Hore, Hari Baru! Teman-teman.
“Rat  race,” adalah istilah yang lazim digunakan untuk menggambarkan  rutinitas hidup yang kita jalani setiap hari. Khususnya Senin sampai  Jumat. Bangun pagi-pagi sekali, lalu buru-buru mandi, bergegas pergi,  tiba dikantor jam delapan pas, atau agak terlambat sedikit – eh banyak –  karena jalanan macet. Kemudian terbenam dalam pekerjaan yang sama  seperti kemarin. Begitu bel jam 5 berbunyi ‘Teng!’, otomatis alarm dalam  pikiran kita berteriak ‘Go!’. Hasilnya? Ya begitu-begitu saja. Itulah  “Rat race”. Saya tidak tahu jika Anda termasuk pemain dalam drama rat  race seperti itu atau tidak. Tetapi, setiap orang dalam arena balapan  tikus itu senantiasa bertanya-tanya; kenapa hidup gue tetap  begini-begini aje? Padahal lingkungan hidup kita berubah loh. Bahkan  perusahaan pun berubah. Perubahan yang semestinya menyediakan kesempatan  yang melimpah terlewatkan begitu saja. Kenapa? Karena kita tidak bisa  menjawab pertanyaan ini dengan baik;”Kalau perusahaan berubah, kita  ngapain?” Emboh.
Tahun 2012 masih sekitar 7 minggu  lagi. Terlalu dini untuk dipikirkan sekarang. Itu benar, jika perhatian  kita hanya tertuju pada pesta meniup terompetnya. Namun, diatas meja  para petinggi perusahaan sudah begitu banyak agenda yang akan dilakukan  di tahun depan. Mayoritas karyawan baru mengetahuinya pada saat meeting  akhir tahun atau ketika rapat awal tahun dengan para managernya. Wajar  memang. Tetapi, menjadi tidak wajar jika ketika mendengarnya kita belum  memiliki sikap mental yang siap untuk menerima perubahan itu. Anda,  tidak bisa berharap perusahaan akan menjalankan strategi bisnis atau  kebijakan yang sama di tahun depan. Maka hal terbaik yang bisa kita  lakukan adalah menyiapkan diri untuk menari dengan perubahan yang  terjadi. Artinya, mulai sekarang kita sudah harus mempersiapkan diri  untuk itu. Kita mesti sama gesitnya dengan pergerakan dokumen strategi  perusaan di meja CEO. Minimal mengantisipasi. Bagi Anda yang tertarik  menemani saya belajar mempersiapkan diri menyambut perubahan di  perusahaan, saya ajak memulainya dengan menggunakan kemampuan Natural Intelligence dalam memandang 5 tipe sikap orang dalam menghadapi perubahan berikut ini:   
1.      Pasrah pada perubahan.  Boleh dibilang, sebagian besar orang pasrah saja pada perubahan. Bukan  karena ingin menerimanya, namun karena mereka merasa tidak memiliki  pilihan lain. Biasanya ya tidak nyaman karena ada rasa terpaksa. Memang  tidak semua orang yang pasrah merasa terpaksa. Ada juga yang pasrah  dengan benar-benar tulus ikhlas. Boleh? Oh boleh saja. Tetapi, jangan  sampai kita memposisikan diri sebagai obyek perubahan itu. Sikap pasrah  itu beresiko. Jika Anda punya atasan yang peduli, maka dengan kepasrahan  itu Anda bisa mendapatkan manfaat dari perubahan. Tapi, jika atasan  Anda tidak benar-benar peduli, maka Anda bisa menjadi ‘korban’ dari  perubahan. Dengan kemungkinan-kemungkinan seperti itu, menurut pendapat  Anda; Apakah sikap pasrah masih bisa diandalkan?
2.      Tidak peduli pada perubahan.  Mau berubah, kek. Mau ini itu, kek. Begini begitu. Terserah saja. Ada  orang yang berprinsip demikian? Banyak. “Yang penting, gua jangan  diungkit-ungkit!” begitu lanjutnya. Apapun yang terjadi di perusahaan  terserah management saja, asal jangan ganggu saya. Ini prinsip yang rada  kompleks. Mereka yang tidak peduli pada perubahan tidak menjadi  penghalang ‘gagasan’ untuk melakukan perubahan, tetapi mereka juga tidak  mau mendukung proses implementasinya. Tuntutan untuk ‘tidak mengganggu  kepentingan gue!’ juga sangat absurd. Sebab tidak ada perubahan bermakna  yang berdampak parsial. Semua elemen perusahaan memiliki  kesalingterkaitan satu sama lain, sehingga nyaris mustahil jika  kondisi-kondisi penting tidak terpengaruh oleh perubahan yang  signifikan. Boleh saja jika perusahaan hanya bermain didalam arena  perubahan yang kecil. Tetapi, jangan berharap tahun depan akan  memberikan hasil yang lebih baik. Sebab lingkungan bisnis berubah.  Perilaku pelanggan berubah, strategi pesaing juga berubah. Maka mau  tidak mau, perusahaan harus berubah. So, tidak peduli pada perubahan?  Bukan pilihan sikap yang tepat.
3.      Marah pada perubahan.  Aaarrrghhhtch! Tahun kemarin berubah! Tahun ini berubah! Setiap tahun  berubah! Maunya apa sih, perusahaan ini?! Ada orang yang marah-marah  begitu? Banyak juga. Namun dari semua upaya saya mencermati orang-orang  yang mengambil sikap marah atas perubahan di perusahaan, saya tidak  melihat ada orang yang ‘win’ dalam pertarungan ini. Mereka semuanya  ‘menabrak tembok’. Tentu Anda tahu bagaimana rasanya jika kepala kita  menabrak tembok, bukan? Benjol. Banyak karyawan yang tidak memiliki  kekuatan apa-apa namun ngotot untuk melawan proses perubahan di  perusahaan. Sehingga mereka bukan hanya menjadi penghalang bagi proses  perubahan, melainkan juga menjadi musuh para pengambil keputusan. Siapa  yang akan menang? Yang jelas, tidak dua-duanya. Kemungkinan besar  win-lose. Atau mungkin lose-lose. Tapi peluang terbesarnya, perusahaan  menang; dan karyawan yang melawan perubahan karena marah, biasanya  kalah. Jadi, apakah marah pada perubahan bisa menjadi pilihan bijak?  Definitely not.
4.      Menyesuaikan diri dengan perubahan.   Ini jenis orang yang bisa berdansa dengan perubahan. Meliuk kesana  kemari, menari dengan gemulai bersama angin perubahan yang behembus  sepoi. Anda bisa melihat sifat ini pada pohon bambu. Dia tidak pernah  melawan hembusan angin seperti yang biasa dipertontonkan oleh  pohon-pohon besar yang merasa dirinya tangguh. Makanya, ketika begitu  banyak pohon yang runtuh – pohon yang pasrah, pohon yang tidak peduli,  dan pohon yang marah – rumpun bambu sangat jarang sekali yang tumbang.  Angin berubah arah, tarian bambu pun mengikuti arah perubahannya.  Bahkan, mereka melakukannya sambil memainkan simfoni indah melalui  gesekan daun-daunnya yang bergoyang seirama dengan angin. Di kantor,  banyak juga orang yang pintar menyesuaikan diri seperti bambu ini.  Biasanya mereka bertahan lebih lama. Dan berkontribusi terus sesuai  dengan tuntutan perubahan. Merekalah orang-orang yang bersedia menjadi  bagian dari perubahan – dan tentunya – mereka juga turut menikmati  hasilnya. Apakah Anda sudah memiliki sikap mental seperti itu?
5.      Mengelola perubahan secara aktif.  Kebanyakan orang mengira bahwa ‘mengelola perubahan’ itu hanya bisa  dilakukan oleh para pengambil keputusan tertinggi. Jika saya belum  mempunyai jabatan setinggi itu, bagaimana mungkin saya bisa  mengelolanya? Keliru. Jabatan apapun yang Anda sandang, Anda memiliki  peluang untuk mengelola perubahan. Jangan pernah mengira bahwa proses  perubahan itu hanya akan berdampak pada level-level tertentu. Setiap  perubahan penting di perusahaan berpengaruh langsung kepada semua level.  Oleh karena itu, setiap orang pasti terkena imbasnya. Ciri orang yang  mengelola perubahan itu adalah; dia mengembangkan diri sendiri sesuai  dengan arah perubahan yang terjadi. Misalnya, sekarang Anda bertugas di  departemen marketing. Anda rancang karir Anda kedepannya seperti apa –  yang boleh jadi – ada di departemen lain. Lalu Anda menempa diri supaya  bisa memiliki kualifikasi yang dibutuhkan untuk meraihnya. Ketika  perubahan itu terjadi, Anda benar-benar mendapatkannya persis seperti  yang Anda rancang. Jika Anda mengira ini hanya teori, Anda keliru. Saya  bisa membuktikan bahwa itulah yang saya lakukan ketika masih berkarir  sebagai profesional.
Setiap orang  berhak untuk  menentukan sikan terhadap perubahan yang dialaminya dalam hidup. Anda  pun punya hak itu. Tetapi hendaknya kita sadar bahwa setiap pilihan  memiliki konsekensinya masing-masing. Tak seorang pun bisa memaksa Anda  untuk menentukan pilihan sikap. Dan tidak seorangpun yang bisa  melepaskan diri dari konsekuensi atas pilihan yang diambilnya. So, dalam  menghadapi perubahan itu; sikap mental seperti apa yang akan Anda  terapkan? Kita ambil pilihan nomor 4 atau nomor 5 saja yuk.
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman – 8 November 2011
Penulis buku ”Natural Intelligence Leadership” (Tahap editing di penerbit)
Catatan Kaki:
Anda boleh memilih untuk berubah atau tidak. Tapi perubahan itu akan tetap terjadi, dengan atau tanpa persetujuan Anda.
Silakan  di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung  saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai  tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar