Jumat, 19 Agustus 2011

I 'Still' Believe I Can Fly

Oleh: Made Teddy Artiana

Wanita yang mengalami pendarahan hebat setelah melahirkan itu, kini
terbujur nyaris kaku. Bayinya selamat, namun ia sendiri sekarat. Ini
bukan kali pertama dalam hidup wanita ini. Hanya tiga bayinya yang
selamat dari tujuh kelahiran !! Kini ia kembali terjebak diantara dua
dunia. Telah beberapa hari dilewatinya dalam keadaan koma, tak sadarkan
diri. Tubuh dingin membeku. Wajah pucat membiru. Sementara bibir yang
telah lebih dulu membiru itu, kini tampak memutih, nyaris sama putih
dengan dinding ICU di Rumah Sakit itu. Suasana ruangan
itu memang tidaklah terlalu sunyi, namun sangat mencekam. Denyut
jantung terdengar lemah, diantara isak tertahan. Ayah, ibunda, dan
seluruh keluarga yang sudah kehabisan air mata dan doa, menunggu
pasrah. Semua kepala tertunduk dengan mata-mata bengkak sembab karena
lelah menangis. Tak ada yang dapat dilakukan, selain menunggu.
Setidaknya jika hal itu terjadi, mereka ada disini. Menemani saat-saat
terakhirnya. Team dokterpun sudah menyampaikan kata-kata
pamungkas mereka : “Kami sudah berusaha dengan sebaik mungkin, akan
tetapi...”. Seolah dalam sebuah persidangan, keputusan akhir telah
ditetapkan, tinggal ketukan palu penutup.Pada saat-saat inilah
tampak jelas garis kedaulatan Sang Pencipta. Manusia boleh meminta apa
saja, tetapi TUHAN, yang akan menentukan apa yang harus terjadi. Dan sesuatu itupun terjadi.. Jari jemari wanita itu bergerak lemah. Hampir tak terlihat. Namun mata hati seorang Ibu, mampu menangkapnya. “Lina..bergerak
!!!”, teriak Ibunda. Seketika itu semua orang yang ada disana
terperanjat. Semua memperhatikan jari-jemari Lina. “Iyaaa..dia
bergerak !!!”, teriak Sang Adik dengan mata sembab,”Dokterrr....!!
Dokter..!!! Kak Lina dokterrrr..!!”. Ia menghambur keluar ruangan
mencari dokter. Linapun membuka matanya perlahan. Lingkaran kerabat
yang tadi mengurubung itu, sekarang memberi jalan team dokter yang
telah tiba diruangan. “Selamat siang, Lina”, ujar lembut
salah seorang dokter sembari tersenyum, “Welcome back, Madame”. Lina
terdiam, menatap lurus kedepan. Hanya dalam hitungan jam,
Linapun seutuhnya sadar. Beberapa kali Dokter masuk keluar memeriksa
keadaannya. “Alhamdulilah, keadaan Lina membaik. Semakin membaik”. Keesokan
harinya, seolah diperintah oleh sesuatu, ketika terbangun Lina segera
meminta Black Berry nya. Mereka saling berpandangan tak mengerti, namun
Ibunda Lina memberikan isyarat agar mereka mengabulkan permintaan Lina.
Dengan tak sabar Lina meraih benda itu dari adiknya, sepertinya ada
yang ia cari. Matanya terpaku sejenak. Tampak jelas ia menemukan
sesuatu disana. Wanita perkasa yang telah mengarungi berbagai badai
kehidupan yang luar biasa itu pun mulai menangis. Sementara keluarganya
hanya bisa terpaku diam menyaksikan tingkah Lina. Ada apa gerangan ? Dengan bibir tergigit dan pipi yang dibiarkan basah kuyub oleh air mata, jemari Lina gemetar mengetik kalimat demi kalimat. “Kalian
tahu, kata mereka sudah 4 hari lebih aku koma. Aku hampir menyerah. Aku
menyesal kembali ke dunia ini lagi. Tapi entah mengapa, aku ingin
melihat kalian dan ketika membaca tulisan status kalian, air mata ini
tumpah. Tiba-tiba, aku mengingat percakapan kita dulu : bahwa manusia
dilahirkan membawa misi. Bahwa kita, manusia ditakdirkan untuk menang
atas segala persoalan hidup. Ini pertama kalinya aku menangis setelah
sadar. Air mata ini untuk kalian. Aku harus hidup!!”. Lalu mengirimkan pesan itu kepadaku dan Wida, istriku. Pesan
dari Kuala Lumpur itupun kami sambut dengan air mata. Kami memang
sedang berdoa siang malam untuknya. Kami tahu ia tengah bertarung hidup
dan mati disana. Kami memang berjanji mengunjunginya setelah
melahirkan, tetapi kesibukan menahan langkah kami di Jakarta. Dan entah
karena apa, hari itu wajah Lina nampak lekat dipikiran kami. Lalu tanpa
sengaja aku menuliskan status ‘I Believe I Can Fly’ di BB ku. Dan
selanjutnya –cerita ini kami dengar sendiri dari orang tua Lina- dalam
pelukan Ibunda tercinta, dan derai air mata, Lina berteriak sekuat
tenaga. Sebuah deklarasi bak sangkakala di medan perang : “Aku harus
hidup Ma..! Aku harus merawat anak-anakku ! Mereka membutuhkan aku !!” Teriring salam dan doa untuk anak pertama mu yang tengah dioperasi disana (*)

warm regards, W I D A Contact Usm. (021)70820318 - 0815 740 900 80

Note :
mohon mencantumkan name signature
mod : Ade Irfan

Dikontribusikan ke milis The managers Indonesia dari alamat email:

"Wida's Make Up Artist"
Selasa, 26 Juli, 2011 19:38

Tidak ada komentar:

Posting Komentar