Jumat, 24 Juni 2011

Bunga Rampai Tulisan Muhamad Agus Syafii:

Oleh:  Muhamad Agus Syafii:

1.   Self Therapy

Di setiap tulisan saya ada kisah-kisah nyata yang menunjukkan betapa kompleksnya kehidupan berkeluarga. Tulisan itu lebih bertujuan sebagai sebuah upaya agar berguna bagi pembaca yang merasakan penderitaan yang sama,  dapat melakukan 'self therapy' atau menyembuhkan luka di hati kita dengan belajar dari pengalaman orang lain. Hidup ini kita tidak sendirian menanggung derita, masih banyak orang lain yang lebih menderita dari pada kita. Kita bisa menggali potensi yang terpendam yang kita miliki, mengembangkan dan beraktualisasi diri. kehidupan berkeluarga. Tulisan itu lebih bertujuan sebagai sebuah upaya agar berguna bagi pembaca yang merasakan penderitaan yang sama,  dapat melakukan 'self therapy' atau menyembuhkan luka di hati kita dengan belajar dari pengalaman orang lain. Hidup ini kita tidak sendirian menanggung derita, masih banyak orang lain yang lebih menderita dari pada kita. Kita bisa menggali potensi yang terpendam yang kita miliki, mengembangkan dan beraktualisasi diri.

Bagi kita yang memiliki kepribadian yang kuat, wawasan yang cukup, peristiwa yang menyakitkan bukanlah akhir dari segalanya. Peristiwa yang menyakitkan adalah cobaan juga sekaligus riyadhah atau latihan kesabaran dalam kehidupan ini yang diberikan Allah kepada kita. Dalam banyak kasus yang saya temui membuktikan hanya orang-orang yang dapat mengubah cobaan menjadi kekuatan yang dahsyatlah yang mampu meningkatkan kualitas hidupnya, bukan hanya bermanfaat bagi diri sendiri namun juga bermanfaat bagi keluarga bahkan bermanfaat bagi orang-orang disekelilingnya dengan membantu menyembuhkan orang lain yang terluka hatinya.

Itulah sebabnya sebuah realitas setiap orang akan mengalami cobaan hidup, cobaan hidup entah seberapa beratnya cobaan hidup yang dialami seseorang akan membuat guncangan pada jiwa kita. Guncangan itu bergantung seberapa ketaqwaan kita kepada Allah. Semakin kuat pondasi ketaqwaan kita kepada Allah maka semakin kuat kita mampu menghadapinya.

Pengalaman atau cobaan tidaklah harus kita mengalami sendiri namun dapat kita peroleh dengan melalui membaca, mendengar atau melihat sebuah peristiwa. Dengan demikian kita semakin banyak bersyukur, maka Allah tidak memberikan kita cobaan yang berat pada diri kita. Bagi anda yang sedang mengalami cobaan, yakinlah dibalik semua peristiwa ada hikmah yang tersembunyi yang belum anda ketahui. Janganlah membenci orang yang telah menyakiti anda, karena mereka yang telah menyakiti anda hanyalah sebuah sarana untuk menguji ketakwaan dan kesabaran anda. Hanya bagi orang yang bersabar dan bertakwa maka Allah melimpahkan banyak anugerah dan kebahagiaan pada hidup anda dan keluarga. Sebagaimana Firman Allah.

'Kamu sungguh-sungguh diuji terhadap hartamu & dirimu. Dan juga kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang menyekutukan Allah, gangguan yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar & bertakwa maka sesungguhnya yang demikian itu patut diutamakan.' (QS. Ali Imran : 186).

Wassalam,
M. Agus Syafii
Selasa, 14 Juni, 2011 00:42

= = = = = = = = = = = = =

2.   Makna Akad Nikah


Akad nikah adalah syarat ketentuan dalam Islam, terpenuhinya rukun nikah terdiri dari adanya mempelai laki dan perempuan, adanya wali, dua saksi, mahar dan akad nikah itu sendiri. Sebagai peristiwa administrasi, akad nikah memerlukan kehadiran pegawai negara, dan seperangkat dokumen yang mendasari sah tidaknya akad nikah. Sebagai tradisi masyarakat, upacara akad nikah bisa merupakan event yang luar biasa, bisa juga dianggap biasa. Bagi kedua mempelai dan kedua orang tua masing-masing, peristiwa akad nikah merupakan peristiwa suci yang mengharukan, membahagiakan dan menguras air mata, tetapi juga menyegarkan.

Bagi orang yang lebih kuat tarikan agamanya (mutadayyin), kesakralan akad nikah karena di dalamnya ada perjanjian yang menggunakan nama Allah sebagai 'meterainya'. Akhadztumuhunna bi amanatillah wa istahlaltum furujahunna bi asmaillah.  Mengikat tali tanggung jawab dengan kepercayaan atau tugas (amanat) Allah, dan menghalalkan persetubuhan yang sebelumnya haram, dengan menyebut nama Allah. Sungguh luar biasa, peristiwa akad nikah bukan saja berdimensi horizontal (sosial biologis), tetapi juga berdimensi vertikal (ibadah dan amanah Allah).

Jika orang menangis dalam acara akad nikah, adalah karena terbayang betapa dimensi-dimensi ruhaniyah tentang perjodohan dan tentang nasib masa depan benar-benar ada dalam rahasia Allah. Jodoh benar-benar di tangan Allah, demikian juga nasib masa depan juga merupakan rahasia Allah. Wali, penghulu, maskawin,  selembar surat nikah sama sekali tak punya kuasa apa-apa. Oleh karena itu janji nikah harus untuk selamanya, abadi, sampai kiken-kiken dan ninen-ninen (kakek-nenek).

Akad nikah bukan sekedar upacara.  Akad nikah pengikatan secara esensial seolah dibawah tatapan langsung  Allah pada dua orang lelaki perempuan untuk hidup bersama sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi yang siap tunduk mengikuti aturanNya, landasan dalam rumah tangganya adalah beriman dan bertaqwa kepada Allah. Bersungguh-sungguh dalam komitmen hidup berumah tangga yang akan mendatangkan keberkahan bagi keluarganya dimasa mendatang, sebaliknya mempermainkan akad nikah dan mendangkalkanya yang hanya menganggap akad nikah sekedar upacara akan membuat kering kehidupan rumah tangganya kelak dikemudian hari.

Selamat bagi teman-teman yang baru saja menjadi pengantin baru, membentuk keluarga baru dan selamat juga bagi teman-teman yang hendak mempersiapkan pelaminan diwaktu dekat ini untuk mengarungi bahtera rumah tangga. Semoga Allah menjadikan keluarga kita semua menjadi keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah. Amin ya robbal alamin. sebagaimana Firman Allah, 'Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri2 dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung  dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda2 bagi kaum yang berpikir. (QS. ar-Ruum :21)

Wassalam,
M. Agus Syafii
Selasa, 14 Juni, 2011 22:31

= = = = = = = = = = = = = = = = = =


3.  Dihempas Cobaan Bertubi-Tubi

Entahlah bagaimana rasanya ketika hidup kita bersama keluarga ditengah kebahagiaan tiba-tiba hempas oleh cobaan & musibah bertubi-tubi? Sekuat apapun diri kita. Toh, akhirnya jatuh terpuruk & tersungkur di dalam penderitaan yang berkepanjangan. Tentunya teramat perih. Hati siapa yang sanggup untuk menanggung semua derita itu,  Ada kemarahan, kekecewaan. 'Kenapa harus sekarang Ya Allah? Kenapa Engkau berikan kami cobaan & musibah, ketika kami sedang bahagia? Sampai kapan derita ini akan berakhir? Sesungguhnya Allah memberikan cobaan & musibah pada hambaNya sebagai ujian, sebenarnya justru melepaskan dirinya dari kehancuran sehingga cobaan itu menjadi nikmat & karunia Allah yang terbesar baginya dan keluarganya.

Itulah yang terjadi pada seorang bapak. Ditengah kondisi dipuncak kariernya sebagai seorang pimpinan sebuah perusahaan, gajinya terbilang lebih dari cukup, fasilitas rumah dan mobil dari kantor, kondisi yang tercukupi kehidupan ekonominya, ditambah lagi dengan istri dan anak-anaknya yang mencintainya. Tiba-tiba perusahaan yang pegangnya diambang kehancuran karena adanya keharusan membayar kembali proyek besar yang dikerjakan gagal sesuai dengan jadwal karena adanya kesalahan pengerjaannya, anak-anak dan istrinya juga ikut merasakan kecemasan namun tetap masih setia mendampingi dirinya. Namun yang berat dalam hidupnya disaat bersamaan anaknya jatuh sakit yang segera dirawat di Rumah Sakit karena kena DB. Hal ini tentunya diluar apa yang diperkirakannya, berada diatas puncak kariernya malah mendapatkan kejutan yang tidak
diperkirakan.

Kepahitan hidup yang bertubi-tubi yang dihadapinya mencoba instropeksi diri, beliau menyadari sejak lama sudah lama meninggalkan kewajibannya, boro-boro shodaqoh, menjalankan sholat lima waktu aja hampir tidak pernah dikerjakan, akibatnya dengan kejadian pahit ini membuat hidupnya menjadi terasa hampa. Tersadar akan hal itulah yang membuat beliau berkenan bershodaqoh untuk Rumah Amalia mengharap keridhaan Allah.

Seminggu kemudian anaknya yang sedang di Rumah Sakit sudah boleh pulang. Perusahaannya step by step sudah mampu menyelesaikan semua keuangan akibat dari kegagalan proyek yang dikerjakan bahkan  kerugiannya diganti oleh perusahaan asuransi. Sebulan kemudian perusahaannya mendapatkan tiga tawaran proyek, roda kembali berputar. Perusahaan, keluarga dan hidupnya dirasakan lebih indah & lebih membahagiakan. Keberkahan demi keberkahan kerap dirasakannya. Sejak kejadian itu keyakinan beliau bahwa dengan mendekatkan diri kepada Allah, giat menjalankan sholat fardhu dan rajin menyisihkan rizki untuk bershodaqoh akan membuat dirinya dilimpahkan keberkahan oleh Allah, menyelamatkan perusahaannya, menyembuhkan kembali anaknya yang sedang sakit, menyehatkan hati, juga tidak kalah penting adalah kebahagiaan bagi keluarganya.

'Alhamdulillah Mas Agus, disaat perusahaan & hidup keluarga kami diambang kehancuran, Allah melimpahkan keberkahannya, menyelamatkan perusahaan & keluarga kami.' Ucap beliau sore itu di Rumah Amalia. Air matanya mengalir begitu saja dengan derasnya. Isak tangis bahagia istrinya yang tak henti mengucap hamdalah, puji syukur kehadirat Allah.
'Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. (QS. al-Baqarah : 153).

Wassalam,
M. Agus Syafii
Rabu, 15 Juni, 2011 21:50


= = = = = =  = = = =

4.  Air Mata Seorang Ayah

Hari ini saya membuka email, hati saya terasa tersentak. Air mata mengalir tak tertahan. Setiap baris kalimatnya saya baca. Kata-katanya menghunjam  dihati bahkan mengoyak kelubuk yang paling dalam. Beliau menuturkan sebagai berikut. 'Mas Agus, putra saya meninggal dunia di usianya 2 tahun. tepat satu hari sebelum hari kelahirannya. Hari Ahad ketika saya libur, seharian kami bermain. Saya, istri dan anak bercanda seolah tiada mengerti apa yang akan terjadi. Badannya panas tiba-tiba, siang itu juga saya membawanya ke dokter. Tidak ada perkembangannya. Malamnya kembali saya membawanya ke Rumah Sakit dan anak saya yang sekecil itu harus diinfusnya dan mendapatkan oksigen. Sampai anak saya koma dan akhirnya tiada. Air mata saya tertumpah. Isak tangis tak bisa saya tahan. Saya memeluknya dan mencium wajahnya. Saya katakan pada, 'Sayang, ayah selalu mencintaimu. Kembalilah padaNya. Ayah ikhlaskan kamu..sayang.'

Dikalimat beliau selanjutnya ada kata-kata yang begitu indah namun terasa sebuah kepedihan dihati yang teramat dalam dan sebuah renungan bagi kita sebagai orang yang beriman, 'Saya yakin Mas Agus Syafii. musibah dengan meninggalnya anak saya ini adalah ladang peningkatan iman dan taqwa saya dan istri saya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.  Saya selalu ingat hadist Nabi yang sering Mas Agus kutip. 'Sungguh menakjubkan orang yang beriman karena segala urusannya adalah baik bagi dirinya. Dalam hal ini tidak akan terdapat melainkan orang yang mukmin.  Apabila ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur karena hal itu baik untuknya. Dan apabila tertimpa musibah, ia bersabar karena hal itu baik juga untuknya. (HR. Muslim).

Sungguh hebat beliau seorang ayah yang juga sebagai seorang mukmin mampu melewati semua penderitaan dan kepedihan dihatinya, disetiap tetesan air matanya adalah ladang peningkatan iman dan taqwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Itulah Air mata seorang ayah. Subhanallah.

Wassalam,
M. Agus Syafii
23 Juni, 2011 01:29


= = = = = = = = = = = = =

[The Managers] 'Self Therapy'

Selasa, 14 Juni, 2011 00:42
Dari:
Kepada:
agussyafii@yahoo.com
 
'Self Therapy'

By: M. Agus Syafii

Disetiap tulisan saya ada kisah-kisah nyata yang menunjukkan betapa kompleksnya kehidupan berkeluarga. Tulisan itu lebih bertujuan sebagai sebuah upaya agar berguna bagi pembaca yang merasakan penderitaan yang sama,  dapat melakukan 'self therapy' atau menyembuhkan luka di hati kita dengan belajar dari pengalaman orang lain. Hidup ini kita tidak sendirian menanggung derita, masih banyak orang lain yang lebih menderita dari pada kita. Kita bisa menggali potensi yang terpendam yang kita miliki, mengembangkan dan beraktualisasi diri.

Bagi kita yang memiliki kepribadian yang kuat, wawasan yang cukup, peristiwa yang menyakitkan bukanlah akhir dari segalanya. Peristiwa yang menyakitkan adalah cobaan juga sekaligus riyadhah atau latihan kesabaran dalam kehidupan ini yang diberikan Allah kepada kita. Dalam banyak kasus yang saya temui membuktikan hanya orang-orang yang dapat mengubah cobaan menjadi kekuatan yang dahsyatlah yang mampu meningkatkan kualitas hidupnya, bukan hanya bermanfaat bagi diri sendiri namun juga bermanfaat bagi keluarga bahkan bermanfaat bagi orang-orang disekelilingnya dengan membantu menyembuhkan orang lain yang terluka hatinya.

Itulah sebabnya sebuah realitas setiap orang akan mengalami cobaan hidup, cobaan hidup entah seberapa beratnya cobaan hidup yang dialami seseorang akan membuat guncangan pada jiwa kita. Guncangan itu bergantung seberapa ketaqwaan kita kepada Allah. Semakin kuat pondasi ketaqwaan kita kepada Allah maka semakin kuat kita mampu menghadapinya.

Pengalaman atau cobaan tidaklah harus kita mengalami sendiri namun dapat kita peroleh dengan melalui membaca, mendengar atau melihat sebuah peristiwa. Dengan demikian kita semakin banyak bersyukur, maka Allah tidak memberikan kita cobaan yang berat pada diri kita. Bagi anda yang sedang mengalami cobaan, yakinlah dibalik semua peristiwa ada hikmah yang tersembunyi yang belum anda ketahui. Janganlah membenci orang yang telah menyakiti anda, karena mereka yang telah menyakiti anda hanyalah sebuah sarana untuk menguji ketakwaan dan kesabaran anda. Hanya bagi orang yang bersabar dan bertakwa maka Allah melimpahkan banyak anugerah dan kebahagiaan pada hidup anda dan keluarga. Sebagaimana Firman Allah.

'Kamu sungguh-sungguh diuji terhadap hartamu & dirimu. Dan juga kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang menyekutukan Allah, gangguan yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar & bertakwa maka sesungguhnya yang demikian itu patut diutamakan.' (QS. Ali Imran : 186).

Wassalam,
M. Agus Syafii

Tidak ada komentar:

Posting Komentar