dan yang paling penting adalah mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa ta'ala. Dengan berdoa dan penyerahan diri secara total maka beban hati anda tersalurkan dan Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak akan membiarkan anda berjalan dalam kesendirian dan kesepian.
'Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.' (QS. Yusuf : 86).
Wassalam,

agussyafii

Minggu, 3 Oktober, 2010 04:51
********************

Makna Keridhaan

By: agussyafii

Boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 216).
Ayat ini memiliki makna tentang indahnya keridhaan. Makna ridha dengan pemberian yang telah Allah tetapkan kepada kita merupakan kunci sukses dalam meraih kebahagiaan. Sesungguhnya keridhaan itu memiliki buah yang melimpah berupa keimanan. Orang yang ridha dengan ketetapan Allah akan terangkat ditempat yang mulia. Hal itu mempengaruhi keyakinannya menjadi dalam dan memiliki akar yang kuat, tertanam dalam hati.
Barangsiapa yang hatinya penuh dengan ridha terhadap ketetapanNya. Allah akan memenuhi hatinya dengan kekayaan, rasa aman, serta qonaah, selanjutnya Allah menjadikan hatinya penuh cinta, inabah, tawakal kepadaNya, bagi orang yang tidak memiliki keridhaan terhadap ketetapan Allah, hatinya penuh dengan kebencian, kemungkaran, dan kemarahan, dirinya sibuk dengan hal-hal yang sifatnya mencari kesalahan pada orang lain. Sikapnya cenderung reaktif, sensitif terhadap apapun yang membuatnya terjauh dari kebahagiaan dan keberuntungan.
Keridhaan akan mengosongkan hati dari berbagai keterikatan, ketergantungan. Hati dibiarkan hanya untuk Allah. Sikap tidak menerima terhadap qodo' atau ketetapan Allah akan menguras isi hati dari segala sesuatu hal yang bersangkutan dengan Allah. Selalu mengeluh tidak mampu merasakan karunia yang Allah berikan kepadanya, dimatanya hanyalah rizki yang tidak pernah cukup, nasib yang tidak baik, musibah yang tak pernah kunjung usai. Dirinya merasa berhak untuk mendapatkan yang lebih dari semua itu. Dimatanya apa yang menimpa dirinya adalah Allah yang telah memberikan nasib sial. Allah dianggapnya yang bertanggungjawab atas penderitaan yang dialaminya, sebab Allah yang selalu memberikan ujian, musibah, cobaan dan bencana padanya.
Itulah sebabnya menjadi penting untuk kita bersikap ridha atau menerima ketetapan Allah sekalipun ketetapan Allah terkadang pahit rasanya. Keridhaan hati menghilangkan kesedihan, menjauhkan dari bencana, mendapatkan kenikmatan dan karunia yang besar sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala. ' Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah. mereka tidak ditimpa bencana dan mengikuti keridhaan Allah. Allah mempunyai karunia yang besar.' (QS. Ali Imran : 174).
Wassalam,

agussyafii

***************************


Cara Mengatasi Kesepian Dan Tekanan Kejiwaan

By: agussyafii
Sesudah kehilangan sesuatu yang kita cintai, hidup kita biasanya berubah. Kebiasaan hidup yang awalnya bersama dengan seseorang tiba-tiba harus berubah karena kepergiannya. Dapat dimaklumi adanya perubahan ini namun hendaknya tidak terlalu drastis dan mendadak.  Seperti, biasanya orang yang periang, ramah dan mudah bergaul, tiba-tiba menjadi pemurung, penyendiri, pendiam dan tidak mau ketemu dengan siapapun setelah kehilangan orang yang dicintai atau perginya pasangan hidup kita. Bila hal terjadi waktu sementara dan kembali berangsur kembali tentunya dapat dimaklumi. Namun bila berlangsung bertahun-tahun tetap mengurung diri di kamar tentunya bisa berakibat mengalami tekanan kejiwaan.
Terlebih dulu kita harus mengenali sebab-sebab kesepian dan tekanan kejiwaan serta mencari cara yang tepat untuk mengatasinya.
1. Harapan Orang Disekeliling Kita. Kita malu dan kecewa disebabkan kenyataan hidup kita tidak sesuai dengan harapan keluarga, termasuk orang tua, saudara dam juga harapan teman-teman kita sehingga tidak dapat membanggakan diri dihadapan mereka. Kita bisa memahami dan memaklumi apa yang menjadi harapan mereka, tentunya kita juga tidak dapat menyenangkan hati semua orang. Anda sudah sampai pada satu kondisi harus menghadapi dan mengatasinya. Sebaiknya mampu melepaskan diri dari pendapat dan harapan orang lain, berusaha untuk bangkit dan tetap tegak dalam menjalani hidup ini.
2. Keuangan dan Aktifitas. Bila kondisi perpisahan dan kehilangan maka terjadi perubahan keuangan keluarga, terlebih jika sumber pendapatan adalah orang yang meninggalkan kita. Kesulitan keuangan tidak pernah terpikirkan dan tidak mempersiapkan diri sama sekali, tentunya hal ini membuat kita menjadi tertekan dan teramat menderita. Kesulitan ini haruslah diatasi dengan aktifitas yang bisa menambah penghasilan agar tetap bertahan hidup. Kondisi seperti ini bisa jadi sangatlah menguntungkan karena membuat kita menjadi lebih mandiri.
3. Perasaan Bersalah. Mungkin saja anda merasa bersalah atas terjadi meninggalnya atau perpisahan orang yang anda cintai. 'Ah, seandainya aku tidak berbuat itu, mungkin saja dia masih hidup.' 'Andaikan aku tak terburu-buru untuk bercerai, tentunya akan menjadi lain.' 'Andaikan saja aku tidak kehilangan, hidupku akan bahagia.' Berpikir seandainya tentu saja tidak akan memecahkan persoalan dan rasa bersalah yang menghantui kita tidak akan mengurangi rasa kesepian dan tekanan kejiwaan yang kita derita., juga tidak akan mengembalikan apa yang telah hilang bahkan menambah derita. Apapun yang terjadi, tidak perlu anda begitu tertekan dan terus menyesali apa yang telah terjadi karena memang tidak membawa perbaikan.
Menerima kehidupan, apapun yang telah terjadi sebagai sebuah ketetapan Allah adalah cara yang paling mudah agar kita mengatasi rasa kesepian dan tekanan kejiwaan. Berdoa mengajukan permohonan-permohonan positif kepada Allah dan penyerahan diri secara total kepadaNya mengurangi tekanan kejiwaan yang kita alami sekaligus menghilangkan rasa kesepian. Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak akan membiarkan anda berjalan dalam kesendirian dan kesepian.
'Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwasanya Aku adalah dekat. AKu mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepadaKu, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintahKu dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu dalam kebenaran.' (QS. al-Baqarah : 186).
Wassalam,
agussyafii
Senin, 4 Oktober, 2010 23:20
************************

Ketika Ajal Menjemput Kita

By: agussyafii
Malam dingin udara terasa menusuk. Air mata menetes, mengalir begitu saja. Mengingat kematian bisa hadir kapan saja. Bahkan bila Allah menakdirkan detik ini kita meninggal dunia, maka detik inipun kita meninggal dan kita tidak dapat menolaknya.  Kita tidak bisa berbuat apapun, sekalipun kita berlari keujung dunia, kematian tetap menjemput kita.
Rumah tiba-tiba penuh dengan tangisan. Anak-anak kita menangis. Pasangan hidup kita menangis. Orang tua kita menangis. Teman kantor, kerabat, tetangga, mereka semua menangis. Kita hanya bisa membisu, jasad kita dimandikan, dikafani, kemudian disholatkan. Selesai sholat tubuh kita dimasukkan keranda. Diangkat dan digotong keliang lahat. Diringi isak tangis orang-orang yang kita kasihi.
Tubuh kita diturunkan diliang lahat seukuran tubuh kita. Dimiringkan ke arah kiblat.  Ditutup dengan papan. Tinggallah diri kita dalam kegelapan, sendirian dan kesepian.  Tiada seorangpun yang mau menemani diri kita. Bahkan orang paling mencintai kita sekalipun pergi meninggalkan kita. Hanyalah amal kebaikan kita selama hidup didunia yang menemani kita. Amal kebaikan itulah yang menjadi bekal kita.
'Apabila nafas seseorang telah mendesak sampai dikerongkongan dan dikatakan kepadaNya. 'Siapakah yang dapat menyembuhkanmu?' dan dia yakin  bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan dengan dunia telah tiba dan tautan betis kiri dan betis kanan. kepada Tuhanmu-lah pada hari itu kamu dihalau.' (QS. al-Qiyamaah : 26-30).
Sudahkah kita siap bila detik ini ajal tiba?
Wassalam,
agussyafii
Rabu, 6 Oktober, 2010 10:04
**************************

Mencintai Setulus Hati

By: M. Agus Syafii
Laki-laki separuh baya itu duduk pembaringan menemani istrinya sampai kemudian menghembuskan napas terakhir.  Mencintai dengan setulus hati pada istri telah menjadi komitmen, ketika dirinya didera ketakutan hidup sendiri telah menghantui dirinya sejak lama. Ia berusaha mempersiapkan diri dan selalu berusaha melayani istri dengan baik karena menderita sakit. Kesabaran karena kasih sayang tak terukur yang diberikan pada istrinya sebab ia dan anak-anaknya  benar-benar merasakan kasih sayang dari istri dan ibu yang tidak pernah sedikitpun menyakiti hati mereka.  Meski menderita sakit namun kata-kata dan sikap yang begitu lembut dan tidak pernah menjadi marah. Sampai kemudian terjadilah apa yang ditakutkan, serangan penyakit yang tak tertolong oleh dokter dan rumah sakit dengan peralatan modern  sekalipun telah merenggut jiwa istrinya. Ia merasa shock dan terpukul atas kepergian sang istri. Berkali-kali jatuh pingsan, menjadi lemah dan tak berdaya setelah kepergiannya. Sebagai suami merasakan kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya dan tidak tahu harus berbuat apa.
Ia menatap anak-anaknya yang tumbuh besar  begitu sedih dan menangisi kepergian ibu yang begitu menyayangi mereka namun mereka lebih terpukul melihat keadaan dirinya yang tidak lagi memperdulikan mereka, tidakk lagi mengurus apapun termasuk mengurus dirinya sendiri. Tiap hari ia lebih banyak duduk dan setiap kali memandangi poto-poto yang menempel didinding, air matanya mengalir deras. Buku-buku, benda kesayangan, tanaman dihalaman tetap disiraminya. Juga binatang peliharaan kesayangannya seolah mengingatkan lagi usapan tangan yang lembut, Ia tidak mau memindahkan semua benda atau apapun yang berkaitan dengan istrinya. Perasaan kehilangan telah membuatnya tidak lapar dan haus membuat tubuhnya menjadi lemah dan tak bergairah untuk bekerja.  Dalam kesendirian dirinya bertanya-tanya, 'Bila Allah Maha Baik mengapa membiarkan kami kehilangan orang yang kami cintai? Mengapa kebahagiaan keluarga kami begitu singkat?
Ketika keadaan sudah sedemikian parah dan ia ditengah keterpurukannya, sampai kesempatan mengenal orang yang mengalami hal yang sama di Rumah Amalia, kehilangan orang yang dicintainya, menanggung beban yang berat. Akhirnya ia menemukan dirinya sendiri dan bisa mengatasi rasa perih akibat orang yang dicintainya. Ia menyadari bahwa Allah telah menganugerahkan cinta dan kasih sayang pada istrinya, rasa cinta itulah yang menguatkan dirinya agar tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang ayah bagi anak-anaknya dan bagi sesama dengan aktifitas sosialnya. Kenangan indah akan orang yang dicintainya tetap disimpannya dan sebagai penyembuh bagi dirinya. Rasa perih, kesepian dan kesendirian perlahan-lahan telah mencair, ia memperoleh makna hidup yang membuatnya semakin bijak dan lebih mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Wassalam,
M. Agus Syafii
Kamis, 21 April, 2011 23:14

***********************************

Hatinya Hancur

By: agussyafii
Malam itu di Rumah Amalia saya kedatangan tamu. Seorang laki-laki yang hatinya hancur. Laki-laki itu separuh baya. Wajahnya terlihat lebih tua daripada usianya sendiri. Awalnya ketika menikah sampai istrinya hamil dan melahirkan. Diusia anak laki-lakinya berumur sembilan bulan, istrinya meninggalkannya dan anak laki-lakinya. Istrinya meninggalkan karena kehidupan yang susah, 'aku menikah agar aku hidup bahagia bukan hidup susah.' begitu ucap istrinya.
Dalam seorang diri tanpa istri, dirinya merawat anak dan mengasuh. Apapun pekerjaan dilakukan untuk menghidupi sang buah hati.  Kepergian istrinya telah membuat luka dihati, Peristiwa itu membuat dirinya menjauh dari Allah. Ibadah yang biasa dilakukan, tidak dilakukannya lagi. 'Buat apa sholat bila hidup menderita.' begitu tuturnya. Dengan hati yang terluka, perjalanan hidup ada kemudahan. Rizkinya lancar, anaknya tumbuh besar sampai menginjak kelas dua SD.
Anaknya menjadi kebanggaan. disekolah selalu ranking satu. Semua surat dalam Juz Amma' telah dihapal.  Bahkan waktu masih berusia lima tahun sudah mampu membaca al-Quran dengan lancar. Kebahagiaan menyelimuti hidupnya, terkadang terselip kekecewaan, kemarahan dan perih dihatinya belumlah hilang. Sampai suatu hari anak laki-laki yang dicintainya sakit keras dan seminggu kemudian dipanggil oleh Sang Pecipta. Meninggal anak yang dicintainya benar-benar membuat hati terasa hancur, tidak ada lagi yang tersisa senyuman dibibir. Air matanya mengalir. Kepergian sang buah terasa menyayat dihati. 'Sudah tidak ada yang tersisa Mas Agus. Saya sudah tidak punya apapun dalam hidup ini.' Laki-laki mengusap air matanya.
'Saya mengira dengan cara menjauhi Allah, saya akan menemukan kembali apa yang hilang, yang saya temukan malah sebaliknya, makin banyak kehilangan demi kehilangan. Saya kehilangan Allah, saya kehilangan istri, saya kehilangan anak dan saya kehilangan diri saya sendiri.' lanjutnya. 'Maafkan aku Ya Allah. Astaghfirullah,' ucapnya lirih. Malam semakin larut. Ditengah hatinya hancur, beliau telah menemukan secercah cahaya untuk kembali kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
--
Teman, seberat apapun dalam hidup ini, mari kita semakin mendekatkan diri kepada Allah. 'Hasbunallah wanikmal wakil' Cukuplah Allah menjadi penolong bagi kami.' (QS. Ali Imran : 173). Menggantungkan harapan hanya kepada Allah akan memudahkan penderitaan menjadi kebahagiaan, cobaan menjadi kegembiraan. Setiap permasalahan hidup senantiasa ada solusinya bila kita memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Wassalam,
agussyafii
Senin, 27 September, 2010 10:15