Minggu, 28 Agustus 2011

Antara Kontribusi, Manfaat, Dan Kompensasi.

Oleh: Dadang Kadarusman

Hore, Hari Baru! Teman-teman.



‘There is no free lunch’. Ngimpi namanya jika kita mengharapkan segala sesuatunya bisa diperoleh secara haratis. Harus ada usaha untuk segala sesuatu yang kita inginkan. Memang, setiap orang mempunyai keinginan yang berbeda-beda. Namun semua orang memiliki keinginan yang sama, yaitu; dibayar setinggi-tingginya. Dalam konteks dunia kerja, kita mengharapkan manfaat dan kompensasi alias gaji yang tinggi. Faktanya, banyak orang yang mengajukan tuntutan yang berlebihan. Atau sebaliknya, banyak perusahaan yang mengabaikan kewajiban untuk memberi imbalan sepadan kepada para karyawan. Padahal, ada nilai-nilai kepantasan yang harus sama-sama kita tegakkan. Karena hubungan kerja dibangun dalam azas kesetaraan.



Sekitar satu kilometer dari tempat tinggal kami ada sebuah toko swalayan kecil yang memiliki fasilitas ATM. Hal itu sangat memudahkan kami dalam banyak hal. Selain kemudahan itu, bagi saya mesin ATM memberi pelajaran berharga tentang apa yang kita miliki didalam diri kita. Selama Anda punya tabungan, maka selama itu pula Anda bisa mengambilnya. Tabungan itu tak ubahnya seperti kemampuan pribadi kita dalam berkontribusi. Selama kita memiliki tabungan itu, maka selama itu pula mesin ATM akan memenuhi permintaan kita. Selama kita bisa berkontribusi, kita bisa mengharapkan sejumlah pendapatan. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar memahami peran kontribusi kepada manfaat dan kompensasi untuk hidup kita sendiri; saya ajak untuk memulainya dengan memahami 5 sudut pandang Natural Intelligence berikut ini:



1. Mesin ATM mau melayani hanya jika kita memiliki tabungan.
Bagi para professional, mesin ATM itu mewakili perusahaan tempatnya bekerja. Bagi saya, ATM itu seperti perusahan-perusahaan yang menjadi klien atau pengguna jasa pelatihan in-house yang saya selenggarakan. Meski agak berbeda tetapi mempunyai fungsi yang sama yaitu; tempat kita ‘mencairkan’ kemampuan dan mengkonversinya menjadi sejumlah penghasilan. Jika di mesin ATM tabungannya berupa uang, maka dalam konteks pekerjaan; tabungannya adalah ‘kontribusi’ melalui pekerjaan yang kita lakukan. Anda harus mempunyai tabungan untuk bisa mendapatkan manfaat dari mesin ATM. Anda juga harus memberikan kontribusi agar bisa memperoleh sejumlah manfaat dari perusahaan. Semakin banyak tabungan Anda, semakin besar dukungan kesediaan ATM untuk melayani Anda. Semakin tinggi kontribusi kepada perusahaan, semakin besar juga manfaat yang bisa Anda dapatkan. Jadi, jika Anda ingin mendapatkan manfaat yang sebanyak-banyaknya dari perusahaan tempat Anda bekerja, maka Anda harus memastikan bahwa Anda mampu menabung cukup banyak kontribusi kepada perusahaan.



2. ATM mengeluarkan uang tidak lebih dari jumlah yang kita punya.
Kita tidak akan pernah bisa mengambil uang di ATM melebihi jumlah saldo tabungan yang kita miliki. Jika memaksakan diri, maka itu namanya ‘ngimpi’. Kita juga sering ‘ngimpi’ untuk mendapatkan bayaran yang setinggi-tingginya, sambil berkontribusi alakadarnya. Jika kita ingin digaji tinggi, maka kita juga harus berkontribusi tinggi. “Gaji tinggi dulu dong, barulah kita berkontribusi tinggi!” begitu argument yang sering kita dengar di kantor-kantor. Memangnya di mesin ATM Anda bisa mengambil uang dulu, baru kemudian Anda menabung? Tidak. Dikantor juga sama. Kontribusi tinggi duluan. Setelah itu, barulah kita bisa mengharapkan imbalan yang sepadan. Makanya, mulailah berfokus kepada ‘memperbanyak kontribusi’ kepada perusahaan. Soal tuntutan imbalan secara otomatis mengikutinya kemudian. Semakin besar tabungan kita, semakin banyak uang yang bisa kita ambil di ATM. Semakin tinggi kontribusi kita, maka semakin besar juga manfaat yang bisa kita dapatkan dari perusahaan. Mengapa demikian? Karena tidak ada mesin ATM yang bisa mengeluarkan uang melebihi tabungan yang kita punya.



3. Semakin banyak yang diambil, semakin banyak yang harus ditabungkan.
Sampai kapan Anda bisa mengambil uang di ATM? Sampai uang yang Anda tabungkan tidak tersisa lagi. ATM, menghitung berapa uang yang Anda tabungkan, dan berapa yang sudah Anda ambil kembali. Jika tabungan Anda sudah habis, maka ATM itu tidak mau lagi mengeluarkan uang untuk Anda. Perusahaan tempat kita berkerja dikelola berdasarkan neraca rugi laba. Artinya, setiap rupiah yang dikeluarkannya akan dihitung secara seksama. Termasuk gaji dan manfaat lainnya yang kita terima. Siapa saja yang mampu memberikan kontribusi lebih tinggi dari manfaat dan kompensasi yang didapatkannya mempunyai peluang untuk terus dipekerjakan. Sedangkan mereka yang tidak bisa memberikan ‘nilai lebih’ dari biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan; cepat atau lambat juga pasti akan dikeluarkan. Maka tidak ada cara lain untuk mempertahankan hubungan kerja kita kecuali dengan memberikan kontribusi yang setinggi-tingginya. Sebab jika tidak, orang lain yang berkontribusi lebih tinggi akan mendapatkan kesempatan lebih dulu dari kita. Mengapa? Karena semakin banyak yang kita ambil, semakin banyak juga yang harus kita kontribusikan.



4. Keberadaan mesin ATM tidak mempengaruhi kepemilikan kita.
Beberpa bulan lalu, ATM di toko itu yang digondol pembobol. Anehnya, orang-orang tidak gundah atas hilangnya mesin ATM itu. Mengapa? Karena hal itu tidak mempengaruhi kepemilikian uang kami. Uang direkening milik kita tidak pernah bisa dibobol maling yang menggondol mesin ATM itu. Perusahaan tempat kita bekerja juga tidak ubahnya dengan mesin ATM. Dia merupakan tempat dimana kita bisa ‘mengambil’ hak kita setelah mengabdikan diri dengan segenap kemampuan dan keahlian yang kita miliki. Bagaimana seandainya kita tidak lagi bekerja disana? Mungkin kita tidak pernah merasakan betapa sedihnya orang yang kehilangan pekerjaan. Namun sekedar membayangkan pensiun pun kita masih sering merasa ngeri. Kita suka mengira bahwa tanpa perusahaan yang mempekerjakan kita ini, maka kita kehilangan banyak hal dalam diri kita. Padahal, ‘apa yang kita miliki didalam diri kita’ tidak bisa direnggut oleh siapapun. Perusahaan mungkin bisa mengambil pekerjaan kita. Tetapi tidak keahlian, pengalaman, dan keterampilan kerja kita. Maka dari itu, jika suatu saat kita harus kehilangan pekerjaan kita; berbesar hatilah. Dan terus berjuanglah untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian yang kita miliki.



5. Tabungan yang bunganya berlipat-lipat.
Entah disadari atau tidak, tabungan kita diganjar dengan tambahan bunga bank. Namun, bunga tabungan itu terlalu kecil sehingga kita tidak merasakan manfaat yang bermakna. Makanya, kita sering menggunakan bank dan mesin ATM hanya untuk sekedar menitipkan untuk sementara. Cukup ‘terima-kasih’ saja. Setiap kali kita ‘terima’ dihari gajian, kita langsung ‘kasih’ ke berbagai macam rekening tagihan. Kita tidak tertarik untuk menyimpan uang itu berlama-lama di bank. Bagaimana jika ada bank yang memberi bunga berlipat-lipat dari tabungan yang kita simpan? Dua kali lipat. Sepuluh kali lipat. Bahkan tujuh ratus kali lipat. Bersediakah Anda menabung lebih lama? Anda mau sih, tapi ragu jika ada bank yang seperti itu. Iya kan? Ada. Namun bank itu bukan tempat penyimpanan uang, melainkan tempat tersimpannya segala amal perbuatan. Guru kehidupan saya mengajarkan bahwa setiap kebaikan yang kita lakukan itu laksana sebutir benih yang tumbuh menjadi sepuluh tangkai. Sedangkan dalam setiap tangkai itu, terdapat tujuh puluh buahnya. Maka setiap kebaikan kita diganjar dengan bunga dan buah sebanyak 700 kali lipatnya. Sekarang, sudah ada ‘bank’ yang memberi bunga berkali-kali lipat itu. Dia tidak hanya menerima tabungan dalam bentuk uang. Tetapi juga menerima ilmu yang Anda tebarkan. Menyambut perilaku baik yang Anda lakukan. Membukukan setiap tindakan terpuji yang Anda kontribusikan. Maukah Anda menabung kebaikan di ‘bank’ itu?



Pendapatan yang kita peroleh berbanding lurus dengan kontribusi yang kita berikan. Tetapi, kadang-kadang pendapatan itu tidak kita terima dalam bentuk uang yang bisa kita ambil di ATM; melainkan berupa tabungan yang disimpan di bank yang memberikan bunga hingga 700 kali lipat. Maka jika Anda telah berkontribusi tinggi, namun jumlah uang yang Anda bawa pulang tetap tidak melimpah ruah juga; ikhlaskanlah. Karena kadar keikhlasan kita dalam berkontribusi sangat menentukan berapa kali lipat imbalan yang bisa kita dapatkan untuk bekal di kehidupan akhirat kelak. Selama kita ikhlas, kita juga tidak akan pernah dihinggapi oleh rasa kesal, kecewa, atau penghujatan karena merasa telah diperlakukan secara tidak adil. Dengan keikhlasan itu, kita menambah jumlah tabungan yang bisa dibawa ketika tiba saatnya untuk ‘pulang’.



Mari Berbagi Semangat!

Dadang Kadarusman - 29 Juli 2011

Master Trainer & Natural Intelligence Inventor


Catatan Kaki:

Jauh-jauhlah dari niatan untuk membatasi kontribusi Anda. Karena selain menodai keikhlasan, juga menyebabkan diri Anda terpenjara dalam tahanan kekerdilan pikiran.



Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain.

Kamis, 28 Juli, 2011 21:37

Tidak ada komentar:

Posting Komentar