Jumat, 19 Agustus 2011

Cangkir-cangkir Kehidupan

Oleh:  Ietje Sri Umiyati Guntur

Dear Allz....
Apa kabaaaarrr , teman dan sahabatku semua ??? Hmhh...menjelang akhir pekan niiih...semoga semua sehat-sehat dan ceria yaaa...Saya sendiri, alhamdulillah juga sehat-sehat dan ceria...Maklum...kalau sudah manggung sejenak, rasanya energi naik lagi...Begitulah...Kalau sebagian orang mengalami demam panggung karena naik ke panggung, sebaliknya saya mengalami demam panggung kalau tidak naik ke panggung...hihiiiii....narsis abis deechh...

Beberapa hari meninggalkan Jakarta, ya demi memuaskan hasrat manggung itu, saya jadi kangen dengan suasana ibukota yang nyaris tidak pernah tidak macet. Nyaris tidak pernah tidak heboh. Memang bagi sebagian orang menyebalkan dan membuat stres...tapi bagi sebagian orang lain justru stres ini diperlukan untuk meraih sukses...hehe...

Banyak hal yang bisa dinikmati di tengah kemacetan...banyak hal pula bisa direnungkann di tengah keheningan. Seperti saya saat ini, ketika dengan tenang dapat menikmati aliran sungai Batanghari yang mengalir pelan sambil menikmati secangkir kopi Jambi....accchhh...

Mumpung saya sedang menikmati secangkir kopi...mumpung inspirasi sedang mengalir tenang...saya jadi ingin berbagi cerita tentang cangkir. Mau khaaann...???

Oke deeeh....menjelang akhir pekan ini saya kirimkan Cangkir-cangkir Kehidupan untuk teman dan sahabatku di mana pun berada....Semoga berkenan...

Jambi, 21 Juli 2011

Salam sayang,

Ietje S. Guntur
-      Dari tepian  Sungai Batanghari....



♥♥♥



CANGKIR-CANGKIR KEHIDUPAN...

Hari Jum’at.  Akhir pekan. Hari macet luar biasaaaaaa....di Jakarta. Hehe...malahan kalau tidak macet, orang-orang akan bertanya ,” Ada apa nih ? Kok lancar ? Kok nggak macet ?”...halaaah...

Ini dia niiiih...kebiasaan yang terjadi di lingkungan, akhirnya dianggap sebagai suatu kelaziman. Kemacetan adalah suatu kebiasaan yang diterima dengan ‘tangan terbuka’, walaupun dalam hati mengomel juga...hehe... Kemacetan diterima dengan keterpaksaan, tetapi akhirnya dianggap sebagai suatu nilai tambah. Tambah kesal, tambah repot...dan ujung-ujungnya....tambah sabaaar...Semogaaaa....

Eeeh, kenapa saya jadi cerita tentang macet, ya ? Uuuuhh...jadi curcol niiih...curhat colongan...mencurahkan isi hati...Abiiiiis...dari tadi sudah terjebak macet, dan berkubang di antara kendaraan-kendaraan yang sama-sama tekun dalam barisan yang berderet panjang. Dan akhirnyaa...saya pun memutuskan untuk berhenti. Mampir di sebuah pusat perbelanjaan, yang ada warung  kopinya...eheeemm... Untung tadi sempat mengirim SMS kepada seorang sahabat yang juga terjebak macet di jalan. Jadi saat ini kami pun sama-sama memilih untuk berhenti sejenak, sambil meluruskan kaki.

Duduk di warung kopi, yang nama kerennya sekarang adalah kafe, membuat saya merasa nyaman dan sejenak melupakan detik-detik kemacetan yang tadi saya alami. Konon katanya, secangkir teh atau kopi bisa menggelontor emosi yang tadi agak meluap. Jadi deeeh...sebagai penggemar dan penikmat kopi, saya memilih secangkir kopi panaaaass....dengan aroma hazelnut yang haruuum...Sebetulnya sih lebih asyik minum kopi tubruk ala warung  kopi kampung...tapi untuk menghibur hati dan sosialisasi, secangkir kopi hazelnut cukup oke jugalah...

Sambil memegang kuping cangkir yang lebar, saya menghirup aroma kopi yang menyeruak dari permukaan cangkir....hmmh....membuang emosi negatif yang tadi sempat bercokol di sudut hati. Aaccch...sedapnya....


Di lain kesempatan. Saya sedang menikmati hari libur di rumah. Tidak ada yang lebih nikmat daripada duduk selonjor di depan pintu...* yang katanya pantang, tapi kok enak dilanggar, ya *..Dan sebagai teman...secangkir teh manis panas beserta cemilannya merupakan hidangan yang paling nikmat sedunia...hehe...

Begitulah...ritual pagi itu saya lakukan sambil menikmati cuaca pagi yang segar. Saya memegang cangkir teh yang berisi teh seduhan dengan aromanya yang asli...rasa pegunungan...woow...Ini adalah cangkir mug kesayangan saya. Terbuat dari keramik dengan bibir cangkir yang tebal, membuat saya dapat menyeruput teh panas dengan aman dan nyaman. Sungguh nikmat, menghirup aroma dan membiarkan lidah saya menari-nari...


Ngomong-ngomong soal cangkir, peranti saji untuk minuman. Saya punya beberapa jenis cangkir dan mug dengan fungsi penggunaan yang berbeda-beda. Ada cangkir khusus untuk minum teh panas, ada cangkir untuk minum jamu...* haaa...saya masih doyan jejamuan asli Indonesia...*, ada cangkir khusus untuk minum kopi...dan...hmhh...ada cangkir khusus untuk minum sekoteng hangat dan satu lagi cangkir bermulut lebar untuk minum es campur dingin...* ya, iyalah...es campur mesti dingin...hihiiii...*.

Hmmh...pasti teman dan sahabat akan berpikir, kok saya ini ribet banget ya dengan urusan cangkir. Kenapa tidak satu cangkir untuk semua ?

Ohooooo....jangan salah. Justru setiap cangkir itu dibuat dan didesain berbeda-beda karena fungsinya berbeda-beda. Ada cangkir yang terbuat dari beling atau keramik yang tipis, agar minuman di dalamnya cepat dingin dan mudah diminum. Ada cangkir yang terbuat dari keramik tebal dan bibir yang lebar dan tebal. Ada cangkir alumunium yang anti pecah, sehingga aman untuk dibawa bepergian, buat camping atau untuk minum minuman yang dingin.

Model dan corak cangkir juga beraneka rupa. Lihat saja. Ada cangkir yang permukaan mulutnya bergelombang, dan dinding cangkirnya berbunga-bunga indah. Ada juga cangkir keramik dengan desain dan corak ala Eropa yang elegan, kadang-kadang diberi garis pembatas berwarna keemasan, sehingga tampak mewah dan mahal.  Biasanya cangkir-cangkir seperti itu juga dipergunakan dalam perjamuan khusus untuk menyambut tamu istimewa. Uniknya, cangkir dengan bentuk yang mewah dan corak yang indah terkadang menjadi status simbol dan status sosial juga. Bahkan karena sayang dipergunakan dalam perjamuan sehari-hari, cangkir-cangkir indah ini hanya menjadi penghuni lemari pajangan, dan cukup dipandang dengan penuh kekaguman.

Memang, seperti kata pepatah : Lain padang, lain belalangnya. Lain lubuk, lain ikannya. Jadi untuk cangkir juga ada pepatah : Lain bentuk, lain fungsinya...hehehe...

Saya jadi ingat, jaman saya SD dulu, saya dan adik-adik punya cangkir terbuat dari bahan kaleng atau metal yang berwarna-warni. Semula, cangkir kaleng itu hanya terbuat dari alumunium polos berwarna putih berwarna mirip kaleng. Belakangan, ada cangkir kaleng dengan warna warni beraneka rupa. Dan kami masing-masing mendapat satu buah cangkir untuk aneka keperluan. Terutama untuk minum air pada saat makan. Maklum namanya anak-anak...kadang gelas beling biasa mudah pecah. Jadi agar tidak sering membeli gelas, dan demi keamanan, maka ibu saya membelikan cangkir dengan cat melamin yang merupakan milik pribadi masing-masing anak.

Cangkir yang dilengkapi tutup rapat ini selalu kami pergunakan untuk minum segala keperluan. Saking cintanya kepada sang cangkir, akhirnya kami merasa bahwa itu merupakan identitas diri. Kemana pun pergi, cangkir itu harus dibawa....hehehe...mirip dengan harta karun tak ternilai. Selain minum teh , air putih, atau es campur, cangkir yang fungsinya mirip cangkir keramat itu juga menjadi tempat menyimpan minuman kegemaran. Adik saya yang doyan minum coklat susu, akan menyimpan minumannya di dalam cangkir dan ditempatkan di lemari es, sehingga menjadi es krim coklat susu yang sedap...mirip dengan es krim betulan dari toko...hmh..


Kembali ke cangkir keramik di tangan yang masih menebarkan aroma kopi, saya merenung.

Kita barangkali pernah minum dari sebuah cangkir atau mug. Kita barangkali pernah memiliki sebuah atau dua buah cangkir atau lebih.

Apa fungsi cangkir itu bagi diri kita ? Cangkir memang hanyalah sebuah wadah. Tetapi bentuk, bahan, dan warnanya bisa menunjukkan siapa diri kita. Bukan  hanya itu, isi cangkir juga dapat menentukan selera dan siapa kita. Bahkan demi isi cangkir, entah teh, kopi, es campur, jamu, atau sekedar air putih biasa kita rela pergi ke berbagai tempat. Mencari dan memuaskan keinginan untuk memenuhi cangkir kita.

Seandainya....seandainya hidup kita seperti sebuah cangkir atau mug. Kita ingin menjadi cangkir seperti apa ? Cangkir mewah yang hanya tampil sesekali di perjamuan minum, dan setelahnya hanya dipajang di lemari ? Atauuuuu....kita mau menjadi cangkir berbibir tebal yang selalu ada menemani di setiap kesempatan, atau mau menjadi cangkir kaleng berbunga yang dicintai dan selalu dibawa kemana-mana ?

Sama seperti cangkir atau mug...hidup ini adalah pilihan. Kita bisa memilih  menjadi cangkir seperti apa, dan mau mengisinya dengan apa saja. Cangkir kehidupan, kita masing-masing memilikinya, tapi hanya kita yang tahu , apa yang akan diisikan ke dalamnya.

Manfaat dan khasiat merupakan tujuan akhir kehidupan kita. Dan itu bisa kita mulai dengan menentukan cangkir kehidupan kita...

Bagaimana ? Sudahkah kita  memilih cangkir masing-masing dan mengisinya dengan sesuatu yang bermanfaat bagi kita dan lingkungan sekitar kita ???


Jambi, 20 Juli 2011

Salam hangat,

Ietje S. Guntur
Rabu, 20 Juli, 2011 22:53

Tidak ada komentar:

Posting Komentar