Kamis, 29 Desember 2011

Village of Darkness



Village of darkness |Refleksi akhir tahun 2011
Harry "uncommon"

Di sebuah desa yang gelap, bernama  VOD [ village of darkness], terletak persih dibawah pegunungan yang subur mirip di planet Mars dan pinggir pantainya yang kebiru-biruan banyak ikan dan harta karun mirip di planet Venus, dipimpin oleh seorang yang lemah. Ia, king of darkness [KOD] dipilih langsung oleh rakyatnya yang hidupnya gelap. Kegelapan di desa subur itu, sudah lama dikeluhkan oleh warga desa sebagai hilangnya cahaya Tuhan. Sampai-sampai beras, jagung dan kedelaipun harus diimport dari desa lain yang kalah suburnya. Desa lemah.

Kegelapan, selalu digambarkan oleh tiadanya terang. Cell photoreceptor gagal membedakan frekuensi warna dan lebar gelombang warna. Yang nampak adalah warna hitam di color space. Ketika terang sirna, Shakespeare di abad 16 dan 17, menggambarkan kegelapan itu dengan karakter setan, price of darkness atau King Lear. Gelap yang sangat dalam, disudutkan sebagai neraka. Seorang ksatria sakti di zamannya harus berusaha mengenyahkan kegelapan itu. Adakah ksatria ditemukan di desa gelap itu?

Pemimpin, KOD, senang berteori bahwa agama, kepemimpinan dan pendidikan dapat memisahkan kegelapan dari terang. Mirip seperti lukisan Michaelangelo yang menghiasi atap sebuah chapel tua bernama Sistine selama tahun 1508-15012 pada zaman renaisance baru di era Paus Julius II di Vatikan. Warga desa VOD sebenarnya tahu persis bahwa agama, kepemimpinan dan pendidikan, sebagai 3 pilar kesejahteraan dan kebahagiaan, hanya retorika belaka dari para pemimpinnya. Mereka sungguh faham, bahwa tangan Tuhan dan tangan Adam, belum saling bertaut menyempurnakan penciptaan di muka bumi, khususnya di desa VOD itu. Di desa yang meski makmur kaya raya karena alamnya, kehidupan kesehariannya bercorak animasi dan ornamen palsu. Tak ada kesan indah seperti lukisan agung Mona Lisa [nama asli dari Lisa Gherardini, istri Francesco del Giocondo, Italia], karya Leonardo da Vinci di tahun 1503-1519 yang disimpan di Musee du Louvre di Paris. Desa itu tetap menggambarkan notion dari kepemimpinan yang tidak noble.

Paling tidak ada 3 jenis kegelisahan kegelapan disana. Pertama, rakyatnya yang paling bawah senang kekerasan. Rakyat middle-class senang banget konsumerisme dan rakyat atas punya hobi keserakahan. Ketiganya telah menyengsarakan rakyat desa VOD berabad-abad. Sejenis Napoleon atau revolusi Perancis, belum berhasil mengganti aura lukisan gelap desa itu. Kemerdekaan spiritualitas dan ceramah agung di tempat ibadah, hanya nyanyian the last supper yang indah dan sakral di meja suci, tidak di dusun-dusun kecil yang jauh dari impian indah rakyatnya. Tiga [3] kegelapan itu memuhi sesaknya lorong gelap yang tiada cahaya di ujungnya. Rakyat banyak yang sesak nafas tinggal di desa VOD ini, terkadang disertai stroke, HIV/AIDS, flu nyamuk dan virus mematikan. Tak ada listrik yang cukup di dusun-dusunnya. Anehnya, laptop, Ipad dan blakberry bisa nyala 24 jam. Kejanggalan lainnya adalah, rumah mewah, istana, mobil jaguar baru, ferrari terbaru, hammer baru dan bentley besar banyak dijumpai diantara gubug derita warganya dan memacetkan jalan desa.

Suatu hari, datanglah seorang anak desa tak dikenal, kecil perawakannya, mirip Daud, David atau Daniel di ceritera Old Testament, menghadap sang pemimpin. Dia bermimpi mendapat penglihatan yang sangat visible, bahwa desanya bisa maju dan bercahaya 10 tahun yang akan datang. Si kecil, bernama Small of Light [SOL], menggambarkan bagaimana Light of God,  cahaya Tuhan, bercahaya di bilik kamarnya yang kecil, seolah melingkupi seluruh wajah desa itu.  Wajah si anak kecil itu, SOL, sangat bercahaya sampai para pemimpin dan ajudannya silau memandang ke arahnya. Begitu agungnya si anak SOL ini, sampai segala pangkat, ijasah, IQ dan medali kepongahan di seantero desa itu, runtuh dan pecah berkeping-keping. Setelah semuanya terjadi, mirip the last day, ia pun melanjutkan ceritera saktinya itu.

"Begini yang terhormat dan termulia tuan-tuan," kata ajaib dari mulut dark of the moon, transformer, the Dino, "Mohon maaf, di dalam mimpi saya itu, di bumi ini tidak akan ada lagi nabi atau rasul baru. Tuhan sudah cukup memberikan Adam dan para nabinya menjadi terang. Kiamat memang sedang dipersiapkan olehNya, tapi menunggu desa kita berubah dahulu...! Di mimpi itu, desa kita telah berganti nama, menjadi village of light, VOL, dengan cahaya penuh aluminium alloy, mirip spyder, bergerak sangat cepat dengan 8 speed... "Tuanku, di dusun yang bernama dusun "Ibu Adalah Kesuksesan," muncul puteri tidur yang terlupakan. Ia mirip peri suci yang keibuan. Ialah yang akan menebarkan kasih sayang teramat indahnya kepada masyarakat bawah, agar kekerasan di desa kita, sirna.. Rakyat yang biasanya dibayar dengan 50 sen untuk melakukan pembakaran, pembantaian dan pembunuhan, tidak mau lagi diberi sogokan murahan itu dan mendadak bertobat dan bangun dari mimpi tidurnya.. Tuanku, mereka berlomba-lomba membangun kembali gedung yang rusak akibat tragedi krisis, pulau yang terendam, dan jalan-jalan yang longsor dan hancur...dan jadilah negeri sukacita di desa kita ini... penuh berkah dan kelimpahan. Rakyat menjadi cinta perdamaian. Desa ini hidup rukun baik antar kelompok, antar golongan dan antar agama... Di dusun "Ibu Adalah Kesuksesan," warga diajarkan filosofi baru, bahwa menyayangi setiap Ibu akan memerdekan warga dari perbudakan berabad-abad akan jiwa dan karakter keras. Ibu, holy lady, adalah sumber kelembutan dan kasih sayang sejati, mirip lukisan indah di layar emas bening, bak saya membaca kisah Romeo dan Juliet di zaman kuno tahun 1595.  

Mantra Light of God, terus meluncur dari bibir mungil si SOL dan saking derasnya, ia pun sampai meneteskan air matanya, kepedihan larut dalam keheningan kebahagiaan. Ruangan itu pun berubah terang semenjak hadirnya si anak kecil itu. Cahaya wajahnya bak lampu sorot super halogen dari mercusuar pantainya. Para pemimpin terus berdecak kagum bak meteor kehilangan energi temaramnya. Terdiam dan kaku.

"Tuanku, mohon maaf, di dusun lainnya, yang bernama dusun "Bapak, the father, Kerja Produktif," muncullah air terjun deras berwarna keemasan di pinggirnya ada balon berapi bergambar banyak mesin. Disana terdapat wajah-wajah kuliner, electronic, fesion, automotive, shopping, kartu kredit berbagai merek yang luluh terbakar hangus oleh dahsyatnya balon berapi dan berkepala rajawali putih...!  Warga produktif di dusun itu, terbang bergegas meninggalkan mall-mall, apartemen mewahnya, salon kecantikan, sauna, panti pijat, club malam yang mesum remang-remang dan pergi menyalakan mesin-mesin produksi dan masuk dalam lahan pertanian dan industri sektor riil. Alhasil, ekonomi dusun itu bersinar. Mereka kini menjadi pengekspor beras, kedelai, jagung, gula, terigu, susu, tembaga, emas, gas alam, sepeda motor, televisi hingga mobil dan kendaraan industri. Meski dusun lain mengalami krisis global dan pelemahan ekonomi, di dusun  "Bapak, the father, Kerja Produktif," malah sebaliknya, sangat maju. Matinya setan konsumerisme, membuat para eksekutif middle-class, meninggalkan dan memenjarakan sikap super konsumtif yang selama ini mereka pelihara. Pejabatnya bersih, hutang luar negerinya lunas tuntas. Anggaran dusun itu kini surplus dan income per capita naik berlipat-lipat di kawasannya. Mereka terbebas dan merdeka..." Warga kelas menengah dusun itu telah belajar apa artinya produktif dan tidak konsumtif.

Sayup-sayup, di kejauhan dusun itu, terdengar kelentingan music gamelan happy new year dari 100 sungai sumber kehidupan, hundred rivers of life. Airnya bening, mirip di kutub utara dan selatan planet Mars, di bulan Europa dan Enceladus yang tegangan permukaannya yang teramat besar. Ceritera dan titisan cakrawalanya gemerlap nan indah bagai di atas sorga. Lilin berniepun redup dan berbinar kembali, bergantian. Tenang, kudus dan silent night.

"Tuanku, mohon maaf,  mimpi hamba masih berlanjut.. Meski dusun-dusun lainnya terlelap tidur dalam aroma kegelisahannya, kedua dusun tadi, tidak, malah benderang terangnya berkilatan memancar ke langit menembus batas-batas manusia [human limitation and dignity].... Tuanku, di sebelah ke dua dusun tadi, ada dusun seakan berada di bawah laut, dengan dinding-dinding dari emas dan perak, wangi dan berlimpah madu dan susunya. Tambang-tambangnya kaya raya, tak terurus, mis-manajemen, namun pejabat yang mengurusnya gendut dan perutnya buncit, karena korupsi merajalela dan perempuannya suka berdandan...!!"

"Dusun itu bernama, dusun "Bersyukur Penuh Rahmat." Namun, ombak besar lepas pantai kanagawai, terlalu besar untuk memporak-porandakan dusun biru yang kelam itu. Blaaaaaaaaar...semuanya sirna dan selesai. Keong laut dan sisa kepiting merah jingga tiba-tiba terbang menerpa perut-perut gendut nan buncit para pejabatnya, muntah darah semua dan matilah mereka, juga para sundal wanita pelacur... Dusun itu berganti baru, tertransformasi seketika. Bidadari langit menebarkan doa-doa dan pujian penyembahan kepada Yang Maha Agung.. Worhsip itu menyenangkan Sang Khalik. Warga dusun kelas atas yang biasanya serakah dan korup, sekarang berjenggot putih abu-abu dan bak orang suci arupadatu dari planet Jupiter dan kawan-kawannya yang baru dipermandikan di ruang antariksa. Fajar baru tiba. Warga kelas atas, mengganti tabiat buruknya dengan banyak bersyukur penuh rahmat... Karena syukurnya itu, planet-planet baru mirip tongkat berantai terlepaskan dari belenggu korupsi dan jiwa serakah.. Mindsetnya baru, iramanya baru, jalannya menjadi pelan, bicaranya pelan, berfikirnya banyak dan waktu-waktunya dihabiskan berdoa di bilik-bilik terang, goa doa..! Warga dusun kelas atas itu, telah belajar, bahwa banyak bersyukur, menerapkan apa artinya cukup sudah, kedalam tindakan nyata, bukan sekedar notion politika moralita, kekudusan Tuhan menjadi dekat. Dahi dan mahkota dusun berubah menjadi secercah viva astronomi yang putih seperti salju mexicano... Mereka tidak hanya makan roti kehidupan, namun menemukan air hidup yang genuine dari sumbernya di dusun yang tadinya gelap gempita itu.. "

Karena ceritera anak kecil itu berlangsung 9 jam lebih, maka SOL, mirip Light of God, si transformer mimpi itu pun terjatuh dari duduk bersilanya diatas batu meditasinya yang berwarna hijau kebiruan dan pingsan tertidur... Rupanya, ia baru saja menyelesaikan siaran suara Tuhan di akhir tahun dengan sukses dan hening... Para pemimpin pun memeluk tubuh mungilnya yang tergolek di lantai dan berusaha membangunkannya, mereka penasaran... apa kelanjutan dari ceritera mimpi si bocah itu....! Mereka berfikir dan sangat ketakutan oleh mimpi itu, jangan-jangan si bocah inilah yang akan menggulingkan tahta penguasa pada zamannya... dan menjadikan desa itu mirip kisah 3 dusun ajaib itu...village of light, VOL, desa kuat.
 

Salam work & life balance [WLB]
Harry "uncommon" PurnamaMature Leadership Center [MLC]
Senin, 26 Desember, 2011 21:22

Jangan Jadikan Pekerjaan Sebagai Tujuan, Tapi...(2)



Tulisan ini merupakan lanjutan dari note saya sebelumnya Jangan jadikan pekerjaan sebagai tujuan, tapi...(1). Sebagaimana janji saya kepada Anda, sekarang saya memnuhinya, dan menuntaskan apa yang telah saya mulai.

Pilihan ada di tangan Anda

Namun, Pak Johny juga menceritakan perbedaan, bila memutuskan menjadi pengusaha. Setidaknya ada dua hal. Sehingga, hal itu membuat para profesional rela membuang kemewahan dan memulainya dari bawah. Bahkan beliau termasuk di antaranya. Pak Johny menjelaskan;

Yang pertama adalah waktu. Saya ingin menentukan waktu saya sendiri. Di kala sibuk, saya memang bekerja 18 jam sehari dan 7 hari seminggu. Ini akan sangat sering terjadi, terutama di awal-awal mengerjakan bisnis Anda. Namun, sebagai gantinya, di waktu senggang, saya bebas menetukan waktu. Saya bebas jalan-jalan bersama keluarga dan teman-teman. Menyenangkan bukan?

Yang keuda, kebebasan. Sebagai pengusaha, saya adalah pemilik kebebasan. Saya bebas membuat keputusan. Saya tidak perlu meminta izin atasan. Memang dampaknya berbeda. Sebagai karyawan, perusahaan akan menanggung kesalahan saya. Namun, sekarang saya yang akan menanggungnya”.

Pekerjaan bukan sebagai tujuan

Setelah menceritakan kedua artikel di atas kepada ibu Diana. Lalu, saya menambahkan dengan pemikiran yang hadir dalam kepala saya. Berdasarkan perasaan yang saya dapatkan dari memahami emosi di balik kata-kata, pada inti masalah di atas. Saya hanya menyarankan Jangan jadikan pekerjaan sebagai tujuan, tetapi cukup sebagai jembatan atau batu loncatan, menuju cita-cita yang ibu Diana inginkan”. Karena menurut saya, kondisi dilematis yang ibu Diana alami sekarang, disebabkan oleh, ibu Diana menjadikan pekerjaan atau bisnis yang ditawarkan oleh temannya, sebagai tujuan.

Kebebasan memilih secara mutlak (freewill)

Sementara itu, pernahkah Anda mendengar atau membaca konsep mengenai freewill? Supaya lebih menguatkan sudut pandang di atas, saya menuaikan pejelasan tentang kebebabasan memilih ini, kepada ibu Diana.

Saya pertama sekali menerima konsep freewill itu, saat mengikuti pelatihan Managemen Kualitas Diri di Situ Gintung. Fasilitatornya Ustaz Supardi Lee. Beliau menjelaskan. ”Pada dasarnya, setiap manusia memiliki kebebasan untuk memilih secara mutlak pada awalnya. Namun, setelah itu, kebebasan memilih jadi terbatas, karena harus menerima konsekwensi dari pilihan tersebut”.

Beliau mencontohkan. ”Untuk menjadi muslim, itu adalah pilihan, bukan karena garis keturunan. Jadi, mau memeluk kristen, Buddha, Hindu atau agama apapun, saya bebas memilihnya. Dan ternyata, saya memutuskan secara sadar, Islamlah pilihan saya”. Kata beliau. ”Nah, setelah saya memilih, maka saya harus bertangung jawab terhadap sesuatu yang mengikat dengan pilihan saya. Apa itu? Aturan-aturan yang di tentukan oleh islam, mau suka atau tidak suka, saya kudu mengikutinya”. Ustaz Supardi Lee menjelaskan dengan penuh meyakinkan.

Paket kereta Ekonomi Vs Eksekutif

Kemudian, untuk menjelaskan bagaimana bertangung jawab dengan pilihan itu. Saya teringat dengan penjelasan seorang guru. Dia membuat metafora seperti perjalanan ke luar kota, menggunakan kereta. Kalau kita berangkat naik kereta ekonomi, harga yang kita keluarkan lumayan terjangkau, dan sangat murah. Tapi, di dalam nya ada paket yang tak dapat kita tolak. Tidak bisa tidak menerima berupa : Kalau, ada kereta eksekutif lewat, maka ekonomi antri jalur dulu sebentar. Terus, di dalamnya berdesakan. Ada ayam nya juga. Penjual asongan selalu menjajakan makanan tiap stasiun. Panas sudah pasti. Namun, bisa sangat dingin, via AC alam, angin yang berhembus karena kaca jendela terbuka saat malam hari.

Tapi, kalau pakai kelas Eksekutif. Kita harus membayar lebih mahal. Meski demikian, kita mendapatkan paket  berupa; Tempat duduknya dua-dua, terbuat dari bahan yang empuk. Sandaranya bisa di rebahkan. AC nya, kalau malam hari kedinginan dan harus pakai selimut. Kalau siang hari membuat perjalanan terasa adem. Mau tidur, insyAllah mata bisa terpejam. Mau makan, tinggal panggil, ada yang melayani. Atau menuju keruang cafe.

Semua adalah pilihan

Semua ini adalah pilihan. Seperti artikel pak John di atas. Pilihan ada di tangan Anda. Biasanya, pilihan itu menjadi bijak, tatkala kita menyadari, pilihan itu sebagai alat atau cara, bukan sebagai tujuan. Tetapi, bila menganggap pilihan sebagai tujuan, maka kesulitan dalam memilihpun, menjadi persoalan baru.

Selain itu, saya tidak menyarankan apa-apa lagi, kecuali mengajak ibu Diana, supaya lebih menyadari diri seutuhnya hidup di dunia. Sebagai siapa hidup di dunia ini? Untuk apa diberikan kesempatan oleh Allah hidup di dunia ini? Karena, saat alam diciptakan, segala sesuatu sudah Allah tentukan secara proporsional. Para pejalan spiritual sering menggunakan istilah, sesuai kodratnya masing-masing.

Hidup penuh manfaat karena hidup hanya sekali

Akhirnya, saya menutup balasan surat kepada ibu Diana. Hidup hanya sekali. Mari kita menjalaninya penuh makna. Seuai kodrat kita masing-masing. Ayam itu kalau bersuara berkokok, Anjing mengonggong, bebek kwek-kwek. Kambing dan sapi di antara maksud kehadiran mereka, menjadi hewan qurban (persembahan) manusia, tanda ketaatan makhluk kepada sang pencipta.

Bila hewan-hewan itu Allah tetapkan sesuai kodratnya masing-masing. Terus, apakah kita sudah seperti kodratnya kita sebagai manusia? Maafkan, sharing ini saya akhiri dengan pertanyaan ya...

Rahmadsyah Mind-Therapist

Ciganjur, Selasa, 27 Desember 2011

Senin, 26 Desember, 2011 21:53

Malaysia truly Indonesia

Oleh: Andre Vincent Wenas


“Bukan lautan, hanya kolam susu... Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat
kayu dan batu jadi tanaman!”– Koes Plus.

“Nina bobok, ooh nina bobok… kalo tidak boobok digigit nyamuk!”– anonim.

***

    Tentu kita perlu berkonsultasi dengan para ahli psikologi-sosial, apakah
jenis lirik lagu Kolam Susu seperti ini termasuk alat hipnotis massa yang telah
ikut andil meninabobokan bangsa sejak tahun 70an, atau malahan teks Koes Plus
itulah yang terus mengingatkan – lantaran manusia senantiasa tergelincir dalam
status kelupaannya – agar senantiasa kembali dalam keadaan sadar terhadap
situasi eksistensialnya. Sehingga dengan demikian ia justru telah menjadi
semacam kritik sosial, karena terus memberi komparasi ideal (das sollen)
terhadap realitas de facto (das sein) yang ternyata detrimental.

    Sedari kecil memang kita sudah diayun-ayun dengan syair lagu Nina Bobok yang
struktur isinya terasa irrelevant, bahkan mungkin illogical. Karena – kalau
dipikir-pikir – apa sih hubungannya antara tidur/tidak tidur dengan digigit
nyamuk? Jangan-jangan pola asuh kita sejak dulu memang telah menanamkan bibit
cara pikir yang selalu tidak relevan dan tidak logis saat berhadapan dengan
realitas dan saat menafsirkannya? Wallahuallambishawab.

***

    Diberitakan bahwa Malaysia  tengah meluncurkan program ekonominya yang baru
(Kompas, 22 Sept 2010). Program ini berambisi membawa Malaysia ‘going up to the
next level’ untuk berdiri sejajar dengan negara-negara maju. Ukuran
sederhananya, dari GDP perkapita – yang sekarang – sebesar US$ 6700 menjadi US$
15ribu di tahun 2020. Sebagai perspektif, GDP per kapita Indonesia saat ini ada
di level US$2600an. Untuk merealisasi ambisi ini pemerintah Malaysia merekrut
seorang eksekutif (mantan bos Malaysian Airlines), Idris Jala, yang diangkat
menjadi pejabat setingkat menteri di kantor PM Najib Razak untuk memimpin
program transformasi ekonomi Malaysia Incorporated ini.

    Ada 131 proyek yang membutuhkan dana investasi sebesar US$ 444milyar.
Kompilasi proyek berjangkawaktu 10 tahun ini meliputi: pengembangan jaringan
internet, energi nuklir dan matahari, kereta cepat Malaysia-Singapura,
pengembangan industri minyak dan gas, pertanian, pariwisata, jasa keuangan dan
infrastruktur perkotaan.

    Negara jiran ini berhasil “memaksa” dirinya sendiri keluar dari zona
kenyamanan akibat keberhasilan program-program mantan PM Mahathir Mohammad yang
legendaris itu. Model ekonomi Malaysia saat itu (bahkan sampai saat ini) adalah
masih mengandalkan industri manufaktur. Pernyataan yang menarik dari Idris Jala,
“Jika kita mempertahankan model ekonomi sekarang, kita akan terjebak dan akan
kehilangan talenta yang kita butuhkan untuk mendukung pengembangan ekonomi.”
Lalu pungkasnya, “Malaysia tidak akan membuang-buang waktu. Kami membutuhkan
transformasi ekonomi yang utuh dan radikal!”

***

    Di saat yang sama ada fenomena menarik, di harian yang sama dan tanggal
yang sama (Kompas, 22 Sept 2010) ditampilkan iklan full-color dari Biro Hukum
dan Humas Kementerian Pertanian Indonesia berjudul cetak tebal merah: “Jangan
Panik, Pasokan Pangan Aman!” Dilengkapi foto seremonial kunjungan para menteri
ke gudang Bulog. Isi pesannya ingin mengatakan bahwa masyarakat tidak usah takut
kelaparan lantaran kekurangan pasokan pangan. Soal perut memang krusial, Abraham
Maslow bilang penuhi dulu kebutuhan fisik baru bicara soal rasa aman (safety
needs), dengan perut lapar orang bisa nekat menerabas apa saja. Di paragraf
akhir iklan itu dikatakan, “Selain beras, papar Mentan, pasokan daging dan telur
ayam juga surplus sampai akhir tahun. Sementara ketersediaan gula, daging sapi,
bawang merah dan cabe cukup untuk memenuhi kebutuhan menjelang lebaran tahun
ini. Atas dasar itu, Mentan meminta masyarakat tidak panik, ‘ketersediaan pangan
kita aman. Bahkan surplus,’ tegasnya.”

    Namun lucunya, headline di halaman terdepan harian yang sama itu
mengabarkan, “Cuaca Ganggu Pertanian, target produksi tak terpenuhi,” intinya
isi berita utama itu menyampaikan bahwa bakal terjadi kekurangan pasokan pangan
gara-gara gagal panen. Solusinya tentu impor beberapa dari bahan-bahan pangan
tersebut (misalnya beras, gula dan jagung). Sehari sebelumnya bahkan Kompas (21
Sept 2010) telah mewartakan bahwa Mentan dan Menperdag memberi ijin impor Beras
dan GKP (gula Kristal putih).

***

    Tanpa tedeng aling-aling kita mesti mengakui bahwa dalam banyak aspek –
utamanya aspek pengelolaan perekonomian, industri, pembangunan infrastruktur,
pendidikan umum dan kesejahteraan masyarakatnya – Malaysia semakin jauh lebih
unggul. Walau memang – dalam aspek kesenian dan warisan kebudayaan (secara
historis) – Indonesia rasanya lebih berwarna.

    Selain perselisihan soal demarkasi, omelan dengan negara jiran ini lebih
bernuansa pencaplokan properti budaya (warisan kesenian). Corak batik, lagu
jadul, tarian daerah, makanan (resep) daerah adalah sebagian dari properti
budaya Indonesia yang diganyang Malaysia.

    Di luar konflik soal demarkasi, mungkin lebih ciamik kalau kita mesti
saling berangkulan. Bangsa serumpun ini bisa saling belajar, bergaul dengan
sopan dan terhormat. Di bidang ekonomi, infrastruktur, pendidikan dan
profesionalisme aparat, jelas Indonesia mesti semakin menjadi seperti Malaysia.
Belajar berpikir logis dan relevan. Dan soal cita rasa seni serta warisan
kebudayaan, keindahan Indonesia memang tak bisa dipungkiri keunggulannya. Itu
pun boleh pula dipelajari dan diserap oleh bangsa serumpun ini. Tak elok
ribut-ribut soal kesenian Pak Cik, sila nikmati budaye Indonesia, sila jadikan
Malaysia truly Indonesia.

============== ======

(artikel ini telah dikontribusikan oleh Kontributor ke Majalah MARKETING. Segala hal yang menyangkut sengketa atas Hak  atas Kekayaan Intelektual, menjadi tanggung jawab Kontributor)

Senin, 26 Desember, 2011 20:52

Berat Badan dan Keselamatan Kerja

Oleh:  Lorco Safety

Apa hubungan antara berat badan dan keselamatan kerja ?
Untuk menghitung apakah seseorang dengan berat tertentu sudah digolongkan mengalami kegemukan hingga obesitas, maka sebaiknya dilakukan dulu penghitungan dengan rumus Body Mass Index (BMI) :
Berat Badan Anda (dalam Kg) : (dibagi) (Tinggi Badan Anda (dalam satuan meter)  X  (dikali) Tinggi Badan Anda (dalam satuan meter))


Berapapun hasilnya silahkan Anda lihat dulu pada kolom di bawah:

Kekurangan Berat Badan………………………...Dibawah 18.5
Normal ………………………………………Antara 18.5 dan 24.9
Kelebihan Berat Badan…………………………...Antara 25 dan 29.9
Obesitas……………………………………..Antara 30 dan 39.9
Terlalu Obesitas……………………………..Diatas 40
Lalu apa hubungannya berat badan dengan keselamatan kerja ?
Sebuah studi di Australia menghasilkan beberapa hasil penelitian yaitu:
  • Obesitas berdampak pada postur dan keseimbangan tubuh sehingga dapat meningkatkan potensi bahaya terjatuh.
  • Obesitas dapat berdampak pada penyakit sulit bernafas terkait aktivitas tidur seperti sleep apnea dan hal tersebut bisa meningkatkan resiko kecelakaan saat mengendarai kendaraan.
  • Seseorang yang Obesitas dan sering melakukan kegiatan berulang seperti berlutut, jongkok, mengetik, dll, dapat berpotensi terkena penyakit osteoarthritis (penyakit pada sendi akibat penekanan  beban  tubuh yang  secara  terus  menerus  terhadap  persendian,  sehingga  mengakibatkan kerusakan terhadap tulang rawan sendi.)
  • Obesitas berpotensi meningkatkan resiko terkena penyakit akibat kepanasan karena seseorang yang obesitas memproduksi panas tubuh lebih banyak.
  • Alat pelindung diri untuk seseorang yang obesitas berpotensi untuk tidak dipakai karena sering tidak adanya APD yang nyaman atau ukurannya sesuai.
  • Hasil studi ini juga menyimpulkan mundur bahwa jam kerja panjang atau jam kerja shift berpotensi menyebabkan obesitas.
Semoga kita diberi kekuatan tekad untuk selalu dapat menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh melalui makan sehat dan olahraga yang teratur dibawah bimbingan ahlinya serta selalu dilindungi oleh Yang Maha Kuasa agar selalu selamat dalam bekerja melalui pikiran dan tindakan yang selalu mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja.
Semoga para rekan Pro Safety dapat terinspirasi.
Salam Safety untuk Anda dan Keluarga di Rumah


(Silahkan membagikan artikel ini dengan syarat mencantumkan sumber aslinya)
By Kang Aa Widi Safari

Rabu, 21 Desember, 2011 22:18

Para Pejuang Di Kilang

 Oleh:  Dadang Kadarusman
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Catatan Kepala: ”Kita sering tidak menyadari keberadaan orang-orang penting yang rela menempuh resiko demi memudahkan hidup kita.”
Berapa banyak bahan bakar minyak yang Anda konsumsi selama ini? Apapun jenis bahan bakar itu, kita merasa sudah ‘memilikinya’ begitu menyerahkan sejumlah uang kepada petugas POM bensin. Dengan Rp.200,000.- misalnya, kita sudah ‘memiliki’ sekitar 33,3 liter Premium atau sekitar 24 liter Pertamax. Tetapi, pernahkah Anda bertanya; apakah setiap rupiah yang kita keluarkan untuk membeli BBM itu sepadan dengan ‘pengorbanan’ orang-orang yang bekerja di kilang minyak? Dulu, saya selalu mengira demikian. Kan saya sudah membayar harganya. Bahkan kita, inginnya membayar dengan harga yang semurah-murahnya; namun maunya mendapatkan yang sebanyak-banyaknya. Hari ini, cara pandang saya berubah 180 derajat. Tahukah Anda mengapa?
Saya selalu gembira setiap kali berkesempatan untuk mengunjungi fasilitas dan proses produksi yang dimiliki oleh klien-klien pelatihan saya. Hal ini sangat membantu saya untuk lebih memahami; ‘apa yang mereka lakukan setiap hari’. Dengan demikian saya bisa semakin menyesuaikan materi pelatihan saya dengan keseharian aktual mereka. Terlebih lagi di industri-industri yang saya tidak memiliki pengalaman kerja di bidang itu, semisal pertambangan dan eksplorasi. Pekan lalu, saya berkesempatan untuk mengenal lebih dekat aktivitas sahabat-sahabat saya di kilang minyak milik Pertamina di Dumai. Sungguh, kunjungan itu telah membalikkan paradigma saya tentang ‘membeli BBM’. Jika selama ini saya mengira dengan membayar beberapa ribu akan menjadikan saya sebagai pemilik sejumlah Premium atau Pertamax, maka sekarang saya menyadari bahwa kita sering tidak menydadari keberadaan orang-orang penting yang rela menempuh resiko demi memudahkan hidup kita. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar menyadari peran orang lain dalam hidup kita, saya ajak memulainya dengan memahami 5 sudut pandang Natural Intelligence berikut ini:
1.      Selalu ada peran yang tidak kelihatan. Untuk segala hal yang kita peroleh dalam hidup kita, selalu ada peran orang-orang penting yang tidak kelihatan. Dari bis kota atau mobil angkot yang kita tumpangi,  mobil pribadi yang kita kendarai, kompor yang memasak makanan kita; semuanya – ada peran orang yang tidak terlihat yaitu mereka yang telah menyediakan bahan bakarnya. Begitu pula dengan peran orang-orang yang tidak terlihat lainnya. Ada petani. Nelayan. Atau buruh angkut. Selama ini, kita hanya melihat benda jadinya sudah tersedia dihadapan kita. Tinggal dibeli saja. Tak jarang kita memprotesnya jika ketersediaannya tidak bisa memenuhi jumlah yang kita inginkan. Kita juga menghardik setiap kali mendapati kualitasnya tidak sebaik yang kita harapkan. Kita, sering tidak menyadari; betapa banyak orang yang memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan hidup kita. Jika menyadarinya saja tidak, maka kemungkinan besar kita jarang berterimakasih kepada jasa baik mereka. Maka belajarlah untuk memahami bahwa selalu ada peran orang yang tidak kelihatan dalam pemenuhan kebutuhan hidup kita. Dengan begitu, kita bisa semakin mampu untuk menghargai nilai dan makna hasil karya mereka.
2.      Kita bisa membeli barang, tapi tidak membeli orang. Melalui setiap benda yang kita dapatkan orang-orang yang ‘tidak terlihat’ itu memberikan nilai tambah kepada hidup kita. Benar, kita mendapatkan benda itu dengan membayar sejumlah harga. Namun, apakah rupiah yang kita keluarkan itu sepadan dengan jerih payah mereka? Belum tentu. Kita mengeluh dengan Pertamax seharga 8,500, misalnya. Kita juga ingin agar Premium itu jauh lebih murah dari 4,500. Padahal, jika tahu resiko yang dihadapi oleh setiap pekerja di kilang minyak; kita akan sadar bahwa uang yang kita keluarkan itu sungguh tidak sepadan dengan resiko kerja yang mereka hadapi setiap hari. Faktanya, kita hanya bisa membeli barang untuk kita nikmati. Namun, kita sama sekali tidak bisa mengkompensasi apapun resiko yang mereka hadapi saat membuat barang-barang kebutuhan kita itu. Hal ini tidak hanya berlaku untuk BBM, melainkan juga untuk beras, ikan, garam, gula atau apapun. Dengan kesadaran itu, setidaknya kita bisa mengurangi sikap arogan semata-mata karena bisa mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli setiap produk untuk memenuhi kebutuhan kita. Karena dengan uang itu, kita hanya bisa membeli barang; bukan membeli orang.
3.      Bayaran tidak selalu sepadan dengan pengorbanan. Sekarang, kita sadar bahwa bayaran itu tidak selalu sepadan dengan pengorbanan. Maka jika selama ini kita mengeluhkan tentang bayaran yang kita terima dari pekerjaan dikantor yang kita lakukan; mulai sekarang tidak usah lagi terlampau gusar. Ingatlah pengorbanan dan resiko para pejuang di pusat kilang. Sungguh besar sekali lho. Berapapun gaji mereka, tetap saja tidak sepadan dengan semua resiko itu. Pekerjaan kita, bisa sama beresikonya dengan mereka. Bisa juga kurang beresiko. Namun apapun itu, maka bayaran yang Anda terima itu belum tentu sepadan dengan pengorbanan yang Anda berikan. Maka berhentilah mengeluh, karena itu adalah bagian dari fakta hidup. Sebab, jika Anda mengeluh dengan bayaran yang Anda terima; bukan orang lain yang rugi. Anda sendiri. Dengan keluhan itu Anda tergoda untuk hitung-hitungan saat mengerjakan sesuatu sehingga hasilnya mungkin tidak maksimal. Dengan keluhan itu, Anda juga tidak tertarik untuk mengerahkan seluruh kapasitas, kemampuan, dan daya diri yang Anda miliki. Anda tidak akan pernah menjadi pribadi yang mumpuni hingga ke puncak prestasi, jika kinerja Anda masih dibebani oleh perasaan dibayar tidak sepadan. Ikhlaskan semua itu. Terimalah dengan lapang dada. Dan raihlah bayaran yang lebih tinggi seperti yang Anda inginkan itu – dengan kinerja dan kemampuan serta kontribusi yang juga semakin tinggi.
4.      Berharaplah kepada yang tidak terbatas. Sebaik apapun atasan atau boss Anda, dia selalu berhitung soal uang. Wajar. Karena setiap bisnis dituntut untuk untung. Para pengelola HRD melakukan benchmark salary dan kompensasi sehingga setinggi apapun take home pay Anda, tidak akan lari terlalu jauh dari nilai yang berlaku di pasaran. Jadi, tidak ada gunanya Anda menuntut melebihi norma umum. Memang begitulah fitrah yang berlaku bagi siapa saja yang memilih untuk menjadi karyawan profesional. Tetapi, sesungguhnya Anda memiliki kesempatan untuk mendapatkan bayaran yang jumlahnya nyaris tidak terbatas. Karena ada yang bersedia memberi Anda imbalah tanpa hitung-hitungan untung rugi. Tahukah Anda siapa yang bersedia membalas Anda sebanyak itu? Dia adalah Dzat yang tidak membutuhkan apapun dari Anda. Dan Dia, adalah tempat semula Anda datang dimasa lalu, lalu kembali lagi nanti. Maka berharaplah yang banyak kepadaNya. Karena Dia hanya mensyaratkan hal sederhana saja dari kita. Kata guru kehidupan saya; “Dia hanya membutuhkan niat yang lurus saat Anda melakukan pekerjaan kita.” Maka mulai sekarang, setiap kali berangkat dari rumah menuju ke kantor, mulailah dengan ketulusan untuk mempersembahkan setiap langkah dalam pekerjaan kita demi menunjukkan betapa sempurnanya Dia menciptakan kita. Maka dengan begitu, kata hanya akan menghasilkan kinerja terbaik melalui cara kerja yang paling baik.
5.      Jadilah sumber energy bagi lingkungan.  Bayangkan jika kilang minyak itu libur selama satu minggu saja. Anggap saja selama seminggu itu tidak ada supply bahan bakar untuk menunjang kehidupan kita. Semua kendaraan berhenti. Pesawat tak dapat terbang. Semua pabrik tidak berproduksi. Rumah kita gelap gulita. Kompor didapur kita tidak menyala. Apa jadinya kita? Jarang kita sadari bahwa minyak yang mereka hasilkan di kilang telah memberi energy kepada ratusan juta umat manusia. Maka bisa kita bayangkan betapa besarnya pahala bagi mereka yang bekerja dengan ikhlas untuk melayani sesama. Kita, mungkin tidak menghasilkan produk yang sedemikian berdampaknya seperti minyak. Tetapi, kita juga tahu bahwa energy itu tidak hanya berupa minyak atau bahan bakar fisik. Energy juga bisa berupa dorongan dan semangat untuk kebaikan hidup orang lain. Maka kita pun bisa meniru dengan cara menjadikan diri kita sebagai sumber energy bagi orang lain. Caranya? Banyak dan sederhana. Jadilah pemberi semangat bagi orang lain. Ucapkanlah kata-kata yang baik pada mereka. Perlakukanlah mereka dengan baik. Sehingga ketika berada bersama Anda; mereka merasa nyaman dan terdorong untuk melakukan yang terbaik. Ada pelajaran menarik dalam perbincangan saya dengan Pak GM Pertamina Dumai tentang kepemimpinan. Beliau mengatakan; “setelah saya pelajari, ternyata kepemimpinan itu adalah tentang mengajak orang-orang untuk berbuat lebih baik….” Dengan prinsip itu, beliau menjadi sumber energy bagi orang-orang disekitarnya. Bisakah kita mencontohnya?
Beruntunglah orang-orang yang dalam hidupnya mampu menghasilkan buah karya yang berguna bagi banyak orang. Karena setiap kebaikan yang kita lakukan untuk orang lain pasti akan beroleh ganjaran yang sepadan. Namun, guru kehidupan saya mengingatkan bahwa untuk mendapatkan ganjaran itu ada syaratnya. Sederhana syarat itu. Tetapi banyak orang yang tak mampu memenuhinya. Apakah syarat itu? Kata beliau; ganjaran disisi Tuhan hanya diperuntukkan bagi mereka yang mengharapkannya. Bagi yang tidak mengharapkan ganjaran itu – mengapa Tuhan memaksakan memberikannya? Maka saat bekerja; harapkanlah imbalan yang pantas untuk kehidupan di dunia. Namun, berharaplah lebih banyak kepada Tuhan agar Dia memberi kita ganjaran yang paling baik. Dengan begitu, malu kita jika tidak bekerja dengan baik. Karena kita berharap ganjaran yang terbaik. Dari Sang Pemberi Pahala yang terbaik.
 
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman 21 Desember 2011

 
Catatan Kaki:
Percayalah, uang yang kita bayarkan kepada orang-orang yang menyediakan barang atau jasa yang kita beli; belum tentu sepadan dengan perjuangan mereka.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.

Rabu, 21 Desember, 2011 00:11

Potensi Baik Dan Buruk Dalam Diri Kita

Oleh:  Dadang Kadarusman

Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Catatan Kepala: ”Tak seorang pun mengetahui dimana batas tertinggi kemampuan dirinya, sehingga kata ’maksimal’  tidak cocok untuk kita gunakan.”
 
Bisakah Anda sebutkan pencapaian apa saja yang sudah berhasil Anda raih dalam hidup? Maksud saya, pencapaian yang benar-benar layak untuk dibanggakan. Jika Anda punya banyak pencapaian seperti yang saya maksudkan itu; silakan buat dalam sebuah daftar yang panjang. Ada orang-orang yang sedemikian mudah mengenali pencapaian pribadinya. Lalu dengan penuh percaya diri menyebutkan pencapaian pribadinya itu satu demi satu. Ada juga orang-orang yang memilih diam saja, karena tidak yakin apakah mereka telah berhasil meraih sebuah pencapaian pribadi yang benar-benar bermakna dan pantas dibanggakan itu. Siapa yang paling jujur? Siapa yang paling benar?
 
Orang bisa saja hanya sekedar ‘mengklaim’; sehingga bisa menyebutkan ini dan itu, padahal belum tentu benar begitu. Orang bisa juga terlalu rendah hati, sehingga meskipun pencapaian pribadinya banyak tapi mereka tidak menilainya sebagai sesuatu yang pantas dibanggakan. Sekalipun demikian, ada satu kesamaan pada semua orang, yaitu; tak seorangpun yang telah berhasil menggunakan seluruh daya dirinya secara maksimal. Mengapa? Bahkan kita tidak pernah tahu dimana batas tertinggi kemampuan kita yang sesungguhnya itu. Jika Anda masih bingung dengan apa yang bisa dibanggakan, maka kebingungan itu akan hilang jika sudah mampu mengoptimalkan potensi diri Anda. Dan jika Anda merasa bangga dengan pencapaian yang selama ini Anda raih, maka kebanggaan itu tentu akan jauh lebih besar lagi jika Anda telah berhasil menggunakan kapasitas diri yang Anda miliki itu lebih banyak lagi. Faktanya, kita belum benar-benar mendayagunakan potensi diri yang kita miliki. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar mendayagunakan potensi diri, saya ajak memulainya dengan memahami 5 sudut pandang Natural Intelligence berikut ini:
 
1.      Pencapaian Anda belum seberapa. Saya tidak bermaksud menyinggung Anda jika mengatakan bahwa pencapaian Anda belum seberapa. Tak usah tersinggung, karena saya tidak membandingkan diri Anda dengan orang lain. Saya mengatakan demikian karena saya percaya bahwa kapasitas diri Anda jauh lebih besar daripada pencapaian yang sudah berhasil Anda raih hari ini. Saya pribadi pun demikian. Jika ditengok kebelakang; pencapaian saya tidaklah buruk-buruk amat. Bahkan beberapa diantaranya melampaui yang bisa dilakukan oleh orang lain. Tetapi, saya sadar benar bahwa pencapaian saya belum seberapa. Bukan dengan membandingkannya dengan teman atau tetangga saya. Melainkan fakta bahwa didalam diri saya terdapat sedemikian besar potensi diri yang belum tergali. Maka saya tidak ragu untuk mengatakan bahwa pencapaian Anda itu belum seberapa. Sama seperti belum seberapanya pencapaian yang bisa saya wujudkan, jika dibandingkan dengan potensi diri saya yang sesungguhnya.
 
2.      Anda berhak mendapatkan yang lebih baik. Sudah baikkah pencapaian Anda hari ini? Mungkin Anda sudah memperoleh penghasilan seperti yang Anda cita-citakan. Mungkin Anda sudah menjadi Manager, atau Direktur. Bahkan Presiden Direktur untuk sebuah perusahaan besar yang terkenal. Izinkan saya untuk mengatakan bahwa betapapun tingginya pencapaian Anda hari ini; Anda berhak mendapatkan yang lebih baik dari itu. Kenapa? Karena Anda memiliki lebih banyak hal lagi yang selama ini belum digunakan secara maksimal. Silakan tanyakan kepada diri Anda; jika setiap hari Anda lebih rajin 1% dari biasanya. Berapa banyak lagi yang bisa Anda hasilkan. Jika setiap hari Anda lebih terampil lagi dari sebelumnya; berapa banyak lagi yang bisa Anda selesaikan dari yang selama ini. Jika setiap hari, saya bersedia memberikan kontribusi sedikit lebih banyak lagi kepada perusahaan; betapa prestasi saya akan menjadi semakin baik. Semakin tidak tertandingi. Dan itu menjadikan kita seorang pribadi yang memiliki kesempatan untuk mendapatkan yang lebih baik lagi dari yang sekarang. Jadi, bagaimana jika mulai sekarang; kita berkomitmen untuk lebih rajin, lebih produktif, dan lebih kontributif dari sebelumnya? Yu’, ya’, yu…
 
3.      Asahlah di sisi yang tepat. Merasa diri berhak mendapatkan ‘yang lebih baik’ itu seperti pisau bermata dua. Hal itu bisa memotivasi kita untuk terus melaju kencang berjuang tanpa kenal lelah. Terus menerus mengeksplorasi potensi diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Itu sisi baiknya. Tapi hati-hati, karena sisi buruknya pun tidak kalah tajamnya. Misalnya; kita sering merasa bahwa sesuatu itu adalah ‘hak kita’. Maka kita pun mengambilnya. Atau, merasa bahwa kita dibayar dibawah yang semestinya. Maka kita pun hitung-hitungan dalam soal pekerjaan. Atau, merasa bahwa orang lain telah merenggut sesuatu yang seharusnya kita dapatkan. Maka kita pun melakukan segala cara untuk menjegalnya. Bergantung sisi mana dari pisau itu yang paling sering Anda asah. Sisi baiknyakah atau sisi buruknya. Jika kita lebih rajin mengasah sisi buruknya, hati-hati; karena cepat atau lambat, pisau itu akan melukai Anda. Namun jika Anda bersedia untuk menajamkan sisi baiknya, maka berbahagialah. Karena Anda akan semakin mampu ‘menajamkan’ kehandalan kualitas diri Anda.
 
4.      Bersihkanlah ‘penangkap’ sinyalnya. Sering tidak mudah untuk membedakan kebaikan dengan keburukan. Kita merasa benar, padahal salah. Kita merasa baik, padahal buruk. Makanya, kita sering melihat orang ‘tidak mengaku’ telah melakukan keburukan meski fakta dan bukti sudah memadai. Mengapa bisa begitu? Kata guru kehidupan saya, hal itu terjadi karena ‘cermin didalam dirinya sudah kotor’. Cermin yang beliau maksud adalah hati nurani. Setiap perbuatan kita memancarkan energy sesuai dengan ‘nilainya’ masing-masing. Keburukan memancarkan energy buruk. Kebaikan menebarkan energy baik. Norma umum sering dapat dengan mudah menangkap energy itu. Makanya, kita semua sepakat bahwa mengambil sesuatu yang bukan hak kita itu buruk. Namun, mengapa ketika melakukannya kita tidak merasa itu sebagai sebuah keburukan? Karena cermin diri kita tidak dapat menangkap sinyal keburukan itu dengan baik. Maka, penting untuk selalu membersihkan hati nurani kita. Karena dialah yang bisa membantu kita untuk menangkap sinyal yang mengontrol baik dan buruknya akhlak atau perilaku kita.
 
5.      Periksalah laporan rugi laba.  Bukan hanya perusahaan yang membutuhkan laporan rugi-laba. Setiap pribadi pun memerlukannya. Mengapa? Borad of Directors wajib memberikan laporan tahunan kepada pemilik perusahaan melalui rapat umum pemegang saham. Setiap pendapatan dihitung ‘plus’ sedangkan setiap pengeluaran bernilai ‘minus’. Jika plus lebih banyak dari minus, maka perusahaan mencetak laba. Sang pemilik, tentu merasa senang. Begitu pula dengan kita sebagai seorang insan. Kita adalah Direktur Utama bagi diri kita sendiri. Siapakah pemilik diri kita jika bukan yang menciptakannya? Setiap perilaku baik kita dicatat ‘plus’ sedangkan perilaku buruk kita bernilai ‘minus’.  Jika dibandingkan antara ‘plus’ dan ‘minus’ seluruh perilaku kita itu; apakah ‘laporan pembukuan pribadi kita’ mencetak laba atau sebaliknya? Semua perusahaan selalu memeriksa laporan keuangannya secara berkala. Bukan hanya menjelang Rapat Umum Pemegang Saham saja. Begitu pula mestinya kita. Secara berkala perlu memeriksa laporan pembukuan rugi laba. Jangan sampai tidak menyadari jika ‘bottom line’ kita ternyata negatif karena perilaku buruk kita lebih banyak dari perbuatan baik. Rapat dengan pemegang saham ada jadwalnya. Sedangkan ‘rapat’ kita dengan sang pemilik diri; tidak terjadwal secara pasti. Karena itu bisa terjadi tahun depan, minggu depan, atau hari ini. Maka penting untuk memeriksa dan memastikan ada laba dalam buku pribadi kita.
 
Sesungguhnya, setiap manusia memiliki segala kelengkapan diri, sekaligus kemerdekaan untuk menentukan nasibnya sendiri. Makanya, didalam diri manusia ada potensi untuk melakukan kebaikan maupun keburukan. Namun, Tuhan mengingatkan bahwa ”Orang-orang yang menyucikan dirinya, pasti mendapatkan keuntungan. Sedangkan orang-orang yang mengotori jiwanya akan memperoleh kerugian.” Tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk menjadikan perusahaan yang merugi bisa menuai laba. Namun, untuk mengubah diri dari pribadi yang rugi menjadi insan yang beruntung tidaklah terlalu sulit. Cukup melakukan dua hal saja; Satu, membersihkannya dengan taubat dan permintaan maaf. Dua, menggeser perbuatan buruk dengan perbuatan baik. Itulah sebabnya mengapa; Tuhan memberi hati kita kecederungan kepada kebaikan. Karena Tuhan ingin kita lebih banyak mendayagunakan potensi diri yang baik. Untuk hal-hal yang baik.
 
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman 18 Desember 2011

 
Catatan Kaki:
Kita memiliki potensi diri yang sama baiknya dengan orang lain; hanya saja, mungkin kita tidak segigih mereka dalam mendayagunakannya.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya. 
 

Sabtu, 17 Desember, 2011 20:49

Kiat Komunikasi Tatap Muka

Oleh: Andre Vincent Wenas


    Dalam sebuah operasi bisnis, para manajer dan penyelianya kerap mengalami
kesulitan dalam menyamakan bahasa dengan anak buah dan bahkan dengan koleganya
sendiri. Padahal setiap selesai rapat, salinan risalah hasil rapat telah
dikirimkan kepada setiap peserta rapat. Namun demikian pemahaman dan
pelaksanaannya sering melenceng dari apa yang sudah kita sepakati di dalam
rapat. Tantangannya adalah bagaimana sebaiknya kualitas komunikasi ini
ditingkatkan, sehingga kinerja bisnis suatu perusahaan juga bisa meningkat
nantinya.

    Memang komunikasi di dalam organisasi laksana darah yang mengantar oksigen
ke segenap organ tubuh. Kalau darahnya kotor maka kualitas kesehatan tubuh itu
juga buruk. Akibatnya mudah jatuh sakit manakala virus menyerang.

    Sebagai pemimpin Anda berperan juga sebagai komunikator. Karena seorang
pemimpin adalah inspirator, artinya terus meniupkan roh yang menghidupkan gairah
organisasi untuk bekerja mengaktualisasikan potensinya secara optimal. Peran
sebagai inspirator ini diwujudnyatakan lewat keterampilan berkomunikasi. 
Manfaatkanlah secara penuh segala kesempatan yang ada di dalam praktek
organisasional untuk menginspirasi lewat pelbagai saluran komunikasi yang ada.

    Pelbagai bentuk komunikasi bisa dimanfaatkan, misalnya bentuk komunikasi
tatap muka (face to face communication). Bentuk komunikasi tatap muka adalah
wahana efektif bagi seorang pemimpin bisnis untuk menginspirasi organisasinya. 
Seperti diurai oleh Tony Newbold & Eileen Scholes (Face-to-Face Communication,
2003),  beberapa sarana yang bisa dipakai untuk melancarkan komunikasi tatap
muka di dalam konteks organisasi adalah:

1. Rapat formal (formal meetings). Perlu disiapkan agenda rapat, beri
kesempatan setiap peserta untuk berkontribusi terhadap agenda dan objektif
rapat. Perhatikan dan kelola partisipasinya, bagi jadwal presentasi serealistis
mungkin. Bagikan bahannya sebelum rapat dimulai. Gunakan teknik rapat sekreatif
mungkin: gagas-pendapat (brainstorming), undang nara-sumber (mis: para ahli,
pelanggan, pemasok) untuk beri masukan, dll.

2. Rapat personal (One-to-one meetings). Format ini memberi kesempatan
untuk terlibat secara penuh. Memang perlu investasi waktu yang lebih banyak,
namun tingkat efektivitasnya juga tinggi. Keuntungannya, model ini sangat
interaktif dan juga bisa dipakai untuk bicara hal-hal sensitif atau bersifat
konfidensial.

3. Pengarahan kelompok (Team briefing). Ini adalah cara yang paling baik
untuk menyebarkan informasi secara serentak dan berjenjang. Setelah Anda memberi
pengarahan, maka tim Anda akan meneruskannya ke jenjang berikutnya.

4. Mentoring & visits.Kunci komunikasi yang efektif adalah pemahaman akan
kebutuhan orang lain. Bersikaplah empatik supaya frekuensi kedua pihak ada di
gelombang yang sama. Melakukan mentoring dan kunjungan bisa membangun kedekatan
dan memperkuat hubungan.

5. Walking the talks.Berkeliling sambil bicara dengan setiap tim kerja.
Cara ini cukup populer dalam people management. Memang perlu seni tersendiri
supaya tim yang Anda dekati tidak malah merasa terganggu (jadwal dan proses
kerjanya). Namun jika dilakukan dengan baik, cara ini bisa membangun atmosfir
kerja yang positif, meningkatkan kepercayaan dan memperkuat jalinan hubungan
pribadi.

6. Managed meals. Rapat sambil makan (pagi, siang atau malam). Ini
sebetulnya memanfaatkan “waktu luang” yang ada agar optimal penggunaannya bagi
kedua belah pihak.

    Perlu diingat bahwa memimpin para manajer adalah berbeda dengan
memperlakukan buruh pabrik. Perlu diandaikan bahwa mereka telah matang secara
mental dan intelektual. Maka pendekatannya bukanlah dengan mendikte bagaimana
caranya, melainkan sampaikan objektifnya dan diskusikan dengan mereka bagaimana
Anda bisa membantu mereka mencapai objektif itu.

    “Dialog is a necessary evil” kata Fred Zimmermann. Melakukan proses dialog
memang akan makan waktu dan sering terasa seolah bertele-tele. Namun jangan
lupa, bahwa terhadap orang berlaku prinsip: slow is fast, and fast is slow
(Stephen Covey, The 7 Habits of Highly Effective People). Bersabarlah pada
awalnya, karena begitu tim Anda paham dan menghayati pesan nilai dan strategi
perusahaan, mereka akan bergerak cepat dan bersemangat. Kalau terburu-buru
diawal dan memperlakukan anggota tim seperti robot, maka Anda telah melukai
perasaan (emosi) mereka. Padahal daya gerak organisasi terbesar adalah pada
energi emosional (perasaan semangat, merasa terinspirasi, merasa penting dan
dihargai). Jelaskan dengan logis dan rasional agar tim Anda mengerti, namun
sentuhlah hatinya agar mereka mau bergerak untuk melakukanya dengan penuh
semangat dan tulus.

================= ======

(artikel ini telah dikontribusikan oleh Kontributor ke Majalah PERDUKI. Segala hal yang menyangkut sengketa atas Hak  atas Kekayaan Intelektual, menjadi tanggung jawab Kontributor)
Kamis, 15 Desember, 2011 20:23

MARI BERHITUNG (TANPA JEBAKAN!!)

 INPUT:

1.  Hadi Poernomo

Saya dapat soal dari teman, katanya soal ujian kelas 2 SD di China. Kalau dilihat mudah tapi kalau gak hati² bisa salah dan sedikit bikin penasaran.

Soalnya begini:

Ada anak muda beli barang di toko A, harga barang $21, kasih uang $100, gak ada uang kecil, tukar uang di toko B. Lalu kembaliin ke pembeli. Berapa saat kemudian toko B balik ke toko A bilang uang $100 tadi palsu, toko A terpaksa menggantikan uang $100 ke toko B, jadi berapa kerugian toko A kalau modal barang itu $18.

Saya  bingung juga ... Makanya saya share dengan para pakar the manager yang suka berhitung.
Hadi Poernomo
Rabu, 14 Desember, 2011 08:25
========= ============
DISKUSI:

BERSAMBUNG

FINE DAY 14.12.2011 : "ARE U FINE?"

Oleh:  Freddy Pieloor

Dear Sahabatku yang baik,


Selamat pagi dan salam sejahtera,


Sungguh merupakan sebuah berkah, saya bisa menyapa Anda kembali pada pagi hari ini, dalam momen:
FINE DAY 14.12.2011.

Kali ini saya ingin sharing dengan tema:

"ARE U FINE?"

Apa yang akan Anda jawab, ketika ada sahabat atau kerabat bertanya:
"ARE U FINE?"

Besar kemungkinan Anda akan menjawab: "Baik-baik saja, terima kasih!" Atau "Ok" atau "Begitulah" atau "Dahsyat" atau "Crazy" atau Anda punya sebuah "....." (Pemikiran kata terbaik atas kondisi Anda terkini).

"ARE U FINE?"

Sayapun sering menjawab: "Baik, terima kasih. Semoga Anda dan keluarga sehat dan sejahtera selalu!"

Mengapa Anda dan saya seringkali menjawab dengan kata atau ungkapan rata-rata?
Apakah ini sebuah "kesopanan" atau "budaya"?

Namun ini jauh lebih baik, daripada dengan jawaban: "Payah" atau "Kacau" atau "keluhan-keluhan lainnya".

Berapa banyak keluhan dan "umpatan" yang Anda dengar dari sekeliling Anda?
Apa yang Anda rasakan saat mendengar "berita keluhan" tersebut?

Saya percaya, "berita keluhan" tsb walau sedikit akan mempengaruhi hati dan suasana hari Anda.

-----

Salah satu "keluhan" yang sering Anda lontarkan atau Anda dengarkan, adalah keluhan tentang keuangan.

Berapa kali sehari Anda mendengar "keluhan" bathin Anda berkumandang?

Saya percaya besar kemungkinan lebih dari 3 kali sehari.

Mengapa Anda mendengungkan "keluhan keuangan"?
Tentu Anda memiliki alasan.
Mungkin Anda cemas dengan keadaan keuangan Anda sekarang?!
Bisa saja karena sang debt collector sedang menuju rumah Anda?!
Atau Anda khawatir tentang masa depan Anda dan anak-anak Anda?!
Atau pasangan Anda tidak bisa menerima keadaan yang berkekurangan terus menerus yang terjadi dalan keluarga Anda?!
Dan banyak sebab dan alasan untuk "mengeluh"

Namun apakah "mengeluh" saja cukup dan akan memberikan solusi?

TENTU TIDAK!!!!!

-----

Mengapa sekarang lebih banyak orang mengeluh dan stress akibat kondisi keuangan mereka?

ARE U FINE?

Saya percaya, lebih banyak orang saat ini "I AM NOT FINE!"

-----

Saya mendengar juga sebuah keluhan seorang pembeli BB yang antri tgl. 25 November 2011 di Pacific Place.

Ia mengeluh tagihan kartu kreditnya tidak bisa dibayar, karena menggunung dan terpaksa BB yang baru dibelinya dijual kembali.


-----

Apakah ada "obat penawar" yang ampuh dan sakti atas "keluhan keuangan"?

Pasti ada, karena semua "permasalahan" atau "penyakit" ada penawarnya.

-----

Penawarnya berada dan berdiam dalam kepala Anda dan saya.

Semua "permasalahan berasal" dan "penawarnya" ada di pikiran Anda dan saya.

Namun banyak orang yang belum paham "memakai otaknya" dengan benar.

Ternyata "memakai otak" ada ilmunya dan perlu dipelajari.

-----

Bila Anda dan saya mampu "memakai pikiran" dengan benar, mengendalikan dan memanfaatkannya untuk tujuan positip, maka niscaya kehidupan kita akan selamat, damai, sejahtera dan bahagia.

-----

Memakai uangpun (pendapatan) juga memerlukan pikiran yang benar, agar hidup ini memberikan berbagai keindahan dan kesenangan dalam berbagi.

"Lho kok, make uang aja mesti pakai otak?
Mengapa?" Mungkin cukup banyak orang yang akan bertanya demikian.

Jawabannya: "Karena semua orang ingin sejahtera pada saat tua, namun hanya sedikit yang mencapainya!"


Saya ingin dan berharap, Anda dan saya mencapai hidup yang damai dan sejahtera, sekarang dan saat nanti.

Semoga bermanfaat!


Salam Mapara,
Freddy Pieloor
Selasa, 13 Desember, 2011 18:34

Senjakala Berhala-berhala

Oleh: Andre Vincent Wenas,MM,MBA.
(twitter: @andrewenas)


“At other times another means of recovery which is even more to my taste, is to
cross-examine idols. There are more idols than realities in the world: this
constitutes my 'evil eye' for this world: it is also my 'evil ear'. To put
questions in this quarter with a hammer, and to hear perchance that well-known
hollow sound which tells of blown-out-frogs...” - Friedrich Wilhelm Nietzsche,
Twilight Of The Idols, Turin, 30 September 1888.

***

    Cara lain buat sembuh yang lebih cocok dengan seleraku adalah melakukan
uji-silang (cross-examine, mendiagnosa) berhala-berhala (idola-idola). Di dunia
ini ada lebih banyak berhala (idola, citra) daripada realitas: itulah yang saya
pelajari dari mata usilku terhadap dunia, pun pula dari telinga ku yang juga
nakal. Di dunia ini pula kutanyai dengan pukulan-pukulan palu (seperti palu
oskultasi dokter atau martil penyetem piano) dan siapa tahu bisa kudengar
‘suara-kembung’ yang terkenal itu, yang ternyata menunjukkan kenyataan yang cuma
seperti katak menggelembungkan dirinya sendiri (supaya ditakuti oleh ular yang
mau memangsanya).

    Perekonomian Indonesia sedang “Buble”? begitu pertanyaan Chief Economist
Danareksa Research Insitute, Purbaya Yudhi Sadewa (Kompas, 19 April 2010).
Kesimpulan beliau bernada optimis, bahwa pertumbuhan yang dicerminkan lewat IHSG
yang sempat menembus angka 2.900 ini memang berbasis perbaikan fundamental
ekonomi (internasional maupun domestik). Sektor riil internasional yang
terindikasikan lewat penciptaan lapangan kerja di AS (sampai Maret lalu telah
menyerap 162.000 orang) merupakan angka tertinggi dalam tiga tahun terakhir.
Ekspor Indonesia naik 59% dari $7,28 miliar pada Januari 2009 jadi $11,57 miliar
di Januari 2010. Kinerja ekspor bulan Februari 2010 juga sangat menjanjikan,
naik 57% dari $7,13 miliar jadi $11,53 miliar. Berita baiknya, sebagian besar
ekspor Indonesia berangkat dari sektor industri pengolahan (manufaktur), jadi
dari sektor riil.

    Indikasi fundamental lainnya seperti pertanian (termasuk peternakan,
kehutanan, dan perikanan) tumbuh 4,1%, pengolahan (manufaktur) tumbuh 2,1%., dan
perdagangan (termasuk hotel dan restoran) tumbuh 1,1%.  Pertumbuhan sektor
perdagangan rendah lantaran terpuruknya perekonomian global tahun 2009 yang
telah melesukan kegiatan perdagangan dunia dengan cukup signifikan. Ketiga
sektor di atas  menjadi imperatif bagi fundamental perekonomian lantaran
ketiganya menyerap hampir 73% pangsa tenaga kerja di Indonesia (pertanian 39,7%,
perdagangan  20,9% dan pengolahan 12,2%). Namun terlepas dari optimisme ini,
pertanyaan di atas tetap perlu terus didengungkan, apakah perekonomian Indonesia
sedang ‘buble’?

***

    Goldman Sach dituding merugikan investornya sekitar $1 miliar. Gara-gara
CDO (collateralized debt obligation) atau surat utang berjaminan kumpulan surat
utang lain yang memang ‘dikehendaki’ untuk gagal sehingga didesain sedemikian
rupa (rumitnya…sehingga terlihat canggih dan …saintifik) sampai nampak
logis-rasional di mata investornya. Kelicikan ini disinyalir Harian Kontan (19
April 2010) boleh jadi merupakan biang kegagalan produk derivatif utang lain.
Menyitir Robert Khuzami, Enforcement Director SEC yang mengakui bahwa produk CDO
ini memang baru dan kompleks,  “Namun akal-akalan dan konflik kepentingan yang
ada di dalamnya sebenarnya kuno dan sederhana.”

    Inti soalnya memang sederhana,  Goldman Sach melansir produk ABACUS yang
termasuk kategori CDO karena underlying-asset-nya kredit berbau subprime.
Konflik kepentingannya adalah: Fabrice Tourre, vice president Goldman Sach sang
perancang produk mengundang Paulson & Co jadi advisor untuk memilihkan
asset-aset yang bakal jadi portfolio ABACUS. Padahal Paulson punya posisi
berlawanan dengan CDO itu, dan bahkan memprediksi harga asset berbasis subprime
itu akan jatuh. Sehingga Paulson malah memasang posisi short (jual) di CDO
tersebut. Sederhananya, Paulson ‘melawan’ produk di mana ia terlibat dalam
pembuatannya.

    SEC (security exchange commission) memperkirakan, dari aksi curang ini,
Paulson & Co meraup untung $1 milyar, persis dengan jumlah kerugian para
investor Goldman Sach. Dosa ganda Goldman Sach adalah: mengadali investornya
(ada konspirasi-curang atau kolusi di belakangnya), dan tidak jujur dalam
memasarkan produknya (penipuan).

***

    Di penghujung abad ke-19 Nietzsche, seorang pemikir yang sangat kritis dan
sangat berani, telah menawarkan suatu cara berpikir (dan sekaligus bertindak)
agar tidak berhenti pada gejala permukaan, suatu genealogi-nitzschean. Seperti
dipaparkan A. Setyo Wibowo (Friedrich Nietzsche,1844-1900: Guru Pencuriga Dengan
Metode Genealoginya, Januari 2010), genealogi-nitzschean ini memang bermaksud
bukan cuma mencari asal-usul historis sebuah nosi/konsep/teori/kekuasaan namun
juga sebuah “letak” di mana apa-apa yang ideal dan teoritis diproduksi,
membentuk dirinya dan membenarkan dirinya. “Genealogi bermain dalam tegangan
antara ‘permukaan’ (ideal-ideal) dan ‘kedalaman’ (yang tidak tampak, namun
menentukan permainan permukaan yang menampak). Analisis ini akan menunjukkan
bahwa sebuah permukaan (misalnya saja bernama ‘moral’) tidak pernah secara
eksplisit mengatakan sepenuhnya apa yang mau ia katakan. Genealogi-nitzschean
berusaha menunjukkan bahwa di balik ‘penampakan’ yang secara naif kita saksikan,
ada sesuatu yang lain yang bekerja yang kadang justru tidak koheren dengan
‘penampakan’ yang terungkap.”

***

    Hidup di tengah budaya yang menyanjung berhala-berhala (idola, citra,
tanda) memang jadi dangkal, akibatnya gamang dan mudah terombang-ambing
kepalsuan. Kita perlu latihan untuk membaca realitas, apa adanya. Untuk itu
memang perlu gigi yang kokoh dan perut yang kuat. Dengan mau mengunyah dan
mencerna realitas (yang kerap sangat alot) sedemikian, membuat kita bisa semakin
mengerti diri kita sendiri yang otentik. Senjakala berhala-berhala adalah
terbenamnya kepalsuan dan terbitnya otentisitas.

--------------------------------------------------
(artikel ini telah dikontribusikan oleh Kontributor ke Majalah MARKETING. Segala hal yang menyangkut sengketa atas Hak  atas Kekayaan Intelektual, menjadi tanggung jawab Kontributor)
Selasa, 13 Desember, 2011 01:38

Rabu, 28 Desember 2011

Anak Dari Surga, Sebuah Catatan Perjalanan

Oleh:  Rky Refrinal Patiradjawane
Hari ini, selasa tanggal delapan, bulan juni tahun 2010
Ini adalah sebuah catatan kejadian yang menjadi catatan perjalanan hidup saya dan sangat bermakna. Kejadian ini terjadi tiga bulan lalu ketika kunjungan kerja ke Kota Makassar.
Selayaknya manager sebuah perusahaan konsultan swasta maka saya selalu kebagian tiket ekonomi armada Garuda Indonesia yang sangat terkenal dengan keramahan layanan dan satu-satunya maskapai yang sangat humanis, memperlakukan penumpang layaknya pelanggan bukan penumpang.
Sebagaimana penumpang kpada umumnya maka saya termasuk yang mengincar tempat duduk deket jendela karena keinginan tak pernah bosan menikmati indahnya pulau, laut, danau, gunung dan awan, sembari menghubungkannya dengan teori-teori perkuliahan tentang mekanika dan mekanisme pembentukan awan, petir dan halilintar. itulah perilaku saya sepanjang hayat kehidupan perjalan di pesawat pergi pulang selalu berjuang duduk di dekat jendela.
Tanpa saya sadari sesaat sebelum keberangkatan pesawat, tiba-tiba tanpa saya sadari ada seorang Ibu yang terisak dan mencucurkan air mata tanpa henti, tak henti-hentinya telepon genggamnya berbunyi berdering-dering hingga ada permintaan lembut sang pramugari yang meminta kesediaan sang ibu untuk mematikan telepon tersebut karena dapat mengganggu navigasi pesawat dan Alhamdulillah beliau menurut.
Di barisan bangku itu hanya kami berdua dan saya rasakan kesedihannya yang teramat dalam, yang telah mengoyak perasaan dan naluri keibuannya, dan sebagai orang yang bersebelahan tentunya saya agak terpukau tanpa bisa berbuat banyak.
Hampir empat puluh menit perjalanan kala tangisnya terhenti saya beranikan bertanya pada Ibu muda berusia paling banyak tiga puluh lima tahun itu tentang kesedihan yang dialaminya, dan tanpa sempat mengujarkan tanya, entah mungkin beliau sadar akan tatapan, maka keluarlah tuturannya yang mengalir diantara air mata dan tangis yang beriring. tanpa sadar saya genggam tanggannya seraya berharap ada kekuatan menopang yang mengalir dalam tubuhnya yang seakan rapuh.
Beliau bercerita tentang anak satu-satunya yang saat ini kuliah di salah satu universitas di makassar yang kini sedang berada dalam perawatan intensif di salah satu rumah sakit karena sakit yang mendera dan sakitnya bukan sakit sembarang penyakit, Leukimia!
Sang anak laki-laki itu berumur 18 tahun hasil perkawinannya dengan seorang laki-laki berkebangsaan Italia yang dikemudian hari meninggal karena kecelakaan helikopter di malaysia, sejak itu dia memutuskan untuk menjadi Ibu sekaligus ayah untuk anaknya, dan tetap bekerja sebagai salah satu manager di sebuah bank asing di Jakarta.
Mungkin karena tau tentang kesedihan Ibu dan beban yang ditanggung, sejak SD, sebutlah namanya Aditia Putra Pratama tidak pernah menyusahkan sang Ibu, segala sesuatunya dilakukan secara sendiri dan mandiri dan sepanjang waktu dia selalu meyakinkan Ibunya agar jangan khawatirkan dirinya. Dang putra selalu berusaha menyenangkan hati sang Ibu, tak pernah terlihat gagal, tak pernah berteriak dan tak pernah membuat sang Ibu sedih. Prestasinya yang paling diingat sang inu adalah sang putra selalu meenjadi juara kelas dan lulusan terbaik disekolahnya dari SD hingga SMA, dan bercita-cita ingin menjadi orang yang mandiri dan membanggakan sang Ibu, karena itulah cita-citanya yang tertinggi.
Ketika sang anak memutuskan untuk kuliah di Makassar inilah hal terberat bagi sang Ibu, berpisah dari sang putra yang selama ini menjadi pelipur lara dan penguat hidupnya, namun karena keyakinan dan masa depan beliau ikhlaskan segalanya, dans ejak itu mereka selalu berkomunikasi via email, sms, dan chatting. Aditia selalu menyapa Ibunya pagi hari, menanyakan apakah sudah makan atau belum dan selalu meyakinkan Ibunya agar jangan pernah khawatirkan dia, karena jaminan selama ini adalah Aditia tidak pernah mengecewakan Ibunya.
Setahun berselang tiba-tiba sang Ibu beroleh khabar bahwa anaknya terbaring dirumah sakit karena Leukimia, dan inilah yang mengancurkan perasaannya. dan ternyata gejala leukimia ini telah terasa sejak kelas II SMA namun dirahasiakan sang anak serapat mungkin dan tak ingin Ibunya tau, dan ternyata keputusan untuk kuliah ke Makasar hanyalah salah satu alasan agar sang Ibu tidak melihat penderitaan sang anak yang kian hari kian parah dan menuju stadium akhir.
Saya dengan segala keterbatasan hanya bisa menyarankan sang Ibu agar kuat, dan saya sampaikan bahwa Aditia anak yang mulia dan menjadi anugerah terindah bagi sang Ibu juga umat lainnya dan saya berusaha meyakinkan sang ibu bahwa kalaupun terjadi sesuatu maka itu yang terbaik bagi Allah untuk keluarga ini, kelak di surga lah tempat mereka kembali berkumpul.
Ketika berpisah di Bandara Hasanuddin, kami sempat bertukar kartu nama dan saya meminta sang Ibu memberi khabar dan saya akan selalu menjadi pendengar yang baik.
Waktu terus berlalu dan karena kesibukan saya hampir tak sempat menanyakan khabar sang Ibu juga sang anak, namun saya selalu berdoa disepanjang waktu kiranya ALLAh memberi keajaiban.
Siang tadi saya membuka email yang karena kesibukan saya koneksikan ke Blackberry, dan pada hari ini ada email duka yang masuk bahwa pada Hari ini Rabu 24 Maret 2010 telah Berpulang keharibaan Allah Aditia Putra Pratama dlama Usia 18 Tahun.
Dalam ketermangguan dan kemasgulan, tanpa terasa tak kuasa menahan air mata yang terus mengalir, dan terbayang betapa Allah begitu menyayanginya dan memeluknya tenang ke haribanNYA. Begitu banyak makna yang tertangkap dan akan menjadi ingatan tentang sebuah cinta, kasih sayang dan kemuliaan.
Selamat jalan Aditia, Teruslah buat Ibumu terseyum dari langit, temanilah dia dan semarakkan hatinya dan mintalah pada Tuhan agar selalu buat Ibunda selalu kuat dan tegar, dan disurgalah kelak kalian berkumpul.
Dengan sepuluh jari mendekap di dada, saya nyatakan duka cita yang mendalam atas perginya seorang anak yang akan selalu menjadi Inspirasi dalam kehidupan saya, dan semoga juga anda semua..
Barakallah
Senin, 12 Desember, 2011 01:15

Memimpin Dengan Karakter Pribadi

Minggu, 11 Desember, 2011 22:56

Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Catatan Kepala: ”Pemimpin yang handal sanggup menanggalkan kekuatan jabatannya, lalu memimpin dengan mengedepankan karakter pribadinya.”
 
Lucu juga ya kalau mendengar orang yang mengerutu tentang atasannya. Dulu saya sering mendengarnya di toilet atau di lorong bawah tangga tempat orang-orang merokok. Sekarang, kita bisa menyimaknya lewat facebook, twitter, atau milist. Nyata sekali jika banyak orang yang dihargai hanya karena mereka memiliki posisi lebih tinggi. Jika Anda mempunyai posisi tinggi, maka perlulah juga untuk bertanya pada diri sendiri; apakah orang-orang yang Anda pimpin benar-benar menghargai ‘diri Anda’ atau ‘posisi Anda’?  Apakah itu penting? Kalau bagi saya itu penting. Bagi Anda? Silakan tentukan sendiri.
 
Alhamdulillah, saya pernah mendapatkan kesempatan untuk berperan sebagai pemimpin dalam beberapa tingkatan. Selain di kantor, juga sebagai Ketua RT. Ternyata, peran yang paling menantang adalah menjalankan amanah sebagai Ketua RT itu. Di kantor, semuanya jelas, dan setiap orang yang saya pimpin memahami makna hirarki. Sebagai pemimpin di kantor saya memiliki kewenangan yang mengikat setiap orang dalam team. Sedangkan sebagai Ketua RT? Boleh dibilang, kita memimpin dengan ‘tangan kosong’. Sekarang saya sudah tidak lagi menjadi Ketua RT. Namun, justru dari pengalaman itulah saya menyadari hal ini; “Kalau Anda ingin belajar tentang kepemimpinan yang sesungguhnya, maka jadilah ketua RT.” Jika Anda bisa sukses menjadi Ketua RT, maka Anda bisa sukses memimpin team Anda di kantor, di lembaga kenegaraan, atau dikomunitas manapun. Mengapa? Karena ketika Anda menjadi Ketua RT, Anda hanya bisa mengandalkan karakter diri Anda sendiri. Jika dengan ‘tangan kosong’ itu saja Anda bisa memimpin dengan baik, maka apalah lagi seandainya Anda punya otoritas dan kewenangan seperti yang didapatkan oleh para pemimpin formal, bukan?  Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar memimpin dengan karakter pribadi, saya ajak memulainya dengan memahami 5 sudut pandang Natural Intelligence berikut ini:
 
1.      Belajar memimpin sebelum menjadi pemimpin. Ini adalah pelajaran yang sangat mendasar sekali. Banyak orang yang merasa dirinya bukan pemimpin hanya gara-gara mereka belum memiliki anak buah. Makanya, kebanyakan anak buah tidak memperlihatkan kemampuannya dalam memimpin. Padahal, justru ketika belum menjadi pemimpin itulah kita harus belajar menjadi pemimpin. Anda harus belajar menerbangkan pesawat sebelum menjadi pilot; bukan sesudahnya. Ini yang sering tidak disadari orang. Makanya, nunggu aja sampai nanti jadi pemimpin. Kalau masa itu datang. Kalau tidak? Seumur hidup bakal jadi follower terus. Kalau ternyata ada ‘nasib mujur’ kita menjadi pemimpin, ya cuma bakal jadi pemimpin yang bingung dan jadi bulan-bulanan bawahan. Sebelum Anda punya anak buah adalah saat yang tepat untuk belajar memimpin. Caranya? Sederhana saja; tampil menjadi pribadi yang penuh inisiatif, berperilaku positif, dan proaktif dalam setiap aktivitas di team Anda. Teman-teman selevel Anda itu adalah ‘media’ bagi Anda untuk belajar memimpin orang lain. Jika dapat tugas dari atasan, pastikan hasil punya Anda lebih cepat, lebih tepat, dan lebih akurat. Jika teman Anda kesulitan, bantu mereka menyelesaikannya. Jika teman Anda tidak kompak bangun kebersamaan diantara mereka. Sekarang, Anda sudah belajar menjadi pemimpin bagi mereka. Padahal, Anda bukan atasannya, kan?
 
2.      Belajar memimpin tanpa otoritas. Saya serius mengatakan ini; belajarlah memimpin tanpa otoritas. Semua terori kepemimpinan yang Anda pelajari mengajarkan bahwa tidak ada kepemimpinan tanpa otoritas. Setidaknya, begitulah system nilai yang kita dapatkan selama ini. Hari ini, saya mengatakan kepada Anda untuk belajar memimpin tanpa otoritas. Mana bisa? Bisa. Percayalah; kita sudah terlalu lama terkungkung oleh paradigm kepemimpinan structural yang formal. Padahal seperti namanya, kempemimpinan formal sering hanya bisa menghasilkan formalitas saja. “Ya.., gue formalitas aja minta tanda tangannya. Dia kan managernya. Yang ngerti seluk beluknya sih bukan dia…” sounds familiar? Atau, ada orang yang menggerutu ketika mendapatkan tugas dari atasannya. Jadi, bagaimana caranya untuk memimpin tanpa otoritas itu? Sederhana juga; Anda ‘mengirimi’ orang-orang yang memiliki otoritas itu dengan ide-ide brilian Anda. Dengan masukan dan gagasan yang berkualitas tinggi. Jika Anda berhasil, maka orang yang punya otoritas itu akan menerima dan menggunakan ide Anda. Lalu apa yang terjadi? Hal-hal yang bisa diwujudkannya adalah ‘apa yang Anda inginkan’. Bukankah prinsip kepemimpinan itu adalah mendapatkan hasil melalui kerja orang lain? Anda, telah mendapatkan hasil melalui kerja orang-orang yang punya otoritas. So, who is the boss then?.
 
3.      Belajar memimpin untuk melayani. Coba perhatikan, betapa banyak pemimpin yang maunya dilayani oleh anak buah. Gak aci! Tapi, yang seperti itu banyak sekali. Menjadi pemimpin itu bukan untuk dilayani, justru untuk melayani orang-orang yang kita pimpin. Amanah yang Anda emban itu adalah untuk menjadi abdi mereka. Apalagi jika Anda adalah pemimpin lembaga Negara? Duh, betapa kedudukan Anda itu diberikan oleh rakyat yang memilih Anda. Nek sampeyan malah lupa diri itu lha keterlaluan toh Rek. Pemimpin di perusahaan juga sama. Jika Anda Manager, maka tugas Anda adalah melayani anak buah Anda supaya mereka bisa menghasilkan kinerja yang sesuai dengan tugas dan fungsinya. Anda berkewajiban melayani mereka untuk belajar dan mengembangkan diri. Anda bertugas untuk melayani mereka memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan begitu banyak hal lagi yang wajib Anda tunaikan. Contohlah para Nabi ketika memimpin umatnya. Mereka melayani loh, bukan dilayani. Mereka menghibur pengikutnya yang sedih. Mengobati yang sakit. Meringankan beban yang berat. Kita, sering keliru memilih idola pemimpin. Sehingga sekarang, kita sering mengira bahwa menjadi pemimpin itu identik dengan mobil mewah, rumah megah, tongkrongan gagah, dan pemasukan melimpah. Hey, ingatlah. Para Nabi mencontohkan kita untuk menjadi pelayan bagi orang-orang yang kita pimpin. Maka jadikanlah mereka sebagai teladan dalam memimpin.
 
4.      Semuanya berlipat untuk para pemimpin. Orang mengatakan bahwa segala hal baik menjadi berlipat-lipat bagi para pemimpin. Gaji, fasilitas, tunjangan, penghargaan. Semuanya berlipat. Wajar. Karena tanggungjawabnya juga semakin besar. Sekalipun tanggungjawabnya semakin besar, namun orang jarang gentar untuk menerima jabatan sebagai pembesar. Bahkan banyak sekali yang mengejar-ngejar. Padahal, tidak hanya hal baik saja lho yang berlipat. Hal buruk pun berlipat. Jika seorang pemimpin melakukan kesalahan, maka nilai pertanggunjawabannya juga lebih besar dibandingkan jika kesalahan itu dilakukan oleh bawahannya. Hal itu wajar juga kan? Sayangnya, inilah justru yang sering tidak kita sadari.  Ketika mengejar suatu jabatan tertentu, benak kita sering sudah terlampau penuh dengan bayangan tentang ‘kenikmatannya’. Enah jadi boss. Ya memang enak. Tapi, mengira bahwa menjadi boss itu bisa seenaknya? Hmmh, berhati-hatilah. Sebab, bagi orang-orang yang mengerti, menjadi pemimpin itu adalah sebuah amanah yang nilai pertanggungjawabannya tidaklah ringan berkali-kali lipat.
 
5.      Luruskan niat dalam memimpin. Tidak ada salahnya kok memiliki impian untuk menjadi pemimpin. Sewaktu bekerja dulu, saya pun sangat berambisi untuk menjadi pemimpin. Bagaimanapun juga, itu adalah indikasi tentang seberapa mampu saya membangun karir. Saya percaya bahwa setiap pribadi wajib menjadi dirinya unggul. Maka menapaki jenjang karir yang tinggi boleh jadi merupakan salah satu cara menunaikan kewajiban itu. Tetapi, eh ada tetapinya. Kita perlu memiliki niat yang lurus saat mengejar dan menjalankan fungsi kepemimpinan itu. Jika niat Anda hanya untuk mengejar uang, maka Anda bakal dikelilingi nafsu untuk mengeruk sebanyak mungkin uang. Padahal, pemimpin itu sangat dekat dengan gudang uang. Berbahaya. Jika niat Anda untuk ‘menunjukkan siapa gua!’, maka Anda akan terjebak kesombongan yang sama seperti ketika dulu Iblis membangkang Adam. Tetapi, jika Anda berniat untuk memberikan kontribusi lebih banyak bagi orang lain. Bagi perusahaan. Bagi masyarakat. Bagi bangsa dan Negara. Maka Anda pun pasti akan mendapatkan kecukupan materi sesuai hak dan tanggungjawab Anda. Insya Allah akan dicukupkan dunia Anda. Namun lebih dari itu; Anda – pasti – memperoleh kecukupan di sisi Tuhan. Tuan dan Nona, siapa lagi yang akan kita temui setelah kita mati selain Sang Pemilik Diri ini? Jika Anda yakin atas hari pertemuan denganNya, maka mari kita luruskan niat dalam mengejar dan menjalankan jabatan kita hanya untuk sesuatu yang disukai olehNya.
 
Guru kehidupan saya mengingatkan bawa hari hisab atau saat perhitungan amal itu akan menjadi hari yang sangat berat. Bagaimana tidak berat. Ketika akan melakukan ujian akhir semester saja kita stressnya minta ampun. Sekarang, kita akan diadili dihadapan Tuhan. Beranikah Anda untuk tidak deg-degan? ”Namun,” begitu kata guru kehidupan saya; ”Ada beberapa jenis orang yang akan dimudahkan prosesnya. Diantara mereka yang sedikit itu adalah para pemimpin yang adil”.  Duh, saya pernah mendapat amanah untuk menjadi pemimpin. Meskipun dalam lingkup yang sangat kecil. Adakah praktek dan perilaku kepemimpinan yang dulu saya tunaikan itu menjadikan ringan masa penghisaban saya? Ataukah justru saya termasuk manusia yang dipersulit dihari pengadilan tertinggi itu karena semasa hidup saya menyalahgunakan amanah ini? Bagaimana dengan Anda? Mari kita benahi cara memimpin kita. Mumpung masih ada kesempatan untuk memperbaikinya. Sekarang.
 
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman 12 Desember 2011

Catatan Kaki:
Orang berebut jabatan Manager, Direktur, Bupati, Gubernur, Menteri, DPR, atau Presiden. Tapi sedikit sekali yang bersedia menjadi Ketua RT.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya. 
Minggu, 11 Desember, 2011 22:56