1.  Cinta Itu Memaafkan
Badai  itu datang waktu perusahaan suaminya bekerja gulung tikar akhirnya  suaminya mengajukan pensiun dini karena masih muda dengan mudahnya  mendapatkan pekerjaan sesuai bidangnya. Setiap kali mendapatkan  pekerjaan, selalu saja berhenti dan berpindah ke perusahaan lain karena  dengan alasan kurang nyaman. Sebagai istri, dirinya selalu mengingatkan  agar "istiqomah" dalam mencari nafkah, tidak mudah pindah-pindah ke  perusahaan lain. Sifatnya yang mudah tersinggung ternyata ikut  mempengaruhi kinerjanya. Kalau ada sesuatu yang tidak ia sukai , baru  beberapa bulan bekerja, suaminya lantas mengundurkan diri. Sifat keras  dan mudah tersinggung itulah yang selalu saja memicu pertengkaran.
Perjalanan  kehidupan bahtera rumah tangganya selalu saja dipenuhi dengan  pertengkaran demi pertengkaran, namun tak selama kondisi pertahanan  batinnya kokoh untuk bisa menerima perlakuan suaminya. Seringkali  dibentak membuat tubuh dan batin gemetar. Selama lebih dua belas tahun  pernikahannya beberapa kali sempat melontarkan kata meminta cerai.   Bahkan ketika orang tua tahu akan hal itu, sempat memperingatkan padanya  agar untuk memikirkan dengan matang. Suaminya tidak pernah menanggapi  ucapannya. Sampai kemudian terjadi pertengkaran hebat. Ditengah  masing-masing ego menguat, suaminya memutuskan untuk menerima keputusan  dirinya untuk berpisah, membuat air matanya mengalir. Isak Tangis tak  mampu ditahannya. Anaknya semata wayang berlari, memeluknya. Menangis  dipangkuan ibunya. Matanya seolah mengatakan, "Jangan tinggalkan ayah,  Mah."
Di Rumah Amalia Ia duduk terdiam beberapa saat lama, dalam  kesedirian merenungkan apa yang sebenarnya terjadi. Hari itu beliau  berkenan bershodaqoh untuk Rumah Amalia dengan harapan agar Allah  berkenan memberikan kekuatan dan kesabaran untuk bisa memaafkan serta  keluarganya bisa utuh kembali. Begitu pulang sampai di Rumah, suami dan  putrinya sudah menunggu. Sang suami memeluk dirinya dan meminta maaf  atas perlakuannya selama ini. Sementara anaknya memegang tangannya.  Keajaiban itu terjadi. Doa dan harapannya terkabul, keluarganya utuh  kembali, begitu terasa indah dan membahagiakan. Suaminya menunjukan  perubahan ke arah yang lebih baik, bisa mengendalikan emosinya dan  semakin mendekatkan diri kepada Allah. Sebagai seorang istri, dirinya  telah menemukan makna cinta dengan memaafkan, seperti sekuntum bunga  yang menebarkan keharumannya kepada orang yang telah melukai hatinya  untuk menggapai cinta yang hakiki yaitu cintanya kepada Allah.
"Seorang  suami apabila memandang istrinya dg kasih sayang & istripun  memandang dg kasih sayang maka Allah memandang keduanya dg pandangan  kasih sayang. Bila suami memegang telapak tangan istrinya maka dosa-dosa  keduanya berguguran dari celah jari-jari tangan keduanya" (HR. Rafi'i).
Wassalam,
M. Agus Syafii
Minggu, 24 Juli, 2011 21:14
======== ==================
2. Penangkal Bencana Dalam Keluarga
Badai ujian dan cobaan dalam kehidupan rumah tangga bisa hadir kapanpun dan dimanapun tanpa peduli kita siap atau tidak, datang begitu tiba-tiba dan mendadak, terkadang membuat kita terhenyak dan terpuruk. Berbagai problem kehidupan rumah tangga selalu saja datang silih berganti. Dari sakit, konflik rumah tangga seolah tiada henti, anak yang dengan berbagai dinamika problem sosial. Tetangga dengan latar belakang karakter yang berbeda, tidak mudah untuk bersosialisasi. Ada tip dalam menghadapi bencana agar kita selamat. Sebagaimana Sabda Rasulullah, "Ujian yang menimpa seseorang pada keluarga, harta, jiwa, anak dan tetangganya bisa dihapus dengan puasa, sholat, shodaqoh dan amar ma'ruf nahi Mungkar (HR. Bukhari & Muslim).Rasululullah mengajarkan kita untuk menggunakan empat senjata yang ampuh dan berguna bagi kita untuk menghadapi bencana yaitu dengan puasa, sholat, shodaqoh dan amar ma'ruf nahi mungkar. Menurut Ibnu Qayyim dalam Kitabnya "al-Wabilush Shayyib" menjelaskan bahwa shodaqoh bisa memberikan pengaruh yang menakjubkan untuk menolak bala' atau bencana karena Allah akan menghilangkan berbagai bencana dengan shodaqoh. Demikian halnya dengan puasa, sholat dan amar ma'ruf nahi mungkar juga merupakan senjata kita untuk melindungi keluarga kita dari bencana. Tentunya kita tidak akan pernah tahu kapan bencana itu datang dan begitu terhempas oleh bencana yang membuat kita jatuh terpuruk. Seolah semuanya terasa sempit, menyesakkan di dada, napaspun menjadi susah.
Itulah sebabnya, jika keluarga anda terbelit problem dan masalah, upaya telah dilakukan. Ingatlah bahwa solusi dan penyelesaian ada ditangan Allah. Maka datanglah kepada Allah, adukan semua problem yang anda hadapi kepadaNya. Berserah dirilah kepada Allah dengan melakukan puasa, sholat, shodaqoh dan amar ma'ruf nahi mungkar. Bila Allah menghendaki untuk mengangkat bencana itu dari keluarga anda maka seketika itu juga seberat apapun masalahnya akan teratasi. Sebagaimana Nabi Ibrahim ketika Raja Namrud dilempar ke dalam kobaran api, Allahpun menjadikan api yang panas berubah dingin dan Nabi Ibrahim tidak terbakar sedikitpun. Begitulah cara Allah yang menyelamatkan hambaNya dari bencana dengan KekuasaanNya. Seberat apapun masalah anda maka datanglah kepada Allah dan Allah akan merubah penderitaan anda menjadi kebahagiaan.
Wassalam,
M. Agus Syafii
Senin, 25 Juli, 2011 23:03
========= ==============
3.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar