Minggu, 23 Oktober 2011

Bunga Rampai Penyejuk Jiwa : Fikri Wardana

1.  Mutiara Penyejuk Jiwa & Penambah Semangat No. 91, 2 Oktober 2011





Mereka yang memiliki tujuan yang jelas, walaupun berjalan di jalan yang rusak akan tetap mencapai kemajuan. Namun, mereka yang tidak memiliki tujuan yang jelas, walaupun berjalan di jalan yang mulus tetap tidak akan membuat kemajuan.
(Imam Munadhi)

Seseorang yang mengetahui mau kemana arah bepergiannya akan jelas mengarahkan langkah kakinya, seperti seorang pengemudi kendaraan yang mengarahkan kendaraan melalui berbagai jalan sebelum tiba di tempat tujuan. Bermacam-macam lalu lintas yang ruwet serta kondisi jalan yang tidak bersahabat selalu menghadang setiap orang yang sedang menuju sasarannya. Meski demikian jika sasaran yang akan dicapai telah diketahui dengan jelas dan keteguhan hati telah bulat, maka berbagai gangguan hanya akan memperlambat waktu saja. Berbeda dengan seseorang yang bepergian namun tidak mengetahui sasaran akhir yang akan dituju, maka seolah dia berjalan ditempat dan berputar-putar saja sehingga tidak berpindah tempat ke yang lebih baik.

persembahan
Fikri C. Wardana
fms
training & seminars
Minggu, 2 Oktober 2011  10:06
====== =========

2.  

Membangun Keteraturan di Tengah Kekacauan

Oleh: Andre Vincent Wenas


“Semuanya dalam keadaan bergerak-mengalir, panta rei,” begitu ujar filsuf
Herakleitos sekitar 2500 tahun lampau. Lalu, 1500 tahun kemudian (persisnya
tahun 1014), Uskup Agung Wulfstan dalam sebuah kotbahnya di York mengatakan, “Dunia bergerak dengan cepat dan tengah mendekati titik nadirnya.” 

***

Yang ingin dikatakan,  berita tentang perubahan itu sendiri bukanlah barang
baru.  Hal yang mungkin telah membuat banyak orang kaget dan terkesima oleh
gerak perubahan yang ada sekarang adalah lantaran kondisi ketidaktahuan
(ketidaksadaran)nya sendiri. Sejarah jika dikaji akan banyak memberi pelajaran
dan hikmat untuk meniti masa kini menuju masa depan.

***

Manajemen, pada hakekatnya adalah ilmu sekaligus seni mengelola perubahan.
Artinya, pada tataran kelompok, bagaimana mentransformasikan organisasi dari suatu kondisi tertentu menuju kondisi ideal. 

Jadi, sudah pada galibnya jika manajemen sebagai sistem dan para manajer sebagai agensinya senantiasa bergiat di tengah ketegangan-kreatif ini. Selalu mencari cara terbaik (paling efisien dan efektif) dalam rangka mencapai tujuannya. Tujuan itu sendiri, pada gilirannya, akan terus ditarik ke suatu arah yang lebih tinggi lagi. Inilah aspek dinamisnya.

Manajemen akan selalu bekerja seturut cara penalaran tertentu. Secara naluriah – di dalam ruang lingkup pengaruhnya – ia akan mengusahakan suatu kondisi
keteraturan (order). Keteraturan adalah prasyarat, landasan untuk mencapai
tingkat efisiensi dan efektifitas tertinggi. Dari situ bangunan konseptual
perencanaan dibangun. Perencanaan diperlukan demi optimalisasi penggunaan sumber daya. Optimal artinya pemakaian yang minimal untuk mencapai hasil maksimal.

Akibat tuntutan pertumbuhan, dan tekanan lingkungan bisnis, maka realitas
manajemen organisasi menjadi dialektika yang kerap terkesan paradoksal. Ia mesti membangun suatu tingkat kestabilan tertentu di tengah guncangan yang ada, dan pada saatnya – jika diperlukan – merekayasa guncangan di tengah kondisi kestabilan (baca: kemapanan yang melenakan). Sintesisnya adalah perencanaan strategis.

Namun persoalannya, perencanaan strategis (model dulu) yang disusun dalam
tahapan 1 tahun sampai 5 tahunan, bahkan 10 tahun atau 25 tahun ke depan, saat ini dirasa kurang kurang memadai lagi. Tantangannya, bagaimana perencanaan strategik bisa dibuat jika asumsi-asumsi yang jadi fundamentalnya kerap berubah secara cepat dan signifikan?

***

Dalam setiap kondisi turbulen akibat perubahan faktor eksternal yang tinggi
intensitasnya, senantiasa mengakibatkan situasi kerawanan (lekas kena, tidak
kebal).  Kerawanan ini akibat tekanan kuat faktor eksternal, atau karena memang kondisi internalnya yang rapuh dan tidak siap lantaran tidak antisipatif
sikapnya.

Di sinilah Philip Kotler, mahaguru manajemen pemasaran kaliber dunia yang kali ini berpasangan dengan John Caslione, konsultan manajemen, menawarkan sebuah model yang secara praktis bisa dipakai para manajer untuk menyiasati dan sekaligus mengambil kesempatan yang muncul dari kondisi kerawanan itu. 

Intinya, demi menghindari organisasi terjebak dalam kondisi kerawanan,
diperlukan suatu daya-lenting (resiliency) yang cukup tinggi. Laksana seorang
pesilat yang bisa melenting lincah keluar dari kepungan musuh dan bisa
menyiasati kondisinya sedemikian rupa sehingga mampu bertahan dan bahkan keluar sebagai pemenang.

Model yang ditawarkan terdiri dari 3 tahap: Pertama, perlu dibangun sebuah
mekanisme peringatan-dini (Early-Warning System), yang intinya adalah sebuah sistem manajemen informasi yang bisa berfungsi sebagai radar yang cukup peka untuk menangkap sinyal-sinyal perubahan. 

Kedua, dari informasi yang terus mengalir kemudian dikonstruksilah beberapa
skenario kunci. Lalu yang terakhir, memilih skenario serta strateginya. Di tahap
ini, dimensi kepemimpinan dan keberanian mengambil keputusan menjadi
imperatif. 

Model ini (Kotler & Caslione menyebutnya: the chaotic model) mesti diputar
dengan disiplin yang ketat. Dan untuk menerapkan model itu dipersyaratkan
perubahan perilaku tertentu dari para pimpinan:

Mereka harus mau melihat perubahan dengan mata kepalanya sendiri. Caranya bisa dengan mengunjungi tempat-tempat di mana perubahan itu sedang terjadi, bukan sekedar dengan membacanya dari majalah bisnis, atau mendengar dari konsultan, atau sekedar tahu dari laporan staf. Ini semua karena akselerasi perubahan yang terjadi berbanding lurus dengan tingkat komitment keterlibatan yang dituntut dari para pemimpinnya. Tingkat komitmen dan keterlibatan ini, pada gilirannya berbanding lurus dengan tingkat pemahaman realitas bisnisnya. Tingkat pemahaman inilah yang bakal menentukan kualitas keputusan yang diambil.

Para pembuat keputusan mesti menghilangkan saringan informasi yang bisa
mendistorsi kenyataan. Pastikan bahwa kejernihan pandangannya tidak disensor oleh laporan-laporan bergaya ABS yang pekat berlumur kepentingan. 

Aksi terobosan sangat disarankan, seperti misalnya bicara langsung dengan mereka yang tidak jadi pelanggan Anda. Atau pergi makan malam dengan karyawan Anda yang paling berani berpikir-bebas. Free-thinkersini tidak terbebani kepentingan office-politics.

Dibandingkan dengan buku, “Marketing in Crisis: Marketing Therapy, Menyerang Pasar dan Mengambil Manfaat dari Krisis Ekonomi”ditulis oleh Dr. Rhenald Kasali (Penerbit Gramedia, 2009) yang dengan cara sangat menarik memberi penekanan pada dimensi kepemimpinan serta aspek OD (organization development) yang berangkat dari kondisi Indonesia untuk menyiasati kerawanan yang diakibatkan terpaan krisis global (yang dimulai dari Amerika), maka buku Kotler & Caslione ini bisa dianggap mewakili pandangan yang datang dari kawasan yang telah mengakibatkan krisis global itu terjadi.

Buku ini dilengkapi juga dengan pelbagai matriks dan tabel yang memuat perincian hal apa saja yang mesti diukur atau diperhatikan. Terhadap upaya Kotler & Caslione yang lewat buku ini menawarkan suatu kerangka-berpikir dan seperangkat konsep praktis menyiasati krisis, persis di saat guncangan itu sedang terjadi, jelas menunjukkan kepiawaian mereka dalam praksis ilmu manajemen pemasaran yang mereka ajarkan sendiri. 

-------------------------------------------------------------------------
(artikel dari Harian KOMPAS, Minggu 31 Mei 2009)


STRATEGIC MANAGEMENT SERVICES
Business Advisory & Management Services

Senin, 3 Oktober 2011  03:24

Catatan:
Artikel ini sebelumnya telah dikontribusikan ke media lain. Segala hal yang menyangkut sengketa Hak atas Kekayaan Intelektual menjadi tanggung jawa Kontributor Milis/BlogThe Managers Indonesia

Sabtu, 22 Oktober 2011

Bidadari Words dari Krishnamurti

Pikiran Anda yg
hrs menguasai dunia,

bukan dunia yg
menguasai pikiran Anda...

(Krishnamurti Words)
Sabtu, 1 Oktober 2011  13:20
===================
Bila msh bisa berbagi motivasi,
khususnya pd mrk yg tersisih,
sungguh menguatkan misi.

(Bidadari Words)

Hongkong, 2 Oktober 2011
Krishnamurti
Senin, 3 Oktober 2011 05:23
============ ======
Bila msh bisa berbagi motivasi,
khususnya pd mrk yg tersisih,
sungguh menguatkan misi.

(Bidadari Words)

Hongkong, 2 Oktober 2011
Krishnamurti
Senin, 3 Oktober 2011 05:24
=========== ========

Saudaraku,
tulislah kisahmu helai demi helai,
agar tersambung sebuah buku cerita
bhw ada hikmah dlm duka...

(Bidadari Words)

Salam pagi dari Hong Kong...
Krishnamurti
Selasa 4 Oktober 2011 06:13
============ ========
Bgmn Anda bisa punya uang banyak,
jika Anda tidak punya banyak uang?

(Krishnamurti Words)

Salah satu bahasan workshop Finansial
di Hongkong, 5 Oktober 2011
========= ========

Orang jadi susah maju
karena banyak mikir &
kikir utk majukan pikirannya...

(Bidadari Words)

Krishnamurti
Day 1 in Quantum TranceCASINO, Macau, 7 Okt'11
Jumat, 7 Oktober 2011  07:02
============ ===========

Casino bisa digunakan sbg tempat judi
atau tempat latihan untuk berani
mengambil keputusan yg beresiko Finansial.

(Krishnamurti Words)

Macau, 7 Oktober 2011
Quantum TranceCASINO
Jumat, 7 Oktober 2011 18:38
============= ======

Di Casino,
org yg tenang blm tentu menang,
nmn dia akan kuasai permainan
krn dia kuasai dirinya...

(Krishnamurti Words)
Quantum TranceCASINO @ Macau, 7-9 Okt'11
Sabtu, 8 Oktober, 2011 08:43
========== ==========
Banyak org takut kalah judi krn uang,
tp malah menggadaikan hidupnya demi uang...

(Krishnamurti Words)

Quantum TranceCASINO
Macau, 9 Oktober 2011
Minggu, 9 Oktober 2011 08:02
========== ==========
Bersedekahlah bukan
biar dpt banyak rejeki,

bersedekahlah agar
dunia ini jadi lebih baik...

(Krishnamurti Words)

Jakarta, 10 Okt'11  21:44
=========== =====

Sharing The Dancing Leader di Nutrifood

Oleh:  Budi Setiawan


Sebuah keistimewaan mendapat kesempatan untuk berbagi tentang The Dancing Leader di perusahaan keren seperti Nutrifood. Simak cerita serunya.

Sebuah perjumpaan melalu twitter ternyata bisa membuahkan keistimewaan. Awalnya, percakapan dengan Pak @Wumard mengenai perusahaan yang tengah dipimpinnya. Aku mengetahui sosok beliau karena sharingnya di forum @Obsatbeberapa waktu yang lalu. Berdasarkan informasi yang dibagikan di twitter, aku merasa bahwa beliau adalah sosok pemimpin bisnis yang keren.

Ketika aku menyusun buku-e gratis The Dancing Leader sebagai kado merdeka, aku mencoba meminta testimoni dari Pak Mardi Wu. Alhamdulillah, beliau bersedia memberi testimoni tentang The Dancing Leader. Lebih dari itu, aku bahkan mendapat kehormatan buat berbagi inspirasi di LIGHT, forum belajar 2 bulanan, Nutrifood. Kesempatan belajar untuk mengembangkan bersama The Dancing Leader agar bisa lebih bermanfaat buat semua. Mengapa kesempatan belajar? Karena ini adalah forum pertama kali aku berbagi The Dancing Leader.

Setelah ngobrol di Surabaya dengan @GraceS1ana dan @hermansbm, akhirnya kesempatan untuk berbagi itu terlaksana pada hari Selasa, 18 Oktober 2011. Pagi hari aku terbang bersama Garuda menuju kantor Nutrifood di Pulogadung. Sesampai di sana, aku takjub menyaksikan kantornya yang keren dan sambutan yang ramah. Tentang kantornya yang keren, aku tulis di posting berbeda.

Forum Light dihadiri oleh jajaran manajemen Nutrifood dari semua departemen. Tak kurang dari 95 orang hadir, bahkan jajaran direksi pun dengan kerendahan hati juga hadir dan belajar bersama di forum tersebut.

Dalam forum tersebut, aku bercerita tentang bagaimana manusia mendapatkan informasi baik untuk belajar maupun mengambil keputusan untuk tindakannya. Kenyataannya, 80 informasi yang kita terima itu berasal dari mata. Padahal, seringkali kita melihat hanya “saat ini dan disini”, dalam dimensi ruang dan waktu yang mengacu pada diri kita sendiri. Aku putar sebuah video yang menunjukkan apa yang kita lihat sebenarnya bukan apa yang senyatanya.

Apa konsekuensinya? Peran seorang pemimpin adalah mengarahkan (lead) orang menuju suatu tempat yang diidamkan bersama (vision). Ketika pemimpin hanya melihat “saat ini dan disini” maka keputusannya cenderung bersifat reaksioner, tidak visioner. Tidak mengarah pada visi yang dituju. Mungkin kesan awal keputusannya menjadi solusi hari ini, tapi ujung-ujungnya menjadi persoalan di kemudian hari.

Pemimpin menjadi tidak tanggap terhadap gelombang perubahan yang terjadi. Ia memandang perubahan sebagai sesuatu yang bisa direncanakan, sulit untuk dihadapi dan lingkupnya pada individual. Padahal dari sebuah molekul, kita bisa belajar bahwa perubahan itu terjadi secara alami, mudah dan relasional.

Ibarat seorang penari, pemimpin wajib menyimak, bukan saja ritme perubahan saat ini, namun juga ritme perubahan yang akan terjadi. Ketika pemimpin bersikap demikian, tentu organisasi yang dipimpinnya akan tergerus dan bahkan ditenggelamkan oleh gelombang perubahan. Bagaimana The Dancing Leader bisa menari di tengah gelombang perubahan?

The Dancing Leader bukanlah sebuah model kepemimpinan tunggal dengan interpretasi sama untuk semua orang. Mengapa? Pada dasarnya setiap orang adalah pemimpin. The Dancing Leader meyakini ketika seseorang mengeskpresikan kekuatan uniknya dalam tindakan dan relasinya bersama orang lain, maka ia adalah seorang pemimpin. Apapun kekuatan unik seseorang adalah modal dasar kepemimpinan.

Sebuah tarian tidak bisa diajarkan dengan ceramah, namun harus diperagakan secara konsisten. Seorang pemimpin menerjemahkan visi masa depan dan memperagakannya dalam bentuk tarian uniknya. Awalnya, tarian uniknya mungkin dianggap aneh sampai ada pengikut pertama. Pemimpin dituntut mengarahkan pengikut pertama itu dan mereka menari sebagai sebuah tim. Pengikut pertama ini yang nantinya akan mengajak orang lain untuk bergerak menarikan tarian perubahan tersebut.

Pada bagian akhir, aku mengajak peserta LIGHT melakukan latihan singkat berupa dialog Appreciative Inquiry. Setiap berdialog berpasangan untuk menemukan pengalaman terbaik dan misi personalnya. Setelah itu setiap 3 pasangan membentuk kelompok dan bertugas menemukan simbol diri yang melukiskan keunikan masing-masing orang. Dan sesi paling seru ketika setiap kelompok menceritakan simbol diri tersebut. Penuh apresiasi dan canda tawa yang menunjukkan relasi yang sehat dalam forum tersebut.

Pada akhirnya, forum di tutup dengan sebuah ajakan untuk setiap orang mengeksperikan keunikan diri dalam tindakan dan relasinya bersama orang lain di tempat kerja.

Apa inspirasi yang anda dapatkan dari forum tersebut? 

 

Catatan: Posting ini bukan posting berbayar. Pemberitaan atas sepengetahuan dari pihak Nutrifood

Jumat, 21 Oktober 2011  12:29

MONEYnLOVE Inspires: 17.10.2011 "Working is Loving"

Oleh:  Freddy Pieloor

Dear Keluarga Indonesia,


Selamat pagi dan salam sejahtera,


Senang sekali saya bisa menyapa Anda semua.
Semoga Anda dan Keluarga dalam keadaan sehat dan sejahtera senantiasa.

Mulai Senin ini, MONEYnLOVE akan menghampiri Anda dan keluarga.

Senin ini saya ingi berbagi dengan tema:

"Working is Loving"
Bekerja/Berkarya adalah Bukti Nyata Cinta

Apakah Anda memiliki pekerjaan atau aktifitas, yang memberikan Anda sebongkah rejeki untuk Anda persembahkan kepada istri/suami dan keluarga tercinta?
Saya berharap demikian adanya.

Dengan bekerja dan memperoleh rejeki, berarti Anda sungguh mencintai keluarga Anda.

Anda bangun pagi buta, dan menempuh jarak belasan KM dari rumah menuju kantor atau tempat bekerja Anda. Lalu selama 8 jam sehari, selama 5 hari seminggu, selama 22 hari sebulan dan 52 minggu setahun, Anda menyatakan Cinta Anda kepada keluarga dengan bekerja menuangkan pikiran dan tenaga serta umur Anda.

Bekerja dan atau berkarya adalah bukti nyata Cinta Anda, dan bila Cinta Anda tulus kepada anak-anak dan pasangan Anda, maka sudah selayaknya Anda bekerja dengan sepenuh hati, ikhlas dan bangga.

Karena Anda bekerja demi badan/tubuh, pikiran dan masa depan anggota keluarga tercinta.
Jangan pernah merasa malas, dan membolos kerja atau kurang gairah dalam pekerjaan, karena itu berarti Anda memperlakukan keluarga Anda demikian pula.

Ingat bekerja adalah senyum, tawa dan masa depan cemerlang bagi keluarga Anda.

Anda malas bekerja dan bolos, sama saja Anda mengkhianati anak-anak Anda.

Bekerjalah dengan tulus, setulus Anda mencintai orang-orang yang Anda kasihi. Jangan pernah mengeluh karena konsekuensi Cinta.

Bila Anda Cinta, "Just Do It" pekerjaan Anda.

Demikian dan berikan arti Cinta Anda.


Salam Cinta Keluarga,
Freddy Pieloor
Seorang suami dan ayah

Senin,  17 Oktober 2011  06:31

Jabatan Kita, Tidaklah Abadi

Oleh:  Dadang Kadarusman

Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Setiap karyawan sewajarnya memiliki ambisi untuk meraih posisi-posisi yang bisa meningkatkan tarap hidupnya.  Namun hati-hati, jangan sampai menodai perjuangan itu dengan tindakan-tindakan yang tidak terpuji. Nanti bisa menyesal. Kapan penyesalan itu datang? Nanti ketika sudah tidak menjabat lagi. Saat dunia terasa sunyi, rasa sesal itu bisa datang menghantui. Dan saat itu, semua sudah serba terlambat. Jadilah orang yang memiliki jabatan tinggi namun tetap rendah hati. Hal itu dimulai dari cara mendapatkannya dengan langkah-langkah terpuji. Saat nanti kita tidak menjabat lagi, kita akan merasa lega didalam hati. Lagi pula, tidak ada jabatan yang abadi. Yang ada adalah giliran untuk saling berganti. Maka penting untuk memastikan bahwa cara kita mendapatkannya baik. Dan cara mengembannya juga baik. Begitu pula cara mengakhirinya.
 
Tanggal 18 Oktober 2011 SBY mengumumkan perombakan kabinet. Hal ini  menegaskan bahwa setinggi apapun jabatan kita, bisa hilang begitu saja. Apakah ada orang yang ingin kehilangan jabatan tinggi secara tiba-tiba? Saya kira tidak. Apalagi jika jabatan itu sangat bergengsi. Memberikan penghasilan tinggi. Dan fasilitas yang serba mewah. Makanya kita sering terlalu terikat dengan jabatan. Mengejar-ngejarnya. Lalu mendekapnya seolah tidak ingin terpisahkan lagi. Padahal itu berbahaya sekali. Jika tiba saatnya harus mengembalikan mandat, kita bisa terkena sindrom kehilangan kekuasaan alias post power syndrom. Terkena serangan jantung. Atau sekedar merasa bingung dan linglung. Kita harus memiliki keinginan untuk meraih pencapaian yang tinggi. Namun, kita juga perlu memerdekakan diri dari belenggu ketergantungan pada jabatan tinggi. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar membangun pencapaian tinggi namun tetap menjadi pribadi yang merdeka, saya ajak memulainya dengan memahami 5 prinsip Natural Intelligence berikut ini:
 
1.      Bersiap-siaplah untuk kehilangan jabatan. Menteri, Direktur, CEO, bahkan Presiden pun cepat atau lambat akan berhenti juga. Tidak masalah apakah diberhentikan karena masa jabatannya habis, dinilai tidak bagus, atau pensiun. Meskipun masih ingin sekali untuk menjabat, tetap saja tidak bisa mengalahkan kodrat. Jabatan Anda apa? Pasti akan berakhir. Setiap jabatan empuk, memiliki sifat adiktif yang membuat kita lengket kepadanya. Terbuai dalam kenikmatannya sering membuat kita terlena, dan kurang siap menerima kenyataan ketika tiba saatnya untuk lengser. Kita justru perlu terus sadar jika jabatan itu hanya sementara. Dengan kesadaran itu, bukan hanya bisa menerima kenyataan saat kehilangannya. Lebih dari itu, kita bisa tetap rendah hati meski punya jabatan tinggi. Mereka yang tinggi hati dan ‘sok bossy’ menunjukkan rendahnya nilai kesadaran akan betapa tidak langgengnya jabatannya.  Jika saat itu tiba, mereka terkejut, dan sulit untuk menerima kenyataan. Sedangkan orang-orang yang sadar dengan ketidakabadian itu bisa bersiap lebih baik menyongsong saat akhir. Maka secara fisik dan mental pun dia sudah memiliki kesiagaan yang tinggi. Jika saat itu tiba? Mereka menyambutnya dengan senyum kepuasan dan kesiapan.
 
2.      Bersiap-siaplah untuk menerima tugas besar. Seperti dua sisi keeping mata uang; ada yang kehilangan jabatan, dan ada pula yang mendapatkannya. Kesempatan itu sering datang tidak terduga. Tiba-tiba saja boss kita mengundurkan diri. Tiba-tiba saja manager kita dihire oleh competitor. Tiba-tiba saja, ada posisi kosong yang menggiurkan. Bayangkan jika saat itu tiba; Anda tidak memiliki kesiapan untuk menunjukkan bahwa Anda layak mendapatkannya. Kesempatan itu akan kembali melayang ke tangan orang lain yang lebih siap dari Anda, bukan? Banyak orang yang merasa rugi kalau berperilaku, bertindak dan berprestasi tinggi jika posisinya belum tinggi. “Nanti saja kalau saya sudah mendapatkan jabatan tinggi,” begitu kilahnya. Padahal, orang tidak dipromosi sekedar dengan prestasi ‘nanti’, melainkan kinerja dan kualitas pribadinya selama ini. Jika Anda memiliki ambisi tinggi, maka Anda harus menunjukkan kesiapan untuk mendapatkan posisi tinggi itu sejak saat ini. Sungguh, Anda tidak pernah tahu kapan kesempatan itu akan datang. Namun selama Anda telah siap untuk mendapatkannya, Anda akan benar-benar berhasil meraihnya.
 
3.      Ingatlah bahwa jabatan itu adalah amanah. Masalah terbesar kita adalah sering mengira bahwa jabatan itu adalah keadaan dimana kita bisa mereguk semua kenikmatan. Makanya tidak heran jika setelah menjabat kita tergoda untuk sekedar menikmati fasilitasnya, memamerkan kementerengannya, dan ngotot untuk mempertahankannya. Lha, hasil kerja kita apa? Tenang saja, pejabat lain juga tidak hebat-hebat amat tapi aman-aman saja tuch. Keliru, jika kita merujuk kepada orang lain yang kinerjanya biasa-biasa saja. Ini tentang diri kita. Dan ini tentang jabatan kita. Maka ini, adalah tentang bagaimana kita menjalankan amanah sebaik-baiknya. Orang-orang yang tidak menjalankan amanah dengan baik justru beresiko besar kehilangan jabatannya. Sebaliknya mereka yang mampu menjaga dan menunaikan amanah, lebih berpeluang untuk mendapatkan amanah yang lebih besar. Ingatlah bahwa jabatan Anda adalah amanah yang harus ditunaikan. Sebagai imbalannya, Anda mungkin akan terus diberi kepercayaan. Atau, saat pensiun nanti; Anda mempunyai kisah yang pantas untuk diceritakan kepada anak cucu.
 
4.      Sadarlah jika pemegang amanah pasti diawasi. Soal pekerjaan, mungkin urusannya hanya antara Anda dengan perusahaan. Namun soal amanah, bukan hanya dengan manusia kita berurusan. Ada Tuhan. Kita yang mengaku percaya kepada adanya Tuhan tidak patut mengabaikan amanah. Terutama karena jabatan tinggi itu memiliki efek samping bernama ‘lupa diri’. Kita bisa lupa bahwa derajat kita sama dengan mereka yang lebih rendah posisinya, misalnya. Kita juga bisa lupa bahwa benda-benda dan uang itu bukan milik kita, sehingga disadari atau tidak; kita mengklaimnya sebagai property pribadi. Kita juga sering lupa bahwa keberadaan amanah itu satu paket dengan kejujuran, sehingga ‘asal semua bisa dibungkam segalanya aman’. Saya kan bekerja di swasta, mana ada peluang itu? Hmmh, setahu saya, sifat amanah itu diperlukan di semua lokasi lho. Ah, kejujuran itu siapa yang tahu? Beranikah Anda menganggap Tuhan tidak tahu? Rasanya terlalu beresiko ya? Orang yang sadar amanah tidak akan berani menyalahgunakan jabatannya untuk hal-hal yang tidak disukai Tuhannya. Dan dia, pasti akan menjaganya sebaik-baiknya. Apakah dia bekerja di instansi pemerintah. Atau di perusahaan swasta. Karena amanah, adalah bahasa universal untuk apa yang kita sebut sebagai integritas diri.
 
5.      Siapkanlah pertanggungjawaban didewan tertinggi. Setiap jabataan menuntut adanya pertanggungjawaban. Performance appraisal yang kita jalani setahun sekali itu adalah salah satu contoh forum yang memfasilitasinya. Presiden berpidato didepan anggota dewan. Dan CEO berpidato dihadapan para pemegang saham. Dengan atasan, Anda bisa berdebat untuk mendapatkan penilaian yang baik. Dengan anggota dewan Presiden bisa melakukan lobby politik agar sidang menerima pidatonya. Kepada para pemilik saham, CEO bisa bernegosiasi. Semuanya bisa diatur. Makanya, dihadapan sesama manusia, kebenaran dan kejujuran bisa bersifat nisbi. Pertanyaannya adalah; bisakah Anda berargumen dihadapan dewan tertinggi yang dipimpin langsung oleh Tuhan? Setiap pribadi adalah pemimpin. Dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Maka penting bagi kita untuk mempersiapkan laporan pertanggungjawaban atas semua amanah yang kita emban. Baik sebapai pemimpin pribadi. Maupun sebagai pengemban tugas sebuah jabatan. Sebab sekecil apapun jabatan itu, akan dimintai pertanggungjawaban.
 
Mengejar jabatan itu baik adanya. Keinginan untuk meraihnya memberi kita energy untuk berprestasi tinggi. Namun, hendaknya kita tetap berpegang teguh kepada prinsip-prinsip kehormatan. Karena tanpa kehormatan, kita bisa menghalalkan segala cara. Selain penting untuk menjaga kesucian proses meraihnya, juga sangat penting untuk tetap mengembannya dengan nilai-nilai kemuliaan. Sebab setelah semua jabatan itu kita tanggalkan, tidak ada lagi yang kita miliki selain catatan tentang bagaimana dahulu kita menunaikannya. Jika kita baik, maka baiklah akhir kehidupan kita. Jika buruk? Maka bersiaplah untuk menghadapi konsekuensinya. Tetapi, bukankah kehidupan didunia ini hanya sementara saja? Sedangkan kehidupan akhirat adalah abadi. Terlalu beresiko jika demi kebanggaan dan kenikmatan fana ini kita mengorbankan peluang mendapatkan  pahala dan kesempatan untuk hidup bahagia selama-lamanya. Ingatlah selalu bahwa jabatan kita, tidaklah abadi. Namun semua tindakan dan perilaku kita selama menjabat itu akan tetap tercatat dalam kitab langit. Yuk, kita kejar jabatan tinggi dengan cara yang baik. Dan kita tunaikan amanah itu dengan sebaik-baiknya.
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman – 19 Oktober 2011
Penulis buku ”Natural Intelligence Leadership” (Tahap editing di penerbit)
 
Catatan Kaki:
Siapapun yang menginginkan kehormatan dan kenikmatan abadi, perlu menggunakan semua fasilitas di dunia untuk mendapatkan keridoan Ilahi.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya. 
 
Rabu, 19 Oktober 2011 08:04

Sirkuit Kultural Kapital

Oleh: Andre Vincent Wenas


"Kesadaran adalah matahari. Kesabaran adalah bumi. Keberanian menjadi cakrawala.
Dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata." (WS Rendra, Megatruh, 1997)

***

  Omong sih gampang, tapi omong yang berbobot (mengungkap realitas) dan
sekaligus melaksanakan kata-kata (sebagai konsekuensi disposisi etis) barulah
disebut perjuangan. Di tengah musim kampanye pilkada dan sebentar lagi masuk
masa pemilu, bakal ada banyak kata (juga yang omong kosong) berseliweran di
jalan raya forum publicum. Ironisnya, kata-kata ini – seperti di jalan raya kota
metropolitan – meski disampaikan dengan nada terburu-buru (katanya jaman modern
butuh kecepatan!) namun ya kenyataannya ia selalu dalam keadaan macet dan
semrawut (saking banyaknya kata-kata namun infrastruktur mentalnya masih sangat
kurus). Kejernihan berpikir banyak habis dilindas implementasi ideologi pasar
yang sofistik.

  Adalah Nigel Thrift (The Rise of Soft Capitalism, 1998) yang menyodorkan
konsep menarik yang disebutnya: “Sirkuit Kultural Kapital”. Konsep ini mencoba
menerangkan proses produksi dan konsumsi gagasan-gagasan manajemen dan bisnis
kontemporer yang banyak mendominasi kapitalisme. Promotornya tentu sekolah
bisnis, media-massa yang jadi anggota grup bisnis, para tokoh dunia usaha sampai
pemimpin politik. Merekalah partisipan aktif dalam sirkuit kultural kapital ini.
Inti soalnya: semakin intensifnya suatu gagasan – terlepas dari benar tidaknya
isi gagasan itu – berputar dalam sirkuit kultural kapital semakin kuatlah posisi
gagasan. Di sini, gagasan “Globalisasi” termasuk jargon yang “kuat” (intensif
diomongkan), karena sirkulasinya begitu kencang dan meluas ke pelbagai sektor
serta kenyataan sosial.

  Sehingga kata ‘Globalisasi” seolah menjadi semacam mantra dalam akhir abad
ke-20 dan awal abad ke-21 ini. “Bahkan, dapat dikatakan bahwa ‘globalisasi’
sudah menjadi klise pada tataran wacana popular. Sebagai suatu klise, kendati
jargon ini menangkap banyak dari semangat zaman baru ini, ‘globalisasi’ tidak
beredar sebagai suatu konsep yang jelas dan tunggal artinya. Sebaliknya,
‘globalisasi’ kian banyak mengisi dunia simbolik dan wacana popular persis
karena lentur dan longgarnya pengertian yang terkait dengan istilah ini.”
(Robert H. Imam, Globalisasi: Proses dan Wacana Kompleks serta Konfliktual,
2006). Menurut kata-kata Kim Kihwan, Chairman of Korea National Committee for
Pacific Economic Cooperation, “Although globalization has been taking place for
quite some time, and has been discussed extensively in academic literature, it
has not been defined as clearly and as simply as one might desire.” (Kim
Kihwan,  Globalization and Its Limits, CSIS, 2001).

  Kelenturan arti ini akhirnya melonggarkan disiplin perilaku penerapannya.
Jargon globalisasi, bagi penguasa saat ini seolah jadi mantra pamungkas pemberi
pembenaran tatkala meluncurkan program-program yang proliberalisasi, neoliberal,
propasar dan probisnis. Sekaligus juga, ironisnya kerap dipakai untuk
menjustifikasi program yang antipasar dan antiliberalisasi. Ketika BBM mesti
dinaikkan, alasan yang paling pas adalah: tuntutan globalisasi. Sehingga jika
harga BBM tidak naik, katanya pemerintah harus men-”subsidi” (yang maknanya
lebih ‘membenarkan’ kenaikan ketimbang sekedar istilah: loss-opportunity).
Pokoknya mana yang bisa menjustifikasi kepentingannya maka pengertian itulah
yang dianut. Seakan – setelah mantra jargon ‘tuntutan globalisasi’ diucapkan –
kita harus “mengerti dengan sendirinya”. Padalah oleh penguasa, “kejelasan
dengan sendirinya” itu dipaksa dengan mereifikasi hubungan antara national
economic survival dengan globalisasi. Walahualam!

***

  Mengapa seolah antara “dunia kata” dan “dunia kenyataan” sepertinya lepas satu
sama lain? Mengapa kata-kata tidak mewakili kenyataaan? Dan mengapa kenyataan
tidak ter-kata-kan (kenyataan tidak terungkap/tercermin dari kata-kata dan
omongan yang berseliweran tadi) ?

  Barangkali muasalnya dari akumulasi apa yang coba direnungkan Sutardji Calzoum
Bachri (Puisi “Jembatan”), “Sedalam-dalamnya sajak takkan mampu menampung
airmata bangsa. Kata-kata telah lama terperangkap dalam basa-basi, dalam
teduh-pakewuh, dalam isyarat dan kilah tanpa makna. Maka aku pun pergi menatap
wajah orang berjuta. Wajah orang tergusur. Wajah orang ditilang malang. Wajah
legam para pemulung yang memungut remah-remah pembangunan. Wajah yang hanya
menjadi sekedar penonton etalase indah di berbagai plaza. Wajah yang diam-diam
menjerit melengking, melolong dan mengucap: tanah air kita satu, bangsa kita
satu, bahasa kita satu, bendera kita satu! Tapi wahai saudara satu bendera,
kenapa kini ada sesuatu yang terasa jauh beda di antara kita?”

***

  Terinspirasi Rendra (Megatruh) kita pun bereaksi: “O, akal sehat zaman ini!
Bagaimana mesti kusebut kamu? …Aku menahan airmata, punggungku dingin, tetapi
aku mesti melawan, karena aku menolak bersekutu dengan kamu! …O, akal sehat
zaman ini, kerna menolak menjadi edan, aku melawan kamu!”

  Di jaman “globalisasi” ini, hidup adalah “perlawanan” merebut (kembali) makna
kata dan sekaligus memberi (kembali) makna kata di tengah sirkuit kultural
kapital. Selamat Idul Fitri dan merenung-ulang kata-kata Soempah Pemoeda!

-------------------------------------------------
(artikel dari Majalah MARKETING)


STRATEGIC MANAGEMENT SERVICES

Senin, 17 Oktober 2011

Mempercantik Rumah di Dalam

Oleh:  Rahmadsyah Mind-Therapist

Belajarlah dari durian, meskipun kulitnya berduri, tetapi isinya banyak diminati. 

#NasehatDiri

Nasrudin dan gurunya mendapat undangan dari 4 orang warga desa sekitar madrasah mereka tempati. Para pemilik rumah mengharapkan, agar Guru Nasrudin mendoakan rumah mereka, supaya tempat tinggal mereka aman dan terhindar dari musibah. Guru Nasrudin mengiyakan undang tersebut dan menyanggupinya. Sambil menganggukkan kepalanya. Kemudian, sang guru mengajak Nasrudin untuk ikut bersamanya. Hingga, sampailah mereka ketempat tujuannya.

Rumah pertama
Rumah pertama yang mereka kunjungi, dari depan pintu pagar bisa terlihat, terdapat sampah dan rumput liar memenuhi halaman rumah tersebut. Seperti tidak pernah terawat. Sesampai di depan rumah, lantainya terlihat kotor karena jarang dipel. Sehingga, jejak bekas orang berjalan, jelas terlihat di sana. Tatkala masuk ke dalam rumah, Nasrudin melihat isi  perabotannya, seperti lemari, sofa, dan meja. Ruangan tersebut juga tidak kalah tidak terurus seperti halaman depan, bahwa kalau tempat itu jarang di sapu. Kemudian mereka duduk di pojok rumah, dan memulai doa keberkatan. Setelah selesai mendoakan, mereka melanjutkan kerumah berikutnya.

Rumah Kedua
Rumah kedua yang mereka kunjungi, berbeda dengan yang sebelumnya. Bagitu sampai di depan pintu pagar, Nasruddin memperhatikan. Rumah tersebut terdapat perbedaan yang signifikan, setelah membandingkan dengan yang telah mereka kunjungi sebelumnya. Rumuputnya terpotong rapi dan sejajar. Bunga-bunga tertata dengan rapi. Di halaman juga terpajang lampu tuk merengi halaman di malam hari.

Tatkala mendekati pintu depan, Nasruddin memperhatikan, sebagian dinding terukir artsitektur berbentuk kulit dan akar pepohonan. Ada kolam kecil, tertata batu alam seperti pasukan berbaris, tersusun rapi. Sungguh indah dan menggoda. Lantainyapun, sangat bersih. Ukiran di pintu dan gagangnya, juga dipenuhi ukiran-ukiran bintang zamrud. Namun, yang membuat Nasrudin terkejut. Isi dalam rumah ini tidak ada perbedaan sedikitpun dengan rumah pertama yang telah dia kunjungi sebelumnya. Hanya depannya saja yang berbeda.

Kemudian, Nasrudin dan gurunya mencari tempat duduk dalam ruangan tersebut. Sebagaimana tujuan menuju kerumah itu, mereka melakukan hal yang sama seperti sebelumnya, membacakan doa keberkatan. Setelah selesai membaca, baru melanjutkan ke rumah selanjutnya.

Rumah Ketiga
Kali ini, Nasrudin mengunjungi rumah yang sederhana. Perbedaan yang mencolok dari rumah pertama dan kedua,  terutama dari kondisi halaman. Pekarangan raumah yang ditinggali oleh pemilik ketiga ini, tidak terlalu kotor, juga tidak seperti rumah yang kedua. Rumputnya terpotong sekedar saja, tidak rapi, namun juga tidak menganggu padangan olehnya. Sampah nya tertumpuk di satu sudut, yang setiap sehari sekali ada yang memindahkannya.

Dindingnya tidak terukir oleh hiasan apapun. Polos saja, seperti rumah lain pada umumnya. Persis seperti dengan yang pertama. Namun, rumah yang ketiga ini lebih bersih. Lantainya tidak mengkilat, namun tidak membuat pakaian kotor bila diduduki. Sederhana dan biasa-biasa saja. Kotor tidak, mewahpun tidak masuk katagori.

Akan tetapi, tatkala Nasruddin membuka pintu memasuki rumah tersebut. Hidungnya langsung mencium aroma yang membuatnya menjadi segar. Di dalam nya terisi dengan sofa yang empuk. Di dinding sebelah kiri, tergantung foto keluarga. Ada kaligrafi, dan gambar abstrak karya pelukis ternama.

Kursi dan mejanya terbuat dari kayu jati, ada ukiran yang mempersepsikan cita rasa mahakarya seni. Di tengah-tengahnya, terhampar permadani mesir. Tata letak perabotnyapun, semakin membuat penghuni merasa lebih betah tinggal. Sungguh sangat berbeda dari sebelumnya. Rumah ketiga ini, luar nya biasa saja, tetapi di dalamnya sungguh menggoda. Kemudian, sang guru dan Nasrudin membacakan doa yang sama seperti rumah sebelumnya.

Rumah keempat
Akhirnya, Nasruddin dan Guru nya, tiba juga di rumah tujuan terakhir. Setelah menjumpai berbagai macam model dan bentuk rumah yang telah mereka kunjungi, Nasruddin berkata-kata kepada diri nya ”Entah seperti apa lagi akan aku temui?”. Begitu memasuki pintu pagar halaman depan. Rumah yang terakhir mereka kunjungi, seperti pada rumah kedua. Ada lampu taman yang cantik, rumputnya terpotong dengan rapi. Ukiran di dinding terukir sangat indah, keramik yang menempel di latai bernilai tinggi. Semuanya serba bagus dan mewah.

Kemudian, saat masuk kedalampun, juga demikian. Keindahan dan kemewahannya, tidak hanya di luar. Tetapi, juga di dalam. Seperti rumah ketiga yang mereka kunjungi sebelumnya. Permadani, sofa, lemari, jam dinding kuno, lengkap semua kemewahan rumah tersebut. Rumah terakhir mereka doa kan ini, sungguh menawan hati Nasrudin untuk berlama-lama di sana. Tetapi, waktu tidak bisa dicegah dan terus berlalu, doapun berakhir dibacakan. Mereka pun pulang ke Madrasah nya kembali.

Nasehat Guru kepada Nasruddin
Setelah selesai memenuhi semua undangan dan menunaikan permintaan pengundang. Dalam perjalanan, sang Guru bertanya kepada Nasruddin. ”Din, apa yang kamu pelajari hari ini, dari keempat rumah yang kita kunjungi tadi?” (Sambil mengerutkan dahinya, kemudian Nasrudin menjawab). ”Rumah-rumah yang baru saja kita kunjungi tadi, ada yang bagus tampilan luarnya saja, tetapi di dalamnya tidak. Ada juga yang luarnya kurang bersih dan sekedar saja, tapi di dalamnya sangat betah ditinggali karena kenyamanan dan keindahannya. Ada yang kedua-dua bagus di dalam dan di luar. Ada juga kebalikannya, kotor di luar, di dalamnyapun demikian”.

Setelah itu, sang Guru melanjutkan “Din, masih ingatkah engkau, bahwa semua penciptaan di bumi tidak ada yang sia-sia? Termasuk diantaranya peristiwa yang telah kita jalani. Bila demikian, apa pembelajaran lain yang Allah inginkan kamu ketahui?” Tanda tanya berputar-putar memenuhi kepala Nasrudin, dengan mengerutkan dahi sekali lagi, “Apa Guru, aku belum tau?

Perumpamaan manusia
Din, keempat rumah tadi adalah perumpamaan sifat dan karakter manusia. Allah mentakdirkanmu mengikutiku mengunjungi empat rumah tadi, agar engkau tidak heran dengan perilaku manusia. Tabiat manusia, tak ubahnya seperti rumah tadi. Ada yang sibuk untuk mempercantik tampilan luar, sehingga lupa dengan di dalam. Ada juga tidak mau tau dengan halaman rumahnya, yang penting di dalamnya bagus. Ada pula kedua-duanya tidak memperdulikan, sehingga, baik diluar maupun di dalam, sama buruk nya. Namun, kebalikannya, di luar indah, di dalampun demikian”.

Sang guru melanjutkan ”Din, dalam kehidupan ini, berusahalah kamu menjadi seperti rumah terakhir yang kita jumpai. Apa yang terlihat di luar dirimu (indah dan bagus) merupakan cerminan yang terdapat dalam dirimu. Namun, bila kamu belum mampu seperti itu. Menjadi seperti rumah yang ketiga, cukup. Biarkan luarmu sederhana, tetapi dalam dirimu penuh kecantikan yang mendalam”.

Termasuk yang manakah kita?


Ciganjur, 1 Oktober 2011
Rahmadsyah Mind-Therapist
Rabu, 19 Oktober 2011  10:21

INSURANCE DAY 19.10.2011: "Jebakan Premi AsuransiKembali"

 Oleh:  Freddy  Pieloor

Dear Sahabat,


Selamat pagi,


Waktu mengalir tiada henti, seminggupun telah berlalu.

Saya menjumpai Anda kembali dalam kesempatan "Insurance Day" hari ini tanggal 19 Oktober 2011, dan kali ini saya ingin share dengan tema:

"JEBAKAN" PREMI ASURANSI KEMBALI

Sesungguhnya setiap premi asuransi yang dibayarkan oleh nasabah dipergunakan oleh perusahaan asuransi untuk membayar minimal 4 elemen sbb:

1. Claims Ratio
2. Acquisition Cost
3. Over Head
4. Profit Margin

Saya jelaskan secara singkat 1 per 1:

1. Claims Ratio
Mis: asuransi kebakaran rumah.
Selama 5 tahun terakhir, dalam 1000 rumah ada 1 rumah yg terbakar. Maka Claims Ratio-nya adalah: 0,1%
Begitupun dengan asuransi jiwa, perusahaan memiliki tabel mortalita (kematian) sebagai hasil perhitungan dari statistik tahun2 yang telah lalu.

2. Acquisition Cost
Biaya yang dipergunakan untuk membayar pihak perantara, yang memberikan bisnis.
Mis: Bank, agen asuransi, travel agent, pialang asuransi, leasing company, multi finance company, show room mobil, bengkel mobil dll.

3. Over Head
Dana untuk membayar biaya pegawai perusahaan asuransi, sewa gedung kantor, bayar listrik, air, bayar alat tulis dan percetakan, bayar gaji expatriate termasuk fasilitas exclusive-nya di Indonesia, bayar iklan Koran, TV dan pemasaran lainnya. Dan lain lain.

4. Profit Margin
Investor atau pemilik perusahaan asuransi adalah juga "manusia".
Mereka ingin untung atas setiap dana yang diinvestasikan, yang tentunya harus lebih tinggi dari bunga SBI atau Kupon ORI.
Perusahaan asuransi bukanlah "Dept Sosial" atau "Yayasan" yang dapat Anda harapkan memberikan sesuatu secara "GRATIS".

-----

Sehingga dari 4 elemen tsb akan membentuk premi:
1. Premi dasar (Claims Ratio): mis. 0,1%
2. Acquisition Cost: ambil contoh ditetapkan sebesar 15% = 0,015%
3. Over Head: ditetapkan mis sebesar 20% = 0,02%
4. Profit Margin: ditetapkan min. 30% = 0,03%

Total premi yang dibayar = 0,165% per tahun.

-----

Jadi bila nasabah membayar 0,165%, maka akan dipergunakan oleh perusahaan asuransi untuk membayar semua elemen tsb diatas, dan tidak ada yang akan dikembalikan (habis dikonsumsi).

------

Seandainya ada perusahaan asuransi yang mengatakan bahwa premi asuransi yang Anda bayarkan "tidak hangus", maka mereka mengatakan kebohongan terbesar dan telah melanggar prinsip utama asuransi "Utmost Good Faith".

Catat nama penjual dan asal perusahaan asuransinya, laporkan ke Dewan Asuransi Indonesia dan Biro Perasuransian Kementrian Keuangan RI.

-----

Lalu ada "Iklan" yang mengatakan "premi asuransi kembali".

Saya menjawab pertanyaan "KONTAN" sbb.:
"Pasti ada tanda "*" (bintang)" dan tulisan kecil "Syarat & Ketentuan Berlaku".

Pelajari dan pahami syarat dan ketentuan tsb, agar jangan mudah "tergiur" dan "terjebak" dengan iklan yang "memerangkap".

Ada beberapa perusahaan asuransi yang berani memberikan "No Claim Bonus" kepada nasabahnya, dalam bentuk Discount untuk premi perpanjangan polis. Berarti syaratnya: "TIDAK ADA KLAIM" selama periode polis.
Jadi yang dikembalikan adalah sebagian dari: "Claims Ratio".

Lalu perhatikan lagi, berapa lama waktu yang dipersyaratkan agar Anda boleh "menikmati" pengembalian premi. Ada polis yang mensyaratkan 3 tahun tidak melakukan Klaim Sakit, ada juga yang lebih lama.

Ada polis kendaraan yang mensyaratkan tidak mengajukan klaim selama 1 tahun.

Apakah Anda tidak akan sakit selama waktu 3 tahun?
Apakah Anda tidak akan mengalami lecet, serempetan dan benturan mobil selama 1 tahun di Jakarta yang padat dan banyak ojek?

Hal ke 2 yang mesti diperhatikan, berapa bagian premi yang akan dikembalikan? Apakah seluruh premi yang Anda keluarkan dari dompet?

Hal ke 3 yang Anda layak "curigai" adalah apakah besar premi asuransi perusahaan yang menjanjikan pengembalian, bersaing dengan harga di pasar.

Seandainya perusahaan yang menjanjikan pengembalian 50% premi kepada Anda, bila tidak ada klaim selama 5 tahun dan premi-nya lebih mahal 10% dari premi asuransi pada umumnya, maka yang kembali adalah uang nasabah sendiri pada akhir tahun ke 5 (investasi di perusahaan asuransi???).

Tetapi bila nasabah akhirnya mengajukan klaim, maka sesungguhnya nasabah membayar terlalu mahal dan "rugi" 10% setiap tahun.

-----

Pesan saya kepada para nasabah yang awam, dan menginginkan memperoleh keuntungan dari transaksi asuransi:
"Perusahaan asuransi tidak memberikan proteksi dan atau perlindungan kepada Anda dengan cuma-cuma alias GRATIS, dengan berharap Premi Asuransi yang Anda bayarkan akan kembali" Alias "NO FREE LUNCH".

Semua ada harganya, bila Anda mau perlindungan maka Anda harus bayar ongkosnya.

BACA - PELAJARI - PAHAMI - NIKMATI PROTEKSInya.

Selamat Hari Asuransi Indonesia 18 Oktober 2011.
Semoga Asuransi Indonesia semakin sukses melayani nasabah dan masyarakat Indonesia.


Demikian sharing saya, semoga bermanfaat.


Salam,
Freddy Pieloor
Pialang Asuransi

"BE INSURED SECURELY"
Rabu, 19 Oktober 2011  06:23

Metamorfosis di Bulan Desember

Oleh: Andre Vincent Wenas


  Natal, Sinterklaas (di Amerika jadi Santa Claus), pohon terang, tiga raja dari
timur, dan lagu malam kudus adalah ikon-ikon tradisional bulan Desember.
Peristiwa yang sejatinya religius-spiritual, saat ini, terasa semakin
bermetamorfosis jadi komersial-global. Natal dan segala ikon derivatifnya telah
menjadi industri yang bercorak lintas-batas (borderless), sebuah simfoni
kapitalis bernada dasar D mayor (baca: Dollar!).

  China, yang komunis (sistem politiknya) dan budhis/konghucu (corak budayanya) dan sekaligus kapitalis (gaya perekonomiannya), telah proaktif mengambil bagian sebagai pemasok pohon-pohon natal plastik bermutu tinggi dan lampu kelap-kelip warna-warni (plus musiknya) yang ditawarkan murah ke seantero bumi. Pasar pagi Mangga Dua di kawasan utara Jakarta adalah salah satu noktah etalase industri Natal made in China.

***

  Persisnya 1664 tahun yang lampau, di sebuah kota kecil Myra di kawasan
Mediterania (pantai Lycia, Turki) seorang Uskup yang kondang karena kebaikan
hatinya baru saja wafat. Namanya Uskup Nicholas. Uskup yang gemar menolong orang kesusahan ini kabarnya, seperti diceritakan W.B. Marsh & Bruce Carrick dalam buku mereka ‘Great Stories from History, 365 for Everyday of the Year’ (Icon Books UK, 2006, hlm:500-501), pernah membantu kakak beradik putri yang ayahnya terlilit hutang dan karenanya nyaris terjerumus dalam prostitusi. Caranya, dengan menjatuhkan beberapa kantung uang emas lewat cerobong asap rumahnya, dan salah satu kantung itu ada yang nyangkut di kaos kaki yang sedang digantung dekat perapian supaya kering.

  Waktu Uskup baik hati ini wafat di tahun 343 M, ia dimakamkan di Myra di mana kuburannya segera menjadi tempat suci. Tidak jelas memang, apakah beliau akhirnya dikanonisasi (secara resmi diangkat jadi orang kudus, Saint). Hikayat hanya menceritakan, karena “popularitas” kesuciannya, beberapa pelaut Italia akhirnya memboyong tulang-tulangnya ke kota Bari di pantai Adriatic, Italia. Di sanalah akhirnya ia “menetap”, di tempat suci Basilika San Nicola, yang sengaja dibangun untuk persemayamannya.

  Di abad pertengahan (middle-ages), kultus tentang St.Nicholas semakin menyebar ke Eropa, di mana ia digambarkan sebagai figur sejuk berjanggut penuh warna putih, mengenakan jubah Uskup berwarna merah. Kultus ini dikabarkan sempat meredup di Eropa jaman pertengahan, kecuali di Holland alias Belanda.

  Pada gilirannya tradisi kultus Saint Nicholas (yang oleh lidah orang Belanda
digampangkan sebutannya jadi Sinterklaas) di bawa pula saat mereka membuka Dunia Baru (New World) dengan mengkolonisasi New Amsterdam (alias New York, di Amerika) abad ke-17.

  Di Dunia Baru itu, Sinterklaas bermetamorfosis menjadi Santa Claus, yang khas
bercorak Amerika. Bukan lagi pakai jubah-repot, tapi berjaket dan celana
panjang-praktis (tetap warna merah), dengan call-sign yang terkenal… Ho.. Ho..
Ho.. Hoooo… Pupuslah sudah wibawa seorang Uskup. Profil Santa Claus versi
Amerika secara kasat mata lebih mirip pencinta bir yang sedang mabuk dan
kepayang memboroskan harta-karunnya.

***

  Manusia memang butuh banyak simbol dalam meniti hidupnya yang singkat ini. Tanpa simbol, penghayatan akan dunia jadi gagu dan kering seperti di gurun
pasir. Nyatalah bahwa simbol telah membuat dunia jadi bermakna.

  Panta rei, semua mengalir, kata Heraklitos. St.Nicholas mengalir jadi
Sinterklaas, kemudian bermetamorfosa lagi jadi Santa Claus. Bukan cuma
namanya, tapi juga kostum dan aksesorinya, berubah. Change is the only
certain thing that never change!

  Natal beserta ikon derivatifnya nyata telah menjadi suatu industri global,
mentradisi dan tidak pandang latar belakang agama. Sesungguhnya – pada sisi yang lain – masih ada banyak peristiwa dan simbol budaya bangsa yang juga “bisa diindustrialisasikan” demi kemaslahatan bangsa. Hari raya, kesenian, sejarah, tradisi bangsa/suku, karya seni tradisional, situs-situs keindahan alam dan sejarah adalah sekelumit potensi – yang dengan sedikit kecerdasan ditambah komitmen – bisa menjadi peluang industrialisasi berskala global. Tapi jangan lupa urus hak patennya, supaya tidak keburu diserobot tetangga! Tahun depan kita bisa lebih baik. Selamat Natal 2007 dan Tahun Baru 2008.

-------------------------------------------------
(artikel dari Majalah MARKETING)
Selasa, 18 Oktober 2011  10:37

STRATEGIC MANAGEMENT SERVICES

Papan Tulis

Oleh: Ietje Sri Umiyati Guntur


Dear Allz…
 
Selamat pagiiiiii…semangaaatt pagiiii….Selamat menyambut awal minggu…Uhuuyy…semangat dong, ya….Kan kita barusan liburan…mestinya sekarang semangat sedang mekar-mekarnya…
 
Ibarat kertas , libur minggu kemaren adalah saatnya kita membersihkan kertas kita yang sudah tertulis di minggu lalu. Coretan-coretan yang tidak penting, sudah kita rapikan. Coretan-coretan yang bermanfaat bisa kita gunakan untuk hari ini dan hari esok. Begitulah, hidup kita bergulir, dari satu coretan ke coretan lainnya…Tergantung kepada kita, mau mencoret apa di dalam kehidupan kita ini. Iya, kan…mau menulis lagu, silakan. Mau menggambar, juga boleh. Bahkan kalau kita hanya ingin sekedar menarik satu garis tak terputus, itu pun merupakan ekpresi dari diri kita…
 
Eeeh, saya jadi teringat. Punya  corat-coretan buat teman dan sahabatku semua. Mumpuuuung…mumpuuung…Mumpung kita ketemu. Mumpung kita lagi sehat. Mumpung kita diberi kesempatan untuk mencorat-coret. Naaah…sekarang saya perlu sarana buat mencoret niiih….
 
Bagaimana kalau kita pakai papan tulis saja ? Boleh, khan ? Kalau boleh, ya saya cerita saja tentang papan tulis. Nanti kita lihat, kita boleh mencoret pengalaman apa di situ.
 
Okeee ?? Dokeee…??? Selamat menikmati papan tulis kita…Selamat mencoret juga.
Semoga berkenan.
 
Jakarta, 17 Oktober 2011
 
Salam hangat,
 
 
Ietje S. Guntur
 
 
♥♥♥
 
 
 
 
 
Art-Living Sos 2011 (A-10
Friday, October 14, 2011
Start : 10/14/2011 7:09:08 AM
Finish : 10/14/2011 2:02:24 PM
 
 
PAPAN  TULIS
 
Saya sedang berada di kelas. Menghadapi sejumlah peserta pelatihan Iya…walaupun sehari-hari pekerjaan saya bukanlah sebagai seorang guru atau dosen, akan tetapi ada hari-hari khusus, saat saya dengan kegembiraan dan semangat empat lima manggung di kelas-kelas pelatihan…hehe…Istilah kerennya sih training atau pelatihan, tetapi yang saya rasakan adalah berbagi pengalaman. Dan biasanya…justru saya yang mendapatkan pengalaman lebih banyak dari peserta di kelas…Itu adalah salah satu alasan, kenapa saya suka sekali mengisi kelas-kelas pelatihan.
 
Alasan kedua adalah, ini kata ibu saya dulu, bahwa saya perlu menyalurkan energi yang berlebih dari diri saya. Ngomong ! Iya, saya harus membuka mulut, dan mengeluarkan kata-kata. Berbicara…kepada siapa saja. Duluuuu…saya bisa tahan ngomong berjam-jam, kepada orang di rumah, kepada kucing, kepada anjing, kepada pohon…bahkan kepada angin yang lewat…hehe…Kalau tidak ngomong, ya nyanyi…Mending kalau suara saya bagus. Rasanya siiih…kualitas suara saya hanya lumayan buat membuat nyamuk berhenti berdenging… kuatir dapat saingan…hahaha…
 
Berbagi pengalaman di kelas, dan ngomong…itu adalah passion saya. Gairah saya. Rasanya gimana gitu…kalau sudah ngoceh-ngoceh…Di tambah satu lagi…hobby mencorat-coret ! Pas banget buat jadi modal di depan kelas…eheemmm…
 
Nah, dengan semua alasan itu, terutama alasan corat-coret…* yang juga untuk menyalurkan energi yang berlebih *, saya butuh sarana buat mencorat-coret yang halal. Untuk itulah saya butuh papan tulis.
 
Jadi deeeh…kelas saya, di mana pun, baru lengkap kalau ada papan tulis, papan buat corat-coret. Di situlah nanti saya akan melampiaskan dan mengeluarkan isi hati, isi kepala, dan pengalaman apa saja yang tersimpan…yang tentunya relevan dengan tujuan pelatihan, dalam bentuk gambar, tulisan, bahkan hanya sekedar coretan tak berarti…
 
 
Ngomong-ngomong soal papan tulis. Rasanya sih, bukan hanya saya yang membutuhkan media tersebut. Semua guru di kelas, bahkan sekarang di kelas alam di luar ruang, membutuhkan papan tulis. Papan tulis ini, sesuai dengan namanya, memang diutamakan untuk menulis, plus menggambar. Yang ditulis tentu saja materi yang sedang diajarkan, atau terkadang hanya sekedar menulis : Tugas rumah ! alias : PR. Kerjakan halaman sekian sampai dengan halaman sekian…hihi…
 
Perkembangan bentuk dan bahan papan tulis ini juga mengikuti jaman. Duluuu…papan tulis ini terbuat dari papan yang dicat warna hitam, sehingga disebut juga blackboard. Untuk menuliskannya dipergunakan kapur tulis berbentuk batang. Urusan papan hitam dan kapur tulis ini punya banyak cerita di jaman sekolah dulu. Tapi itu nanti ya, kita bahas di belakang.
 
Belakangan, papan tulis dibuat dari bahan papan dengan lapisan formika putih, dan mempergunakan semacam spidol warna warni untuk menulis. Bahkan di beberapa perusahaan, papan tulis tidak lagi berbentuk papan, tapi dari lempengan kaca yang agak tebal, yang ditempelkan di dinding mirip hiasan. Jadi secara estetika memang lebih indah. Tidak kumuh dan sekedar seperti tempelan belaka.
 
Namun apa pun bahannya, yang paling utama dari kehadiran papan tulis ini adalah fungsinya. Bagi murid-murid, papan tulis bisa menjadi sumber informasi atau sumber pengetahuan yang diperlukan. Tetapi bisa juga menjadi area yang paling ditakuti.
 
Saya ingat, jaman SD sampai SMA, istilah ‘ maju ke papan tulis’, mirip dengan instruksi untuk menjalani hukum gantung atau hukum tembak. Bila ada tugas rumah atau PR, maka kecemasan yang pertama dibawa ke sekolah adalah pertanyaan, “ Bagaimana nanti kalau disuruh maju ke papan tulis !”
 
Hampir semua anak, yang ranking satu maupun yang tidak ada rankingnya, selalu cemas bila disuruh ke depan kelas, dan menuliskan sesuatu di papan tulis. Kita pasti akan ingat, guru-guru yang paling galak seantero sekolah, yang selalu memberi giliran tanpa pandang bulu kepada setiap murid di kelas. Wajah-wajah yang ketakutan, wajah-wajah yang sok cuek, wajah-wajah yang memelas biasanya akan menjadi sasaran utama untuk menjalani prosesi maju ke papan tulis…Saya sendiri, tidak urung, kalau disuruh ke papan tulis akan berkeringat dingin. Telapak tangan menjadi basah, dan jantung berdebar seratus kali lebih cepat dari biasa. Tidak jarang, mata menjadi berkunang-kunang. Sehingga tidak tahu lagi, mau menulis apa di papan tulis…hiiikss…
 
Bukan hanya itu. Kadang-kadang papan tulis juga menjadi area tempat hukuman.
 
Selain tempat untuk menulis tugas rumah, papan tulis dan sekitarnya juga menjadi wilayah untuk menghukum anak-anak yang tidak membuat tugas, anak-anak yang tidak disiplin, atau beberapa pelanggaran peraturan lainnya. Jaman saya SD, ketika sering dilakukan pemeriksaan rutin untuk kebersihan kuku, maka papan tulis adalah area paling ditakuti, karena bisa menjadi semacam etalase.
 
Saya sendiri pun tidak jarang termasuk ‘golongan orang-orang yang malang’…yang tertangkap tangan karena belum sempat menggunting kuku tangan dan kuku kaki…hiiikss…Namun, karena biasanya golongan ini termasuk golongan mayoritas di kelas, jadi deeeeh…kami merasa senasib sepenanggungan, dan menderita berjamaah. Memang malu juga sih dipajang karena kuku kaki dan tangan yang mirip tangan kucing…tapi kan malunya ditanggung bersama…hihihi...
 
 
Masih ada lagi. Sisi lain dari papan tulis.
 
Selain tempat menjalani prosesi hukum gantung , papan tulis adalah area kekuasan…hmmh…Bagaimana ceritanya ?
 
Coba saja perhatikan. Biasanya papan tulis yang sudah penuh coretan akan dihapus bila kita akan menggunakan ruang itu untuk menulis lagi. Nah, yang boleh menghapus papan tulis biasanya adalah anak-anak yang memiliki keistimewaan. Keistimewaan pertama adalah bagi ketua kelas ! Yang notabene dipilih karena mau disuruh-suruh, dan pandai pula menyuruh-nyuruh teman sekelasnya…hehe…
 
Dengan kewenangan yang dimilikinya, seorang ketua kelas akan membersihkan dan menghapus papan tulis. Lalu dengan gagah, kadang sambil cengar-cengir,  akan keluar kelas untuk membersihkan penghapus papan tulis yang biasanya penuh dengan bubuk kapur tulis. Kebolehan keluar kelas pada saat teman-teman sekelas dicekam ketakutan menghadapi guru, merupakan hak istimewa untuk ketua kelas, atau anak yang diistimewakan tadi.
 
Itu sebabnya juga, jabatan ketua kelas jaman SD sampai SMA dulu identik dengan hak istimewa untuk menghapus papan tulis…hahahaha….
 
 
Saya pikir, urusan papan tulis telah selesai ketika saya menerima ijazah SMA dan melanjutkan kuliah.
 
Yeaaah…ternyata tidak !
 
Ketika saya sudah bekerja, sebagian besar waktu saya juga dihabiskan di dekat-dekat papan tulis. Memang sekarang fungsinya tidak lagi sebagai area hukum gantung. Tetapi tetap saja…di dalam rapat atau pertemuan dengan unit kerja atau pun dengan pihak luar, kami menggunakan sarana papan tulis untuk menampilkan informasi yang akan disampaikan.
 
Papan tulis, terutama papan putih dan kadang papan beralas kertas, memang merupakan sarana penampilan informasi. Walaupun sekarang, sudah ada yang menggunakan tampilan elektronik, seperti infokus * maaf, ini bukan iklan*, atau slide projector * produk yang agak lama *, tapi tetap saja....urusan coret-mencoret itu diperlukan di depan kelas. Bagi orang yang agak kelebihan energi seperti saya, bergerak di depan papan tulis seperti sebuah hiburan tersendiri. Melampiaskan energi sekaligus berpikir sambil bergerak. Yaah, kalau penari sih menguasai panggung dengan tarian. Penyanyi menguasai panggung dengan lagu. Seorang trainer atau penyaji presentasi menguasi audiens dengan papan tulis...hehe...
 
Dan…lagi-lagi…di dunia kerja pun papan tulis bisa menjadi banyak fungsi. Selain berfungsi sebagai media presentasi untuk unjuk diri, di sisi lain juga seperti media tiang gantungan. Terutama bila kita akan presentasi di depan klien yang galak, atau di depan boss yang setengah dewa…hiiks…Berdiri di depan papan tulis, ditatap oleh sekian pasang mata tajam yang mirip dengan pedang terhunus, tidak jarang membuat keder para penyaji materi. Papan tulis pun dapat menjadi obyek pelampiasan…dicoret-coret…sana sini, agar tampilan presentasi kelihatan keren…Padahal tujuannya, untuk membuat audiens terkesan, dan bagi penyaji materi presentasi untuk meredakan ketegangan.
 
 
Menatap papan tulis di depan kelas, saya tersenyum. Lalu merenung.
 
Beruntung, kali ini saya mendapat dua papan tulis. Yang satu papan tulis elektronik berlatar putih yang bisa dicetak hasilnya. Dan satu lagi papan dengan alas kertas, yang siap untuk dicorat-coret.
 
Sungguh, papan tulis hanyalah sarana atau media. Tapi bayangkan kalau tidak ada papan tulis, yang hitam atau yang putih, bagaimana dulu kita dapat belajar ? Bagaimana dulu kita dapat berkonsentrasi mendengarkan penjelasan guru-guru kita ? Bagaimana dulu kita dapat memperoleh informasi yang begitu berharga dan menjadi modal awal pengetahuan kita tentang huruf “A, B, C, D hingga Z”?
 
Papan tulis di ruangan saya masih tegak dan diam membisu. Dia masih belum terisi oleh tulisan maupun coretan apa pun. Namun, dengan kehendak kita, maka ia dapat berisi informasi apa pun yang kita inginkan.
 
Seandainya kita dapat belajar dari papan tulis. Yang menerima hidup ini dari berbagai pihak. Yang menerima dan menyampaikan informasi kepada orang-orang yang membutuhkan. Yang dengan rendah hati, siap dicoret dan dihapus. Yang dengan rendah hati telah menjadi bagian dari kemajuan dan perkembangan dunia ini.
 
Semoga saja….
 
 
Jakarta, 14 Oktober 2011
 
Salam hangat,
 
 
Ietje S. Guntur
 
Special note :
 
Terima kasih kepada guru-guruku di SD, SMP dan SMA…yang membuat aku percaya diri menghadapi papan tulis yang kosong…dan juga kepada sebuah resto unik yang menuliskan menu-menunya di papan tulis, dengan tulisan yang lucu…Terima kasih telah menjadi inspirasi tulisan ini…

⌣»̶·̵·̵̭̌·̵̭̌✽̤̥̈̊҉ SPIRIT ♥ Message҉✽̤̥̈̊·̵̭̌·̵̭̌·̵«̶⌣

⌣»̶·̵·̵̭̌·̵̭̌✽̤̥̈̊҉ SPIRIT ♥ Message҉✽̤̥̈̊·̵̭̌·̵̭̌·̵«̶⌣

18.10.2011
Oleh:  Ronny Rendra 650


Ketika begitu banyak kegelisahan menggelembung menjadi satu dan memenuhi isi kepalamu….
Ketika kau tak tahu harus berbuat apa sementara begitu banyak persoalan menghantammu sekaligus…
Ketika seolah kau kehilangan keyakinanmu untuk berdiri tegar di antara semua badai kehidupan yang terjadi…

Bertahanlah satu hari lagi…
Jangan menyerah hari ini…
Karena kau tak pernah tahu apa yang esok hari akan ditawarkan kepadamu......

Bertahanlah satu hari lagi di dalam iman…
Bertahanlah satu hari lagi di dalam doa…
Bertahanlah satu hari lagi bersama-Nya…

Dengan demikian akan kaudapati…
Kau sudah jalani hari-hari bersama-Nya…
Kau sudah jalani minggu demi minggu…
Bulan demi bulan…
Tahun demi tahun…
Dalam penyertaan-Nya…

Jangan menyerah karena keadaan hari ini…
Hidup ini harus optimis kawanku...
Karena kau tak pernah tahu,
Rencana masa depan macam apa yang sudah disiapkan-Nya bagimu….

O:) O:) HappY Tuesday O:) O:)

Sang Juara Safety 2: Prestasi Satu Abad

 Oleh:  Lorco Safety

Perusahaan ini telah sukses menjaga keselamatan dan kesehatan kerja para karyawannya dari sejak tahun 1913.
Artikel ini adalah lanjutan dari seri artikel yang membahasa salah satu "Juara Safety" dari  12 Perusahaan dengan kategori America's Safest Companies in 2010 versi EHS Magazine.
Armstrong World Industries adalah perusahaan  yang memproduksi lantai, langit-langit dan lemari. Perusahaan yang didirikan pada tahun 1913 ini berpusat di Lancaster , Amerika serikat. 11.000 karyawannya tersebar pada 36 pabrik yang tersebar di seluruh dunia. Hampir satu abad sejak didirikannya, perusahaan ini tercatat dari laporan laporannya bahwa mereka telah sukses menjaga keselamatan dan kesehatan kerja para karyawannya.
Berikut ini adalah poin poin mengenai kondisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di perusahaan tersebut :
  • ·         Perusahaan memiliki filosofi secara umum bahwa cedera/ kematian akibat kecelakaan kerja adalah sesuatu yang tidak dapat diterima (dan harus dihindari) dan setiap karyawan yang bekerja berhak untuk tetap sehat dan selamat selama bekerja.
  • ·         Pihak manajemen berdedikasi terhadap proses produksi yang aman melalui tindakan yang fokus pada risk assessments, risk, reduction, root cause analyses untuk semua kecelakaan yang tercatat, risk control and elimination, dan lain lain.
  • ·         Contoh dedikasi pihak manajemen untuk proses produksi yang aman adalah: semua fasilitas pabrik harus sudah direncanakan, dan dianggarkan untuk dilakukan pemeliharaan secara rutin, risk assessments dan risk reduction; setiap kecelakaan kerja harus direview dan diselidiki; perusahaan selalu melakukan proses audit K3 pada seluruh cabang perusahaannya di seluruh dunia, fasilitas pabrik dikondisikan berdasarkan behavior-based safety, dll.
  • "Safety adalah nilai inti organisasi perusahaan. Safety Culture kami dibangun atas tiga pilar yaitu safety leadership yang kuat, akuntabilitas di semua level dan sistem K3 yang efektif. " (Steve Pfeiffenberger, vice president of environmental, health and safety)
  • ·         Filososfi khusus tentang Safety dari pendiri perusahaan, Thomas Armstrong, yaitu: Kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan akibat kerja dapat dicegah; Secara logis, paparan yang terjadi pada proses produksi dapat dicegah dengan penjagaan yang ketat; Safety memberikan suatu nilai pada karyawan, konsumen dan para pemegang saham; Pihak manajemen bertanggungjawab terhadap tersedianya lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi para karyawan; Safety adalah priorotas utama diatas kualitas dan produktivitas.
  • ·         Para manager dan supervisor adalah pihak yang paling berwenang untuk menyediakan lingkungan kerja yang aman dan sehat serta memastikan bahwa setiap karyawan sudah diberikan pengetahuan, keahlian dan alat terkait keselamatan kerja.
  • ·          "Safety adalah ketiadaaan dari suatu resiko lebih daripada ketiadaaan terhadap suatu kecelakaan kerja.  Tujuan utama perusahaan adalah menciptakan lingkungan kerja dimana kecelakaan kerja (diusahakan) tidak akan pernah terjadi.  Secara berkelanjutan, kami terus melakukan pengurangan resiko pada proses produksi untuk mencapai angka kecelakaan kerja nihil. Pada akhirnya, semua upaya itu adalah untuk membuat setiap karyawan pulang kepada keluarga mereka di rumah dengan selamat " (Steve Pfeiffenberger, vice president of environmental, health and safety)
Semoga para rekan Pro Safety dapat terinspirasi.
Salam Safety untuk Anda dan Keluarga di Rumah
Sumber: safetyposter.co.id  dan diadaptasi juga dari berbagai sumber
Sumber aslinya dapat dibaca disini  
Yuk berbagi Info Safety bersama Lorco di LinkedIn 

 (Silahkan membagikan artikel ini dengan syarat mencantumkan sumber aslinya)

By Kang Aa Widi Safari
Selasa, 18 Oktober 2011  11:59