Oleh:  Dadang Kadarusman
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
Kita  sering gelisah dengan masa depan; akan menjadi seperti apakah hidup  saya nanti? Bahkan kadang kita tergoda untuk bertanya kepada para  peramal. Berbagai cara kita tempuh agar bisa tahu apa yang akan terjadi  nanti. Kita mengira jika mengetahui masa depan maka kehidupan kita akan  semakin baik. Benarkah demikian?
Nabi  Khidr mengingatkan jika Musa tidak akan bisa bersabar mengikuti  dirinya. Nabi Musa pun menyaksikan tindakan-tindakan aneh Nabi Khidr,  sehingga dia tidak lagi bisa membiarkannya. Sebelum berpisah Nabi Khidr  menjelaskan, mengapa dia melakukan semua tindakannya. Semua itu bukanlah  kehendaknya, melainkan atas petunjuk Tuhan yang memberinya pengetahuan  tentang apa yang akan terjadi dimasa depan. Saya termasuk yang penasaran  dengan masa depan. Dan saya, tentu lebih tidak sabar dibandingkan Nabi  Musa. Maka bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar bersabar atas  rahasia masa depan; saya ajak untuk memulainya dengan memahami dan  melakukan 5 prinsip Natural Intelligence berikut ini:     
1.      Mengendarai waktu yang menuju ke masa depan.  Selain waktu, tidak ada alat transportasi lain yang bisa membawa kita  kepada masa depan. Karena waktu bertugas untuk membawa kita menuju  kesana. Maka kendarailah waktu. Dan arahkan dia kepada masa depan yang  mana Anda ingin menuju. Sebagai sebuah kendaraan, waktu bisa membawa  kita kemasa depan yang nyaman, atau menyebalkan. Jika kita menggunakan  waktu untuk melakukan hal-hal yang baik, misalnya. Maka pasti kita akan  sampai ke tempat yang baik. Namun jika kita menggunakan waktu untuk  melakukan tindakan-tindakan yang buruk, maka cepat atau lambat kita akan  dibawanya kepada masa depan yang pasti buruk. Waktu adalah kendaraan  yang melekat dalam diri kita. Tidak bisa ditolak. Namun bisa kita  kendalikan arahnya, melalui pilihan perilaku dan perbuatan kita dalam  detik demi detiknya. Maka apapun yang kita lakukan dalam setiap detak  waktu itu, merupakan cara kita dalam memberi arah kepadanya.
2.      Belum tentu kita sanggup mengetahui masa depan yang buruk.  Tak seorang pun sanggup menerima berita buruk tentang masa depannya.  “Setidaknya, saya bisa bersiap-siap,” mungkin begitu kilahnya. Mari kita  bertanya kepada diri sendiri; mana yang lebih mungkin terjadi jika kita  diperkenankan untuk mengetahui masa depan kita yang buruk. Apakah kita  akan tabah, atau malah semakin gelisah? Saya tidak yakin jika kita akan  semakin tabah. Boleh jadi malah kita tergoda menyalahkan nasib; mengapa  harus seperti ini? Mungkin kita menuduh Tuhan tidak adil. Atau, mungkin  kita berpikir; jika masa depan gue seburuk itu, ngapain mesti  susah-susah menjadi orang yang baik? Jadi orang rusak sekalian saja.  Kita, belum tentu sanggup untuk mengetahui masa depan yang buruk.  Sehingga membiarkannya tetap menjadi misteri, mungkin jauh lebih baik.
3.      Belum tentu kita sanggup mengetahui masa depan yang baik. Kita tahu jika masa depan itu adalah hasil dari masa kini. Apa  yang kita lakukan sekarang, sedikit banyaknya menentukan apa yang akan  kita dapatkan dimasa depan. Tetapi jika Anda diramalkan akan mendapatkan  masa depan yang baik, masihkah Anda bersedia untuk bersusah payah  sekarang? Saya tidak yakin. Jika kita sudah tahu ‘akan menjadi orang  sukses’ misalnya. Mengapa kita mesti ‘menderita’ sekarang? Bukankah  sesuai ramalan kita ‘santai-santai’ pun akan mendapatkan masa depan yang  ‘baik’ itu? Sifat dasar manusia adalah untuk mencari kenikmatan dan  menghindari rasa sakit. Jadi jika kita sudah ‘tahu’ masa depan kita akan  baik, maka kemungkinan terbesarnya adalah; kita enggan untuk berjuang  melintasi jalur-jalur terjal yang menyakitkan. Jika ‘nasib baik’ itu  belum juga datang, bisa jadi kita malah menghujat-hujat Tuhan; mengapa  Dia terlalu lama menahan semua kebaikan itu? Padahal, apa yang kita  lakukan sekarang sangat menentukan apa yang akan kita dapatkan dimasa  depan.
4.      Mengubah misteri masa depan menjadi kegairahan.  Banyak ramalan yang bercerita tentang ini dan itu. Namun kenyataan yang  terjadi berbeda sama sekali. Hal itu menunjukkan bahwa tidak seorangpun  benar-benar mengetahui apa yang akan terjadi bahkan sedetik setelah  saat ini. Makanya, memaksa masa depan untuk menampakkan dirinya bukan  lagi gagasan brilian. Kitalah yang bertanggungjawab untuk membentuk masa  depan seperti apa yang kita inginkan. Kitalah yang menentukan akan  menjadi seperti apa masa depan kita nantinya. Kitalah yang yang  membentuk sosok masa depan diri kita sendiri. Justru karena kita tidak  tahu masa depan akan seperti apa; kita termotivasi untuk bekerja keras  sekarang. Justru karena tidak tahu apa yang akan terjadi, kita mawas  diri kini. Justru karena kita ingin mendapatkan esok yang indah, kita  menjadi semakin bergairah. Dan gairah itu akan semakin menggelora,  justru ketika kita membiarkan masa depan tetap menjadi misteri.
5.      Que sera-sera - whatever will be, will be.  Apapun yang akan terjadi, ya terjadilah. Namun sebelum semuanya  terjadi, biarkan kami untuk melakukan apapun yang bisa kami lakukan  untuk merengkuh seluruh alunan lagu kehidupan dengan semerdu-merdunya.  Apapun yang akan terjadi, ya terjadilah. Namun, sebelum semuanya itu  terjadi, ijinkan kami untuk melakukan yang terbaik saat ini. Sungguh,  tidak seorang pun yang memiliki masa depan. Karena belum tentu umur kita  sampai kesana. Tetapi, setiap orang memiliki ‘saat ini’. Maka pada saat  inilah kita berpijak. Dan kita boleh menggunakan ‘saat ini’ yang sudah  jadi miliki kita untuk melakukan apapun sebaik yang kita bisa. Dan  setelah saat ini berlalu, maka apapun yang akan terjadi, ya terjadilah.  Karena setelah semua usaha terbaik kita lakukan saat ini, maka tidak ada  sedikitpun kekhawatiran akan masa depan. Inilah yang dikatakan oleh  guru kehidupan saya tentang makna tawakkal. Yaitu kita melakukan segala  sesuatu dengan benar, sepenuh hati, dan bersungguh-sungguh. Setelah itu,  hasilnya kita serahkan kepada Sang Pemilik masa depan. Biarkan Dia yang  menilai, masa depan seperti apa yang pantas diberikan-Nya kepada kita  berdasarkan semua yang sudah kita upayakan. Que sera, sera.
Kisah  kitab suci tentang Nabi Khidr dan Nabi Musa menegaskan bahwa mengetahui  masa depan tidak menjadikan hidup kita ‘normal’. Karena dengan tahu  tentang masa depan, mungkin kita akan melakukan sesuatu yang dianggap  aneh oleh orang-orang disekitar kita. Oleh sebab itu, mengetahui masa  depan bukanlah gagasan yang menarik jika kita ingin hidup layaknya  manusia normal pada umumnya. Keindahan hidup kita justru terletak pada  misteri yang meliputi apa yang akan terjadi sedetik setelah ini. Jika  kita tidak tahu akan mengalami peristiwa buruk, maka sekarang kita masih  bisa bahagia. Jika kita tidak tahu akan mengalami peristiwa baik, maka  sekarang kita memanfaatkan semua yang ada pada diri kita. Maka jika kita  ingin bisa benar-benar menikmati hidup, kita perlu bersabar dalam  menantikan masa depan.
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman  - 26 Juli 2011
Master Trainer & Natural Intelligence Inventor
Catatan Kaki:
Meskipun  kita tidak memiliki masa depan tetapi kita memiliki masa kini. Selama  kita bisa mengendalikan masa kini, maka kita bisa berharap masa depan  yang jauh lebih baik lagi.
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain.
Senin, 25 Juli, 2011 21:08
Tidak ada komentar:
Posting Komentar