Oleh: Andre Vincent Wenas
“Forecasting the future can be  dangerous because you are often forced to face realities that can only  be dealt with via painful change. You may need to change your ideas  about what is possible.”– James Canton, Ph.D., The Extreme Future, 2007.
***
     Baru-baru ini perusahaan raksasa consumer-goods Unilever  dikabarkan telah setuju untuk mengakuisisi OAO Concern Kalina (sebuah  perusahaan pembuat produk perawatan kulit asal Rusia) senilai 21,5  miliar rubel, atau setara US$694 juta. Corporate-action ini dimaksudkan  demi menggenjot pertumbuhan pasar negara berkembang. Menurut CEO  Unilever, Paul Polman, akuisisi ini akan membuat Unilever berada di  posisi terkemuka dalam bisnis perawatan kulit, rambut, serta perawatan  mulut. Di samping itu, masih ada 2 perusahaan Rusia yang diincar  Unilever, yakni Black Pearl (produk perawatan wajah) dan Silky Hands  (krim) dengan total transaksi sebesar 16,7 miliar rubel. Disinyalir aksi  global korporasi ini demi memperluas pasar di negara berkembang  menyusul meningkatkan persaingan dan lesunya
penjualan di Eropa Barat dan Amerika Utara.
     Di arena bisnis alat telekomunikasi (yang telah melebur dengan  bidang entertainment, office-tools, library, dll) ditandai dengan  maraknya penjualan iPhone 4S, produk terbaru Apple yang sekaligus  merupakan warisan terakhir  Steve Jobs, yang telah mencapai angka 4 juta  unit sampai pertengahan Oktober 2011 di pasar: Amerika Serikat,  Australia, Kanada, Perancis, Jerman, Jepang dan Inggris. Selain memang  ada peningkatan kinerja produknya, dikabarkan iPhone 4S ini memiliki  kelebihan kecepatan prosesor, teknologi pengenal suara dan kualitas  kamera yang lebih baik dibanding tipe pendahulunya iPhone 4, larisnya  produk anyar dari Apple ini juga mengandung aspek emosional para  pelanggan sepeninggal pendiri Apple, sang pemimpin kharismatik Steve  Jobs, yang barusan wafat setelah beberapa tahun berjuang melawan kanker  pankreas yang dideritanya.
***
     Dalam  penerawangannya ke tahun 2025, salah satu indeks masa depan ekstrim  menurut James Canton (The Extreme Future: The Top Trends That Will  Reshape The World In The Next 20 Years, 2007) disebutkan, “Ratio of  women to men in the workforce: 2:1” dan, “Percentage of Americans living  past the age of 100: 25” lalu, “Percentage of Americans living past the  age of 100 who are women: 80” dan yang menarik soal penampilan, “Rank  of plastic surgery as a household expense after food: 2” serta perilaku  harian  dalam menghabiskan waktu, “Average number of hours daily each  American watches TV on the internet: 10”. Ini fenomena yang luar biasa  dampaknya.
     Dan, beberapa gejala tadi ditengarai bakal  muncul di dalam suatu konstelasi pemasaran global yang dicirikan oleh 5  faktor yang – menurut James Canton – kuat mempengaruhi bentuk masa depan  secara ekstrim, yaitu: 1) Kecepatan (Speed). Tingkat percepatan  perubahan bakal membutakan, mencakup hampir segala hal, dan menyentuh  setiap aspek kehidupan kita. 2) Kompleksitas (complexity). Lompatan  besar dalam hal jumlah kekuatan-kekuatan yang sekilas nampaknya tak  berhubungan satu sama lain, padahal dampaknya bisa langsung kepada gaya  hidup kita, pekerjaan dan keamanan pribadi maupun nasional. 3) Resiko  (risk). Banyak resiko baru, juga resiko lebih besar serta ancaman mulai  dari terorisme, kriminalitas sampai perekonomian global yang  terus  bertegangan tinggi yang bakal membayangi setiap aspek kehidupan manusia.  4) Perubahan (change). Penyesuaian-penyesuaian drastis di dalam  pekerjaan, komunitas, dan relasi-relasi bakal memaksa kita untuk  senantiasa
cepat dalam beradaptasi terhadap perubahan-perubahan  radikal. 5) Kejutan (surprise). Terkadang kejutan yang baik, tapi kerap  juga sulit dibayangkan bakal seperti apa kejutannya. Pendeknya,  surprises akan menjadi daily-features kita, dan kejutan-kejutan itu akan  senantiasa menantang daya indera dan logika kita.
***
     Berkat kemajuan di dunia kesehatan, manusia bakal memperpanjang  usia, dalam di dalam umur panjang itu manusia digerakan oleh hasrat  untuk bisa menikmati dan memaknai hidupnya seoptimal mungkin. Maka gerak  pemasaran global bakal dipicu dan sekaligus diarahkan terhadap upaya  menjawab pertanyaan-pertanyaan menggoda (teasing-questions) seperti  misalnya: What does it mean for the future of entertainment if 80% of  consumers are on the internet downloading games, video, music, and  information? What does it mean for the future of health care if 90% of  consumers want tests or reveal their genetic destiny? What does it mean  for industry and society if 100 million consumers control $20 trillion  of assets and want to live to age 100 as healthy and active as they can  be? What does it mean to global peace and security if terrorists, drug  dealers, and organized crime link up to attack the world’s  institutions?  What does it mean to global growth and
productivity  if we do not discover new energy sources as oil supplies are dwindling?  What is the future of society if global warming and climate change are  not resolved by 2050, when there will be close to 9 billion people on  the planet?
     Pertanyaan-pertanyaan yang imperatif bagi para  global-marketers. Gegar masa depan (future shock) akan berakibat gegar  budaya (culture shock) jika kita tidak mengantisipasi jawaban terhadap  pertanyaan-pertanyaan kritis-kreatif (dan menggoda) seperti itu. Sudah  pada galibnya memang, kebudayaan manusia bergerak dan berkembang dipicu  oleh rasa penasarannya sendiri. Menjawab tuntutan hasrat hatinya, “there  is no reason not to follow your heart..” kata Steve Jobs. Dan jeritan  pertanyaan-pertanyaan ini bukanlah ditujukan kepada rumput yang  bergoyang.
--------------------- -----------
Catatan:
Artikel ini telah dikontribusikan oleh Kontributor milis The Managers Indonesia ke Majalah MARKETING. Sengketa atas Hak Kekayaan Intelektual menjadi tanggung jawab Kontributor milis/Blog
Tidak ada komentar:
Posting Komentar