Internet berdampak  terhadap kehidupan, baik terhadap demokrasi, riset, cinta maupun  personal brand. Bagaimana internet bikin #XLangkahLebihMaju?
Berkenalan Dengan Internet
Berkenalan  dengan internet adalah keberuntungan. Betapa tidak pada tahun 1996, ada  seorang alumni yang memberi modem kepada kami, Forum Komunikasi  Mahasiswa Surabaya (FKMS). Modem tersebut melengkapi komputer DX2  sehingga kami dari sebuah jalan kecil bisa terhubung dengan seluruh  dunia.
Jangan bayangkan kecepatannya. Lupakan  keluhan terhadap koneksi internet saat ini. Kecepatan internet pada  modem itu adalah 14.4 kbps. Kecepatan itu pun tercapai kalau koneksi  lagi baik hati, dan itu jarang terjadi. Sekitar beberapa bulan kemudian,  muncul warnet generasi awal di Surabaya. Berapa tarifnya? Satu jam kita  harus merogoh 10 ribu rupiah dengan kecepatan tidak lebih baik dari  pada menggunakan modem.
Meski begitu, internet  telah mengubah banyak hal dalam kehidupanku sejak 1995 sampai sekarang.  Dampak internet membuatku XLangkah Lebih Maju setidaknya dalam 4 topik :  Demokrasi, Riset, Cinta dan Personal Brand.
Internet Membuat Demokrasi XLangkah Lebih Maju
Aku bergabung di Forum Komunikasi Mahasiswa Surabaya (FKMS) sejak  1994. Panjang ceritanya, aku akan ceritakan di posting lain saja.  Organisasi ini merupakan sebuah gerakan pro demokrasi yang bergerak  dalam melakukan advokasi terhadap hak-hak rakyat dan penegakan demokrasi  di negeri ini. Internet telah mengakselerasi gerakan demokrasi kami.
Awalnya  kami mulai mencari sumber informasi terkait misi Forum Komunikasi   kami, gerakan pro demokrasi. Waktu itu yang ramai adalah milis  ApaKabar, sebuah tempat berkumpulnya banyak aktivis yang kritis terhadap  pemerintah. Selain itu, situs yang sering kami akses adalah Tempo  Interaktif, sebuah metamorfosa dari majalah Tempo yang dibredel oleh  Soeharto.
Ketika tengah membaca-baca situs  Tempo Interaktif, aku merasa bahwa informasi yang lebih apa adanya ini  perlu disebarkan kepada banyak orang. Bukan hanya dinikmati mereka yang  punya akses internet, yang jumlahnya masih sangat sedikit pada waktu  itu. Akhirnya, tercetus sebuah ide di kepala ini. Aku kemudian  menjelaskan ide itu kepada teman-teman yang lain serta teman yang  mempunyai sumber daya yang dibutuhkan untuk merealisasikan ide tersebut.
Apa  idenya? Simpel. Informasi di situs Tempo Interaktif itu di tata ulang,  cetak dan dijual ke kampus-kampus. Akhirnya, aku bersama Gunardi berbagi  tugas untuk menangani Tempo Interaktif versi cetak itu. Edisi perdana  mulai kami garap. Begtu edisi terbaru Tempo Interaktif diluncurkan,  biasanya sabtu malam, aku langsung mengunduh, layout dan print. Lumayan  lama, biasanya aku baru bisa menyelesaikan jam 3 – 4 pagi atau sekitar 6  – 7 jam.
Hasil print Tempo Interaktif itu aku tata dan masukkan amplop. Aku tidur hehe. 
Langkah  selanjutnya ditangani Gunardi, membuat plat, membeli kertas dan  memasukkan ke percetakan. Jadi semua proses sebisa mungkin kami tangani  sendiri untuk menekan ongkos produksi.
Tempo  Interaktif versi cetak ini biasanya selesai senin sore. Gunardi bertugas  mengambil dari percetakan dan membawahnya ke markas kami. Aku dan  teman-teman lain yang sudah berkumpul kemudian menjilid secara manual.  Iya, diset satu-satu kemudian distaples. Proses penjilidan ini selesai  sekitar jam 10 malam. Jadi, Tempo Interaktif versi cetak itu seperti  makalah yang dicetak 1 warna (beragam warnanya) dan dijilid dengan  staples gitu.
Gunardi kemudian membagi jatah  pada mahasiswa loper yang akan menjual di kampus yang menjadi daerah  penjualannya. Aku biasanya berjualan di kampus-kampus yang belum ada  mahasiswa lopernya.
Tempo Interaktif yang  dijual dengan harga Rp. 1.000 ini disambut antusias oleh warga kampus.  Tidak tanggung-tanggung, edisi perdanya terjual sampai 1500 eksemplar.  Sebuah tanda betapa hausnya masyarakat kampus terhadap informasi yang  jernih dan bebas kooptasi penguasa.
Apa  dampaknya? Internet membuat demokrasi menjadi XLangkah lebih maju yang  ditandai persebaran informasi secara luas baik dalam bentuk milis dan  situs, maupun dalam bentuk cetak. Tak jarang, kami melampirkan siaran  pers, semisal tentang kasus penggusuran petani, dalam bundel Tempo  Interaktif versi cetak itu.
Mahasiswa aktivis  yang menjadi loper tidak sekedar berjualan Tempo Interaktif. Mereka  justru menjadikan Tempo Interaktif ini sebagai awal obrolan tentang  nasib negeri ini kepada banyak kalangan. Sebelumnya obrolan semacam itu  terjadi saat momen tertentu, tapi aktivitas menjual Tempo Interaktif itu  membuat obrolan itu berlangsung rutin setiap minggu. Obrolan itu yang  menjadi cikal bakal terbentuknya dan perluasan jejaring informasi ke  berbagai kampus.
Internet juga membuat  organisasi pro demokrasi jadi lebih mandiri. Keuntungan dari hasil  penjualan Tempo Interaktif cukup memadai untuk operasional organisasi  termasuk untuk melakukan perjalanan ke daerah kasus. Awalnya, printer  pinjaman, akhir bisa beli printer sendiri. Awalnya, satu line untuk  telepon dan internet, akhirnya bisa punya 2 line yang terpisah.
Apa  dampaknya bagiku? Enaknya, aku bisa dapat uang saku, baik dari melayout  maupun dari berjualan Tempo Interaktif. Loper mendapatkan 200 rupiah  untuk setiap eksemplar yang terjual. Rata-rata aku bisa menjual 100  eksemplar. Jadi tiap minggunya bisa dapat tambahan uang saku 20 ribu  rupiah. Tidak terlalu besar memang, tapi kalau dibandingkan uang saku  bulananku sebesar Rp. 100 ribu, maka hasil dari loper itu lumayan  besar. Tidak heran selalu saja ada mahasiswa yang tertarik menjadi loper  Tempo Interaktif versi cetak ini.
Apa dampak  gak enaknya? Aku tiap malam minggu harus duduk di depan komputer sampai  pagi. Jadi bayangkan, apapun yang terjadi, selambat-lambatnya jam 10  malam aku harus sudah berada di markas dan duduk manis di depan  komputer. Untunglah, pacarku pada saat itu pengertian. *uhuk
Penjualan  Tempo Interaktif versi cetak ini kami ceritakan pada redaksi, sehingga  aktivitas kami ini dimuat dalam Surat dari Redaksi Tempo Interaktif
Di kampus-kampus, terutama di Jawa Timur, TEMPO Interaktif juga  cukup dikenal. Sebabnya, rupanya sekelompok mahasiswa di Surabaya  men-downloadseluruh artikel di web site ini setiap minggu,  me-layout ulang, dan kemudian mencetaknya. Kabarnya, setiap minggu  beredar sekitar 1000 eksemplar “TEMPO Interaktif cetak” itu di Surabaya,  Malang, dan beberapa kota lain. Satu eksemplar dijual dengan harga Rp  1000. Kami dengar, di Bandung, Yogya, dan juga Jakarta, ada juga  kelompok-kelompok yang mengedarkan edisi “cetak” tadi. (Surat dari Redaksi, Edisi 01/02 – 08/Mar/1997)
Kami  lega karena kiprah kami juga mendapat dukungan dari pihak Tempo  Interaktif. Mungkin karena kesamaan misi, penyebaran informasi yang  jernih dan obyektif pada masyarakat. Kiprah kami ini berakhir ketika  majalah Tempo terbit kembali pasca reformasi.
Internet juga memudahkan kalangan pro demokrasi untuk berkomunikasi. Kami waktu itu memantau perkembangan Kudatuli,  bukan dari media massa yang dikooptasi penguasa, tapi dari kesaksian  langsung pelaku yang disebarkan melalui internet. Komunikasi melalui  internet ini pula yang menjadi tulang punggung komunikasi gerakan  reformasi 1998.
Demikianlah dampak internet  yang membuat demokratisasi informasi XLangkah lebih maju. Demokrasi  tanpa kebebasan akses informasi itu ibarat membeli kucing dalam  karung. Internet memungkinkan informasi bisa dinikmati oleh masyarakat  luas. Masyarakat punya akses informasi dan menyebarluaskan informasi  mereka.
Internet Membuat Riset XLangkah Lebih Maju
Pasca  reformasi, aku kembali pada kenyataan, menyelesaikan kuliah hehe.  Tanggungan yang lama tertunda harus segera dituntaskan, skripsi. Kembali  menggalau. Untunglah, kehadiran internet membantuku mengatasi  kegalauan.
Begini ceritanya. Dalam pikiranku waktu itu,  skripsi adalah biaya. Dari mana aku mendapatkan biaya skripsi? Padahal  tidak mungkin minta tambahan uang saku dari orang tua, selain sudah  terlalu banyak meminta, waktu itu adikku mulai kuliah juga. Aku harus  mencari akal untuk mensiasati persoalan biaya itu. Pucuk dicita, ulam  tiba. Ada seorang dosen yang mensosialisasikan tentang Lomba Karya  Inovatif Produktif (LKIP) yang diadakan oleh Dikti.
Biar  menang LKIP tentu aku harus punya ide inovatif. Aku ngobrol dengan teman  cangkruk, kamerad Iwan. Ngobrol panjang lebar akhirnya tercetus ide  untuk menggunakan Rep Grid dalam dunia entrepeneur. Mengapa Rep Grid?  Selain mudah dan simpel, penggunaan alat ini belum ada atau masih langka  di Indonesia. Mulailah mengakses internet untuk mempelajari Rep Grid  dan mulailah menyusun proposal.
Singkat cerita,  proposalku diterima menjadi salah satu proposal yang dibiayai risetnya  oleh Dikti. Alhamdulillah….. Aku bersama tim tinggal di Tanggulangin,  sentra tas dan koper, selama 3 bulan. Dana itu memungkinkan aku  membiayai kos di daerah riset, selain juga memenuhi kebutuhan riset  lainnya.
Meski ada dosen pembimbing, pembimbing riset ini  sesungguhnya adalah mbah Google. Mengapa? Aku sudah mencari informasi  kesana kemari ternyata tidak ada dosen/praktisi psikologi yang  menggunakan Rep Grid. Selain itu, risetku ini adalah riset kualitatif  yang pada waktu itu masih belum banyak ditemukan di ranah psikologi  Indonesia. Akhirnya, semua bergantung pada literatur yang kutemukan  melalui Google.
Temuan-temuan melalui Google,  akhirnya aku sadar bahwa ilmu ternyata tidak netral. Rep Grid banyak  dikembangkan di Inggris dan negara persemakmuran. Sementara, psikologi  Indonesia lebih banyak dipengaruhi oleh aliran yang berkembang di  Amerika Serikat.
Analisis riset ini adalah  bagian yang paling berat. Sama sekali menggantungkan diri pada diri  sendiri. Tidak jarang aku merasa mual ketika mengerjakan analisis riset  ini. Bener-bener mual mau muntah gitu. Tapi bagaimana lagi, aku sudah  punya komitmen sehingga akhirnya selesai juga laporan risetnya.
Datanglah  waktunya PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional), waktunya aku  mempresentasikan hasil riset ini di depan dewan juri. Dalam  persiapannya, aku banyak terbantu oleh Tim Unair yang banyak memberi  masukan dan kritikan. Aku jadi lebih siap presentasi hasil riset ini di  forum nasional tersebut. Alhamdulillah, risetku menjadi juara 2 Lomba  Karya Inovatif Produktif. Aku pun mendapat hadiah uang yang aku gunakan  melanjutkan riset untuk skripsi.
Juara 2 LKIP berdampak ganda,  meningkatkan kredibilitasku di depan dewan penguji skripsi sekaligus  menjadi beban sebagai juara. Tapi ujian skripsi berhasil aku tuntaskan  dan Alhamdulillah menjadi sarjana.
Riset ini  memberi pelajaran, internet membuat risetku menjadi XLangkah Lebih Maju.  Ketika tesis pun, aku memilih menggunakan Appreciative Inquiry, sebuah  pendekatan perubahan positif yang masih sangat baru. Internet  menyediakan sumber literatur sekaligus juga memungkinkan kita  berkomunikasi dengan para ahli yang menguasai topik yang kita pelajari.
Selain  itu, internet memungkinkan kita mensosialisasikan metode, pendekatan  dan hasil riset kita pada masyarakat luas. Setelah tesis, aku banyak  menulis dan menyebar luaskan Appreciative Inquiry melalui internet.  Mengapa aku menyebarkannya? Aku yakin pendekatan ini bisa menjadi  alternati dalam memajukan bangsa Indonesia. Aku bahkan menulis sebuah  buku-e sederhana, bila berminat silahkan unduh di sini.
Internet  menjadi media pembelajaran, pembimbingan dan penyebarluasan riset ke  seluruh dunia. Internet membuat dunia riset menjadi XLangkah Lebih Maju.
Internet Membuat Cinta XLangkah Lebih Maju
Ada  orang bilang, bila kita tidak mempunyai teman dekat ketika sekolah atau  kuliah maka kemungkinan besar kita akan mengalami kesulitan dalam  menemukan jodoh. Mengapa? Kenyataannya, orang jatuh cinta dengan  orang-orang yang pernah ditemuinya. Jadi, sejauh apapun terbang, bangau  itu kembali ke sarangnya. Kuliah di negeri orang, jodoh tetap di negeri  sendiri. Sampai menyelesaikan S2 pun, seringkali jodohnya adalah teman  SD.
Nah ini persoalan bagiku. Aku kerapkali berpindah-pindah  tempat tinggal karena mengikuti tugas bapak. Bayangkan, aku punya 2 TK, 2  SD, 2 SMP, dan 2 SMU, yang itu pun kebanyakan di pelosok Papua yang  sulit transportasinya.  Bayangkan, gimana aku bisa pedekate?  *wajahsedih* Apakah aku harus menjelajahi hutan? Atau mengarungi lautan?  *lebay
Nah internet memberi solusi. Mengapa?  Kita bisa bertemu dengan banyak teman, lama maupun baru, di internet.  Teman SD yang telah lama menghilang akhirnya berjumpa lagi di MIRC *eh  di Friendster *eh di Facebook.  Kita pun bisa bertemu dengan banyak  teman baru yang menarik dan seide. Nah beberapa di antaranya berujung  pada kencan online.
Tidak  aku pungkiri, perkenalan dengan internet membuatku mengeksplorasi  berbagai manfaatnya, termasuk kencan online. Duluuuuuuu, sempat bertemu  dan kencan dengan perempuan yang berjumpa di dunia online. Ada sensasi  yang berbeda dibandingkan kencan dengan orang yang kita kenal di dunia  offline.
Intinya, internet membuat perjalanan  cinta kita bisa XLangkah Lebih Maju. Kita bisa mengenal lebih banyak  orang dari berbagai bidang. Lebih banyak pilihan. Meski tetap perlu  waspada, karena ada banyakDusta Online bertebaran.
Internet Membuat Personal Brand XLangkah Lebih Maju
Internet  ternyata mengalami tahapan perkembangan juga. Awal kelahiran, sumber  isi (content) di Internet hanya terbatas pada pemerintah atau  perusahaan. Perkembangannya kemudian lahir web 2.0 atau media sosial,  yang memungkinkan setiap orang menjadi sumber isi (content). Akibatnya,  setiap orang bisa mempunyai media sendiri untuk mengekspresikan diri dan  potensinya. Orang tidak lagi tergantung pada media konvensional.
Peluang dari media sosial ini yang mendorong lahirnya konsep personal brand.  Individu bisa menciptakan brandnya sendiri, yang melekat dengan  dirinya. Apa manfaatnya? Dengan membangun personal brand, dunia bisa  mengenal diri, kemampuan dan karya kita.
Aku  sendiri sudah aktif ngeblog sejak 4 tahun yang lalu. Awalnya, hanya  sekedar menulis atau buat katarsis. Tapi sejak tahun ini, aku menggarap  lebih serius blog Bukik.com ini. Selain ngeblog, aku juga aktif di  twitter @bukik yang membuatku berkenalan dan ngobrol online dengan banyak orang.
Memang  tidak bisa instan, tapi aku sudah merasakan manfaat dari personal brand  tersebut. Berkat membangun personal brand, aku di undang menjadi  pembicara atau fasilitator di berbagai tempat, semisal di Cerita Itu Ibarat Lem, Sharing The Dancing Leader di @Nutrifood atau lengkapnya bisa dilihat di Rekam Jejak.
Jalan  membangun personal brand adalah jalan panjang yang berkelok. Tidak bisa  instan tapi kita bisa mengerjakannya sambil bekerja. Bagiku, setiap  posting adalah investasi bagi personal brand. Aku tidak punya uang,  tidak bisa investasi modal. Tapi aku punya ide yang bisa kutuliskan  sebagai sebuah investasi. Sedikit demi sedikit tulisan itu akan menjadi  karya yang membanggakan, selama kita tekun menulis. Tidak harus langsung  banyak. Satu minggu 1 tulisan, 1 tahun sudah 52 tulisan.
Internet  memungkinkan kita XLangkah Lebih Maju dalam membangun karir. Kita bisa  optimalkan internet untuk membangun personal brand kita. Setiap ide atau  potensi bisa disaksikan oleh banyak orang.
Penutup: Internet sebagai Media XLangkah Lebih Maju
Internet  ibarat komedi putar. Kita bisa berkeliling dunia dengan tetap berada di  satu tempat. Kita bisa menjelajahi dunia yang berbeda, berkenalan  dengan orang baru, mendapatkan informasi dan pandangan baru. Ayo  berkendara dan nikmati internet untuk kehidupan lebih baik.
Internet  bukan sekedar alat. Internet bukan sekedar teknologi. Internet adalah  media baru. Internet adalah dunia baru. Internet membuat lebih banyak  orang untuk memberdayakan diri dalam berbagai bidang kehidupan. Internet  menjadi media bagi siapapun untuk XLangkah Lebih Maju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar