Jumat, 19 Agustus 2011

Opini dan Diskusi: "Habis Manis Sepah Dibuang"

1.  GM Agung Nugroho


Semangat malam
Apakah anda pernah mengalami dan mendapat advice seperti ini?
Pada saat kita bergabung diperusahaan baru, teman dekat kita bilang :
"Hati hati, jangang keluarkan semua ilmumu. Nanti kalau sudah stabil performamu, kamu akan ditendang"
Bagaimana pendapat anda?
Terima kasih
Best-regard
GM. Agung Nugroho
Senin, 25 Juli, 2011 08:26

========= ==========

2.  Ahmadi Agung


Bagaimana pendapat anda?....

Pendapat saya adalah,

MAKANYA KITA HARUS MEMPUNYAI PEKERJAAN SENDIRI ( Jadi Pengusaha )
walaupun itu kecil dan walaupun kita masih bekerta di sebuah Perusahaan
orang.

Bangsa Indonesia ini TIDAK BISA MAJU karena selain MENTAL para
Pejabatnya pada GOMBAL seperti dulu hingga saat ini, juga karena
KESALAHAN bangsa Indonesia sendiri, TIDAK PADA MAU BERUSAHA KERAS
menjadi PENGUSAHA, padahal Negara Indonesia ini KAYA RAYA, Jumlah
PENCARI KERJA-nya di bandingkan dng JUMLAH PENGUSAHANYA Masih SANGAT
JAUUUH SEKALI, jumlahnya banyak sebagai PENCARI KERJA.

Salam
Agung AL-Pacitan
Senin, 25 Juli, 2011 20:35
====== ===============

3.  Surjo Sulaksono


Hehehe, dua orang yang 'Agung' saling berkomunikasi. Mas A. Agung, saya setuju kalau jumlah wiraswasta ditingkatkan untuk menampung tenaga kerja yang amat berlimpah ini.
Mas GM Agung N, kalau kita meu menjadi karyawan tetapi sudah berprasangka buruk kepada atasan maupun owner ya nantinya kerja kita tidak optimal. Akibatnya atasan dan owner menilai kinerja kita rendah dan dibayar murah terus menerus.

Dalam pelatihan Leadership, Coaching, atau Train the Trainers saya sering menganalogikan Sindroma Pendekar Tempo Doeloe. Biasanya para pendekar hanya 'menurunkan' 90 persen ilmunya kepada murid atau pengikut agar bila muridnya 'murtad' sang pendekar masih dapat 'menghajar' murid durhaka :) Akibatnya jurus yang dimiliki sang pendekar selalu berkurang 10 persen setiap generasi. Pada generasi ke sekian, mungkin ilmunya tinggal sisa-sisa saja dan tidak berharga sama sekali.

Pada saat saya bekerja saya selalu memberikan yang terbaik, akhirnya atasan mempercayakan saya menjadi leader. Saya menumpahkan semua 'ilmu' dan menularkan antusiasme kepada anggota team /.staf. Tidak ada yang saya sembunyikan. Ada yang berbakat dan melejit melampaui saya, ada yang sekarang sejajar, tapi ada juga yang tidak berkembang. Sampai sekarang saya tidak pernah merasa dicampakkan atasan atau owner, tidak pernah merasa jadi batu pijakan mantan staf atau anggota tim. Saya ikhlas dan merasa untuk itulah saya dibayar sebagai profesional. Do my best and let GOD do the rest ;)


Surjo Sulaksono
Soft Skills Trainer
Senin, 25 Juli, 2011 23:53
=============== ======

4.  GM. Agung Nugroho


LUAR BIASA untuk Pak SURJO L

Hehehe

Seandainya semua insan pekerja mempunyai Mindset seperti Pak SURJO
Tentu negara semakin maju

Salute 2tumbs up

Best-regard
GM. Agung Nugroho
Selasa, 26 Juli, 2011 01:16
========== ===========

5.  Dina

Para the Managers,
Kalau opini saya:
Kadang bukan maksud berprasangka buruk terhadap perusahaan, tapi kalau indikasi-nya terasa jelas, dan sandiwara/skenario yang di 'main'kan terlalu basi hingga dari awal sudah tercium, apakah salah kalau kita juga jaga2?.
Apalagi kalau tiba2 diajak diskusi mengenai hal yang sangat saya kuasai, dan yang mengajak diskusi adalah kolega yang tidak punya ilmu itu.
Wajar lah kalau saya jadi curiga, buat apa diskusi dengan orang yang tidak mengerti apa2??.. bukankah diskusi itu untuk bertukar pikiran dengan sesama yang memiliki ilmu sama, untuk menyelaraskan pendapat??.. Hanya satu kemungkinan: ilmu saya mau diambil. Dan terbukti di kemudian hari.
Memang tidak semua perusahaan seperti itu. Mas Surjo Sulaksono berada di perusahaan dengan staff yang ber-etika dengan standar profesional yang tinggi. Tidak mengambil manfaat dan 'sepah dibuang'.
Menurut saya, "habis manis sepah dibuang" itu hanya dilakukan oleh manusia2 dalam jajaran manajemen yang buruk, tidak ber-etika, tidak profesional, dan memiliki standar moral yang sangat rendah.
Rgrds,
Dina
Selasa, 26 Juli, 2011 01:26
======== ============

6.  Ahmadi Agung

Di kantor say beberapa waktu yg lalu ada karyawan kontrak sebagai pemotong rumput dll...eh ternyata salah satu-nya adalah SH Alumni Universitas GAJAH MADA dan berasal satu kota dng saya Pacitan...
Dan ternyata BUKAN hanya dia saja yg mengantongi S1 sebagai pekerja " KASAR" seperti itu, bahkan ada S1 ekonomi Alumni UI....
Hmmmmmmm....betapa sedihnya saya....walaupun tenaga kontrak yg S1 itu semuanya TIDAK bekerja sampai habis masa kontraknya....
Coba jika mereka-mereka baik yg S1 ataupun yg berijasah di bawahnya bahkan yg TIDAK berijasah sama sekali mempunyai TEKAD besar & usaha keras menjadi pengusaha, saya yakin InsyaALlah PASTI ada yg berhasil....
Salam
Agung AL-Pacitan
Selasa, 26 Juli, 2011 02:01
================ =====

7.  GM. Agung Nugroho

Yth Ibu Dina
Terima kasih untuk feedback yang sangat bagus
Kalau saya tangkap, intinya kita harus tetap "waspada" terhadap manusia yang kurang beretika dan mencuri ilmu kita
Terima kasih
Best-regard
GM. Agung Nugroho
Selasa, 26 Juli, 2011 02:08
ooOoo
Mas Ahmadi Agung
Jadi kuncinya di TEKAD yaTerima-kasih
Best-regard
GM. Agung Nugroho
Selasa, 26 Juli, 2011 02:11
========== ===========

8.  Ahmadi Agung

BENAR…. Selain itu juga ke-BERANI-an, mau bisnis atau buka usaha TIDAK PERLU banyak fikir & hitungan…JALAN saja, nanti InsyaAllah PASTI akan ketemu, namun jangan lupa…UJIAN-nya juga pasti akan muncul, tapi kita HARUS tetap SABAR & terus ber-do’a…

Salam
Agung AL-Pacitan
Selasa, 26 Juli, 2011 02:25
========= ============

9. Rara Marulent

Mbak Dina, masa sich segampang itu menyerap ilmu pengetahuan dari seseorang?! Hanya dengan berdiskusi seorang kolega yang tidak punya ilmu itu, ABRAKADABRA
tiba2 jadi seorang ahli.
Saya jadi ingat percakapan saya dengan seorang lulusan fakultas psikologi sewaktu saya mau lihat semacam panduan untuk psikotest. Dia bilang: itu sama saja memberi tahu semua hal tentang ilmu psikologi. Lalu saya jawab: Jadi untuk apa para sarjana psiklogi itu kuliah menghabiskan waktu sekitar 4 tahun bila ilmunya dapat diperoleh hanya dengan membaca panduan tersebut. Kan lebih mudah cari di toko buku atau searching di internet.
Rara
Selasa, 26 Juli, 2011 03:56
============ =========

10.  Firdaus

Saya setuju...berpikir positif itu penting, tetapi "waspada" juga adalah anugerah yg diberikan oleh Alloh sebagai alarm.
Manusia diberi akal untuk berpikir,terkadang lewat doa,kita pun merasakan firasat dan ilham dariNYA.
Faktanya adalah kita menghadapi kehidupan real,yg menuntut agar mata dan telinga kita selalu terjaga.Karena itulah faktanya. Tugas kita adalah berusaha dan berdoa.
Be smart, Be positive thingking and Be careful
Regard,
Firdaus
Selasa, 26 Juli, 2011 05:01
========== ===========

11.  Surjo Sulaksono:

Hmmm,
Kalau saya masuk ke suatu perusahaan dan 'alarm' saya mengatakan ada yang 'salah' dengan perusahaan ini, maka saya langsung 'cabut'. Saya malah pernah cuma tahan bekerja sehari di perusahaan itu :( Waktu interview manis banget, pas hari pertama kerja diajak ngobrol sama owner, saya langsung kaget karena jauh banget dengan apa yang disampaikan HR Director. Saya lebih percaya apa yang dikatakan owner karena dia yang punya duit dan saya pikir visi saya jauh berbeda dengan visi owner, maka HARI ITU JUGA saya pamit, tidak jadi bergabung. Buat saya, sekali saya sudah mempercayakan karir saya kepada sebuah perusahaan maka saya akan percaya sepenuhnya, memberikan yang terbaik yang saya mampu. Ketika sudah tidak ada trust dan saya merasa 'sulit' untuk menampilkan kinerja terbaik, dan setelah berdiskusi dengan atasan pun tidak ada titik temu saya akan quit. asap. Baik buat perusahaan (tdk perlu membayar orang yang tidak perform) dan baik buat saya (tidak banyak buang waktu dengan bekerja asal-asalan)
Segitu dulu ya, mau siaran nih bentar lagi, jam 19.00 sd 20.00. Mau ikutan? tune in di 103,4 FM. Topik malam ini: HIGH TECH vs HIGH TOUCH.
Surjo Sulaksono
trainer
Selasa, 26 Juli, 2011 06:44
========== ============

12.  Singgih

Ada hal yang saya pahami selama ini bahwa Perusahaan bisa mem PHK kita dan kitapun bisa mem PHK perusahaan.
Jadi soal perusahaan dimana kita kerja, ya kita yang lebih tahu sesuai atau tidaknya.
Salam
Singgihh
Selasa, 26 Juli, 2011 07:38
========== ===========

13.  GM. Agung Nugroho:


Yth Pak Singgih
Saya setuju dengan statement anda
Intinya kita bekerja pada diri-sendiri dan kita mengontrol keadaan
Apakah demikian maksudnya?
Best-regard
GM. Agung Nugroho
Selasa, 26 Juli, 2011 09:09
========= ===========

14.  Fransiscus Xaverius:

Saya tidak pernah percaya kata-kata seperti itu dengan alasan:
- mungkin itu cerita dari orang yang tidak performance dan membuat cerita sendiri
- tidak semua ilmu/skill/pengalaman yang kita miliki akan pas untuk diterapkan di perusahaan tsb, maka jangan kecewa dan jangan memaksakan
- seorang yang memiliki pengalaman kerja di bidang tertentu, harus juga mau belajar dalam mengaplikasikan di perusahaan lain, dimodifikasi agar lebih pas, maka bertambahlah pengalamannya.
Yang paling setuju memang "milikilah usaha sendiri", agar tidak dievaluasi orang lain.
Salam,
frans, papua barat
Selasa, 26 Juli, 2011 19:09
============ ==========

15.  Singgih HARDOYO


Yth. Pak Agung
Benar pak Agung ...
Ini bukan masalah komitmen ataupun loyalitas tapi karena kita harus memberikan kontribusi maksimal ke perusahaan. Demikian juga perusahaan harus memberikan reward yang sesuai atas kontribusi kita.
Jangan sampai ada rasa saling dirugikan. Kita sama sama tahu apa kewajiban dan haknya.
Kalau boleh saya pakai istilah setara/partner sejajar antara karyawan dan perusahaan. ( Maaf kita bukan mau numpang makan ).
Justru kalau orang memaksakan diri bekerja karena berusaha mengadaptasi atau memodifikasi hasilnya akan tidak maksimal atau saya boleh sampaikan orang bekerja itu harus mengikuti sistemnya.
Pada level tertentu saya pikir kita punya hak menentukan dimana kita mau bekerja.
Pendapat saya ini dengan asumsi perusahaan dengan sistem yg sudah berjalan baik.
Kalaupun kita punya usaha sendiri itupun pasti kita membuat sistem yang baik dan tetap harus ada evaluasi.
Bagaimanapun siapa yang mau rugi dalam membuka usaha.
Mungkin saya berbeda pendapat dalam beberapa hal, dan saya senang mendiskusikannya .
Regards
Singgih HARDOYO
Selasa, 26 Juli, 2011 20:23
============ ========

16.  Dina S:


Selamat Pagi,
Izinkan saya menanggapi jawaban Pak Fransiscus;
- Politik itu ada dimana-mana, apalagi bila berkaitan dengan kekuasaan. Otomatis, kantor adalah tempat yang subur untuk berpolitik. Bila sudah terjadi permainan politik, maka kata2 "habis manis sepah dibuang" itu benar terjadi dan memang telah terjadi di tempat2 tertentu. Bila politik dimainkan oleh orang2 busuk, maka terjadilah: fakta yang diputar balik, cerita yang dikarang sendiri, halusinasi yang dijadikan kenyataan, penghasutan kotor, konspirasi, berita positif yang diplintar plintir, dll. Seribu cara bagi politikus busuk menjalankan 'misi'-nya.
Mengapa saya demikian percaya kata2 itu?, karena pernah hal ini pernah terjadi dan ketika 'yang bersangkutan' benar2 dibuang, perusahaan diam2 & secara implisit mengakui kontribusinya. Berarti orang ini perform, kan?.. hanya karena politik konspirasi & penghasutan yang membuat orang ini harus 'terbuang'...
- Memang tidak semua skill/pengalaman bisa diterapkan di perusahaan lain, tapi kita bisa menyaring mana yang bisa mana yang tidak. Tapi kalau semua skill/ilmu/pengalaman yang ingin kita terapkan ditolak, berarti memang perusahaannya yang tidak mau berubah/resisten.
Itu dulu tanggapan saya, semoga menjadi masukan yang baru :-).. peace..
Rgrds,
Dina
Selasa, 26 Juli, 2011 20:43
============ ===========

17.  Surjo Sulaksono:

Setuju Pak Singgih,
Dengan catatan: semuanya harus dengan pertimbangan yang matang, bahasa Latinnya: Ojo grusa-grusu :). Waktu saya berani 'mem-PHK' perusahaan hanya dalam sehari itu kondisinya saya sudah punya tabungan cukup untuk 6 bulan (jika sulit mendapat kerja lagi). Hari itu juga saya sudah menelpon istri, memberitahu 'kondisi' yang saya alami dan istripun menyerahkan keputusan kepada saya. Kalau waktu itu isteri keberatan mungkin lain ceritanya, hehehe. Waktu itu kebetulan ada juga perusahaan lain yang sudah menawarkan posisi yang relatif sama. Setelah diskusi yang lebih masak akhirnya saya berhasil berkarya dan memberi kontribusi terbaik di perusahaan itu sampai 3 tahun.
Setelah itu, saya melihat peluang naik (dari sisi karir, kompensasi, maupun benefit) tidak mungkin / sangat sulit dipenuhi perusahaan maka saya mencari peluang di tempat lain. Dan saya kembali bekerja optimal di perusahaan yang baru, begitu seterusnya sampai saya merasa 'tidak ada tempat yang lebih sesuai' kecuali saya menciptakan tempat usaha saya sendiri. Dan, sejak empat tahun yll saya memilih untuk memiliki usaha sendiri, free lance trainer. Saya amat bahagia dengan keputusan yang saya ambil, termasuk, tentunya, pertimbangan untung-ruginya ;) Yang saya rasakan selama ini adalah: Habis manis - sepah menjadi pupuk organik, yang menyuburkan hidup saya. hehehehe
Sekian sharing pengalaman yang tentunya belum tentu cocok untuk diterapkan kepada orang lain.
Salam positif,
Surjo Sulaksono
Selasa, 26 Juli, 2011 21:19
========== ====

18.  Simon Sibarani:

Jadi ikut tergelitik untuk berkomentar, maka mohon ijin ikut nimbrung.
Saya sependapat dengan Bpk. Sulaksono, bahwa kita join pada satu perusahaan adalah karena kita bersedia mempertaruhkan masa depan kita pada perusahaan tersebut.
Maka sesungguhnya, kita mau join dengan perusahaan adalah karena kita memiliki "harapan" dan kita "percaya" bahwa harapan tersebut secara logis bisa tercapai.
Sehingga hal yang paling mendasar adalah trust.
Hal ini pernah saya alami sendiri, ketika mengikuti proses seleksi untuk jabatan HR Manager pada salah satu perusahaan di gedung Antara pada tahun 82
Setelah saya dan perusahaan sama sama sepakat tentang posisi, gaji dan kondisi, dan bahkan sudah sepakat mulai kerja tanggal berapa, pada saat salaman mau pamitan, saya bertanya, pemegang saham perusahaan tersebut siap dan dari mana.
Begitu mendapat jawaban, hati dan minat saya langsung mentah, dan tidak mau datang / join ke perusahaan tersebut. Mengapa demikian? adalah karena hati saya tidak percaya bahwa saya akan mendapat treatment yang fair pada perusahaan tersebut. Ini mungkin merupakan prasangka yang tidak benar, akan tetapi saya berketetapan dalam hati, daripada hati saya was was menjalankan pekerjaan, bahkan mungkin akan membuat saya tidak perform, lebih baik saya "tidak nyebur".
Maka, prasangka "habis manis sepah dibuang" adalah hal yang wajar, bila perusahaan tersebut terlihat tidak memelihara integritas pada masa masa sebelumnya.
Hal seperti inilah yang harus diperhatikan /diakomodir oleh pembuat kebijakan HR pada setiap perusahaan.
Demikian pendapat saya
Simon J. Sibarani
Selasa, 26 Juli, 2011 21:55
========== ==========

19.  Surjo Sulaksono:

Hehehe,
Yang lebih rrrruaar biasssa ya Pak GM Agung doong, nggak gampang lho memulai sebuah topik yang menarik dibahas dan akhirnya menjadi sebuah threads yang panjaaang.
Pak Grand Master (?) Agung yang agung, saya sekedar mencoba minciptakan suasana positif, optimis, antusias di negeri yang sehari-hari hanya membicarakan Nazarudin vs Anas, Harga Sembako Melonjak, termasuk politicking di dunia kerja, suap menyuap, mark up, pembayaran upah yang curang, mempekerjakan anak-anak di bawah umur, dst. Saya yakin itu ada. Tugas kita semua untuk memberantas hal itu.
Sebagai owner, marilah kita menjalankan bisnis yang bertika, membayar upah dengan tepat jumlah dan tepat waktu, mendapatkan bisnis dengan good corporate governance dst. Sebagai karyawan, marilah kita bekerja jujur, antusias, produktif, proaktif dan hal0hal baik lainnya.
Banyak tulisan member, moderator maupun owner milis ini yang amat mencerdaskan, memberi pelajaran, menyemangati, termasuk yang memprovokasi agar kita juga mau berpikir lebih jernih dan mendalam, tidak sekedar menelan informasi ;) Saya merasakan banyak manfaat dari milis ini. Misalnya thread MANAGER DAN DISIPLIN, semalam menjadi topik diskusi yang menarik saat saya siaran semalam secara live di D radio, 103,4 FM pkl 19.00 sd 20.00. Beberapa tulisan teman-teman yang lain juga menjadi inspirasi saya untuk menulis. Intinya, tetaplah berkomunikasi di milis ini, baik sebagai nara sumber, passive reader, maupun nimbrung tulisan orang lain. Kita bisa belajar bersama.
Salam belajar,
Surjo Sulaksono
Selasa, 26 Juli, 2011 22:22
====== ================
20.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar