Senin, 04 April 2011

Alun-alun Kota


Alun-alun Kota

Jumat, 25 Maret, 2011 07:06


"ngalam" atau malang, kota kecil di jawa timur
pohon beringin besar-besar tua di sudut-sudut alun-alun
dibangun kompeni sejak 1767, kota tua dan kota lama
misteri religius 2 benteng ibadah: masjid raya dan gereja tua
tak ada yang tahu berapa umur beringin dan trembesi disitu?

di kota "boso walikan, ngalam ini," ada cabang bakso lapangan tembak dimana-mana
carrefour market, giant, index, pijat refleksi di mall dan MOG berdiri di tengah kota menemani estetika ngalam
ngalam akan jadi kota bisnis dan dagangkah seperti suroboyo?

pohon beringin tua itu, bisa jadi lebih tua dari 1767
atau sejak 1945 jepang menguasai ngalam
misteri elegi pohon-pohon tua temannya para sesepuh kota
pohon-pohon itu tak pernah bisa mati? kecuali kiamat?

es degan dan bakso sebanyak beringin, mengitari jajanan alun-alun
sehebat panas terik apapun,  taman kota disini tetap adem ayem
temanya: paris of Java, meski parisnya dimana?
yang ada hanya alun-alun tugu dengan tahu goreng dan baksonya?

stasiun pertamanya di bangun belanda 1879, 130 tahun lalu
yang rel-relnya dilewati gajayana dari kota jakarta dan malabar dari bandung
ngalam sudah terhubung setiap hari dengan ibu kota
bandara abdul rachman saleh penuh sesak berjubel setiap hari
ngalam yang semakin berkembang?

kota kerajaan gajayana di dinoyo tempo doeloe
kini tetap saja berpenduduk dibawah 1 juta jiwa, tahun 2010
1/2 dari penduduk kota depok.
tak banyak bayi baru lahir, meski pemakaman terus saja rame
dan rumah sakit di hampir pelosok ngalam, selalu penuh sesak dengan orang sakit
setiap hari. suster dan dokter dididik tiap hari untuk kota ngalam
kenapa banyak warganya sakit?

toll gate Singosari dipanjangkan ke belakang perum sawojajar,
nuju kawasan buring, berhenti arteri primernya di terminal gadang
kecamatan kedung kadang, ngalam.
senja kala nanti di urban planning ngalam, di 5 kecamatan
belum macet, tapi antisipasikah?

pasar burung di taman siswa penuh sesak
ikan, ular piton dan anjing diperjual-belikan rakyat ngalam
stadion gajayana yang kini riuh sunyi sepi
lebih rame bubaran anak-anak pelajar bahasa inggris di EF dekat jl ijen
parkirannya penuh sesak jam 7-8 malam saban dinten
lebih rame lagi ulah penikmat soto lamongan di jl oro-oro dowo
anak-anak yang gemar berbahsa asing atau disuruh orang tuanya?

zaman dulu tahun 1970-an
hiburan rakyat cuma nonton terjung payung di lapangan rampal
terik panas, berpayung, berbondong-bondong ibu menggendong bayinya
kini selera rakyat sudah berubah, pergi shopping ke mall-mall
atau ke karaoke dan ke pesta kuliner sampai pagi
budaya baru cara baru hidup urban, ini malang barukah?

rakyatnya ramah? may be fifty-fifty
mess persema sebelah pasar burung, nampak bagai kerajaan kecil
yang steril, angker dan tak ramah bagi warganya sendiri yang
lalu-lalang sekedar numpang pipis
metropolis kecil yang sombong bagai jakartakah?

heran dan kagum, wong ngalam sekarang,
mulai yang di pinggir jalan, di bengkel, di kaki lima, di trotoar
lebih senang berbahasa Indonesia, dari pada boso jowo atau walikan atau boso medunten
gejala demam transformasi kultural apakah ini?
ngalam tanpa bahasa gaul diancuk, bagi beberapa warganya dipandang bukan malang toh?
meski orang-orang tua sudah alergi mendengar kata pisuhan gaul
bagai malang tanpa pecel enak ala mbok jo dekat lapangan sampo
alun-alun kota di residen kajoe tangan

jumat, 25 mar 2011, kota malang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar