Selasa, 05 April 2011

Artikel: Menguasai DIRI


Artikel: Menguasai DIRI

Rabu, 30 Maret, 2011 13:17

Menguasai DIRI. Ini sebuah frasa yang sederhana. Mungkin kitapun sering menggunakan frasa ini dalam kehidupan kita.
“Kuasai dirimu.” Begitu kata kita ketika melihat rekan kerja kita marah-marah atau depresi.
Bagi saya, frasa “menguasai DIRI” tidak sederhana. Menguasai DIRI selalu terkait pertanyaan apakah kita biasa bertindak secara reaktif karena stimulus dari luar atau kita biasa bertindak aktif berdasarkan ‘gambar besar’ atau ‘tujuan besar’ yang kita tetapkan. Satu contoh tindakan reaktif adalah ketika kita baru sampai di rumah dalam keadaan lelah. Begitu masuk rumah, kita menjumpai anak-anak kita sedang gaduh bermain, membuat rumah menjadi berantakan. Melihat hal itu kita langsung berteriak marah dan mungkin memukul anak kita sebagai hukuman. Itu reaktif. Masih banyak lagi contoh tindakan reaktif yang biasa kita lakukan.
“Apakah Anda sering memacu diri karena TIBA-TIBA deadline sudah tinggal beberapa jam lagi?”
“Apakah Anda biasa terburu-buru berangkat ke tempat kerja karena waktu sudah demikian mepet?
“Apakah Anda sering merasa kesal karena tindakan orang lain?”
“Apakah Anda berhenti melakukan sesuatu karena kecewa dengan tindakan orang lain dan melakukan sesuatu karena tindakan orang lain juga?”
“Apakah Anda termasuk orang yang sering berkata ‘saya paling tidak suka sama orang yang...’?”
Semakin sering kita reaktif, semakin jauh kita dari penguasaan DIRI. Semakin jauh kita dari penguasaan DIRI semakin jauh kita dari keberhasilan-keberhasilan yang kita harapkan. Mengapa demikian? Karena tanpa penguasaan DIRI yang baik, kita TIDAK BISA sukses dan hanya mereka yang sukses yang bisa berhasil. Masih ingat definisi sukses?
Ya. Sukses adalah perasaan yang sangat nyaman, sangat pas, dan membuat kita merasa terpenuhi. Bila kita selalu reaktif terhadap hal-hal yang terjadi di luar diri kita maka kita kehilangan penguasaan diri.. justru kita yang dikuasai oleh hal-hal di luar diri kita. Itu akan menjauhkan kita dari perasaan sangat nyaman, pas, dan terpenuhi tadi. Itu menjauhkan kita dari sukses. Masuk akal?
Untuk mampu menguasai DIRI ada satu pertanyaan yang perlu kita ajukan pada diri kita sendiri, “Siapa saya?”
“Saya adalah Nugroho. Saya seorang trainer.” Jawaban yang bagus. Jawaban ini sekaligus lemah.
Bila kita ingin mampu mengasai DIRI maka kita perlu menentukan jawaban yang lebih esensial lagi atas identitas diri kita. Panjangkan pandangan kita ke satu titik di masa depan. Ketika kita sudah tidak berada di antara orang-orang yang penting bagi kita, (entah karena jatah hidup kita selesai, entah karena pindah ke lain daerah atau pindah ke tempat kerja baru)  kita ingin dikenang sebagai apa?
Apakah ingin dikenang sebagai Nugroho seorang ayah yang pemarah atau Nugroho ayah yang penyayang? Apakah ingin dikenang sebagai Nugroho seorang karyawan yang menjadi bagian dari masalah atau Nugroho seorang karyawan yang selalu menjadi bagian dari solusi? Apakah ingin dikenang sebagai Nugroho seorang pemimpin yang berhasil membuat stress dan memicu resistensi bawahan atau Nugroho seorang pemimpin yang bisa menggerakkan bawahan untuk berkinerja optimal sekaligus merasa bahagia melakukan pekerjaan mereka?
Dengan menetapkan standar tentang siapa kita, menguasai DIRI menjadi hal yang lebih bisa dilakukan. Kita akan berhenti menjadi reaktif karena kita sudah menetapkan kerangka identitas kita. Kita bisa membandingkan tindakan yang hendak kita lakukan dengan standar kita. Ini bisa menuntun keputusan kita karena kita bisa tahu tindakan tersebut mendukung atau merusak standar kita. Saya berikan contoh.
Saya sering bercerita bahwa beberapa tahun yang lalu saya adalah perokok yang super berat. Saya bukan perokok yang aktif. Saya perokok yang hiper-aktif. Kemudian saya menjadi trainer. Kemudian saya mengambil sertifikasi untuk mengajarkan EQ. Kemudian saya mulai membentuk standar saya sebagai orang yang mengajarkan dan memotivasi orang lain tentang  betapa BERDAYA kita atas diri kita. Saat itu tiba-tiba saya merasa jengah terhadap rokok. Saat itu tiba-tiba saya melihat rokok sebagai hal yang tidak sesuai dengan standar saya. Saat itu saya merasa bahwa saya berkuasa atas diri saya dan, sebaliknya, rokok tidak mempunyai kuasa apapun atas diri saya. Saat itu juga saya berhenti merokok.
Tetapkan siapa diri kita sekarang. Tentukan kita ingin dikenang sebagai sosok yang seperti apa di mata orang-orang yang berarti dalam hidup kita. Jadikan itu sebagai kompas, petunjuk arah atas pilihan-pilihan tindakan kita. Itu akan menghindarkan kita dari tindakan-tindakan reaktif yang hanya menempatkan diri kita pada zona terjajah atau budak. Itu akan mengembalikan kuasa dan daya kita atas diri kita sendiri. Itu akan mengantar kita menuju sukses. Sukses akan menjadi modal kita meraih banyak sekali keberhasilan dalam hidup.

Nugroho Nusantoro

Tidak ada komentar:

Posting Komentar