Kamis, 21 April 2011

Bunga Rampai Artikel Fikri Wardana

1. Mutiara penyejuk jiwa & penambah semangat,

No. 39, 26 September 2010


Jangan membebani kenangan kita dengan kesusahan yang sudah berlalu.
Shakespeare

Saat menderita kesusahan pasti merupakan beban berat, setidaknya memakan energi & pikiran. Untungnya manusia diberi sifat lupa oleh Yang Maha Kuasa sehingga kesusahan tersebut tidak terus muncul di dalam pikirannya. Masih muncul sewaktu-waktu adalah hal yang wajar, apalagi kalau pemantiknya masih sering digunakan. Kalau kesusahan tersebut selalu diingatkan terus menerus maka akan menjadi beban yang sangat berat. Padahal kita harus mempersiapkan masa depan, bukan mempersiapkan masa lalu. Orientasi kita adalah sesuatu yang lebih baik di masa depan.

persembahan
Fikri C. Wardana
fms
Minggu, 26 September, 2010 08:09
*********************************************

2.  Mutiara penyejuk jiwa & penambah semangat,

No. 40, 3 Oktober 2010


Kesedihan hanya bisa ditanggulangi oleh orang yang merasakannya sendiri.
Shakespeare

Kesedihan yang dirasakan oleh seseorang bisa diempati oleh orang lain, namun tetap saja yang merasakan benar-benar sedih adalah sipemilik. Karena ia yang merasakan di dalam hatinya sedangkan yang berempati hanya memasukkan ke dalam pikirannya. Dengan demikian kita (bukan pemilik kesedihan) hanya bisa memberikan jalan keluar dari rasa sedih tersebut dengan menghibur. Karena kita sendiri tak dapat mengurangi rasa sedih yang ada di dalam hati sipemilik.

persembahan
Fikri C. Wardana
fms

Sabtu, 2 Oktober, 2010 17:14
***************************************

3.  Mutiara penyejuk jiwa & penambah semangat,

No. 42, 17 Oktober 2010


Kita jatuh untuk bangkit, berhenti untuk berjuang lebih gigih, tidur untuk bangun.
Robert Browning

Setiap orang tua yang melihat anak kecilnya jatuh ketika sedang berjalan pasti mengajurkan untuk bangkit dan berjalan kembali. Dan setiap anak pasti telah mempelajari hal ini sejak usia dini. Sehingga hal itu telah terpateri ke dalam otak setiap orang hingga akhir hayat. Ajaran yang kelihatan sepele itu ternyata bermakna besar. Mengajarkan orang agar selalu berjuang dengan lebih gigih lagi setelah kekalahan / kegagalan yang dialaminya. Bangkit kembali dari keterpurukannya dan tidak menangisi terus menerus kegagalan yang telah dialami. Justru dari kegagalan tersebut kita dapat melihat kesalahan maupun kekurangan diri sendiri, sehingga dapat dipetik suatu pelajaran untuk memperbaiki diri dan langkah baru yang akan ditempuh. Kita berusaha bangkit kembali bukan untuk gagal lagi, namun untuk memenangkan perjuangan dan mencapai sukses-sukses seterusnya. Bangkitkan dan gelorakan semangat di dada untuk memenangkan perjuangan, di setiap pagi sebelum beraktivitas!

persembahan
Fikri C. Wardana
fms
Minggu, 17 Oktober, 2010 18:26
*********************************

4.  Mutiara penyejuk jiwa & penambah semangat,

No. 43, 24 Oktober 2010


Kepemimpinan sebenarnya adalah seni menikmati hidup.
Arvan Pradiansyah

Begitu banyak teori kepemimpinan yang telah dibukukan dan terbit di negeri seberang lautan maupun dari pengarang negeri sendiri. Dan satu kutipan di atas ini mungkin terdengar agak ganjil. Kutipan ini bukan dari buku kepemimpinan namun ada baiknya kita ungkap sisi kepemimpinannya.
Setiap mendengar kata kepemimpinan orang sering menghubungkan dengan pangkat, kedudukan dan tentu saja jabatan. Padahal kepemimpinan adalah mengenai diri kita sendiri. Setiap orang adalah seorang pemimpin. Setidaknya pemimpin untuk diri sendiri dan keluarganya. Dan esensi tertinggi kepemimpinan adalah mencapai hidup yang damai dan bahagia. Untuk merasa damai dan bahagia tersebut diperlukan suatu seni dalam mensiasatinya. Sehingga kita dapat membawa diri kita dan orang-orang yang kita pimpin menikmati hidup yang sudah digelar dihadapan kita.

persembahan
Fikri C. Wardana
fms
Sabtu, 23 Oktober, 2010 20:16
****************************************

Tidak ada komentar:

Posting Komentar