Selasa, 28 Juni 2011

Ketika Tua Menghampiri Kita

Saudaraku yang budiman,

Dulu aku primadona, mempunyai kemapanan dan disukai semua orang. Masa mudaku menyimpan kenangan indah, yang membuat aku merindukan untuk kembali pada masa kejayaan yang kini mulai pudar. Tidak ada lagi kebanggaan dan keangkuhan, disaat aku duduk tak berdaya diatas singgasana, yaitu kursi roda.

Aku ingat, ketika waktu kukorbankan untuk bekerja, demi mengejar impian besar menjadi pimpinan tertinggi di perusahaan. Aku melupakan kesadaranku, melawan dahaga dan laparku, tidak peduli letihnya badanku, lemahnya pikiranku. Hanya satu fokusku adalah menggapai puncak karir.

Demi hasratku, aku melupakan fisikku yang semakin besar dan rawan menderita berbagai penyakit degeneratif akibat kemunduran fungsi sel tubuhku. Aku memakan makanan lezat dan mahal demi menjaga citraku dihadapan orang lain, tidak peduli makanan sehat atau tidak sehat.

Tubuhku kubalut dengan pakaian bermerk dan menebarkan harum parfum import berkelas. Dan tentunya orang-orang menilai aku sebagai eksekutif muda yang berhasil.
Perawatan rambut, kulit, kuku dan muka menjadi prioritas, agar aku tampak sedap dipandang. Namun aku melupakan perawatan kebugaran tubuh. Aku tidak punya waktu berolah raga, Aku malas mengikuti pola hidup sehat, bagiku hidup untuk dinikmati bukan dikekang dengan aturan-aturan yang membatasi diri. Namun pandanganku itu keliru, dan aku baru menyadari saat berada diatas singgasanaku, kursi roda.

Kemapananku, melupakan aku pada orang-orang yang kukasihi. Pikiranku hanya tahu uang adalah solusi. Aku bekerja, membangun relasi, mengembangkan bisnis yang kumiliki, namun aku melupakan hubungan yang ada, hubungan atas dasar ikatan batin, ikatan darah dan ikatan tali pernikahan. Mereka yang baru, aku kejar demi eksekusi, dan aku menahan diri untuk emosi, walau kadang mereka membuat aku seolah tidak punya harga diri. Dan mereka yang lama, aku tidak peduli, hanya menambah beban dan tidak memberikan kontribusi, membuat aku frustasi dengan keinginan mereka untuk dicintai.
Ketika tua menghampiri, aku sendiri. Tubuhku semakin lemah, dalam bayang-bayang hipertensi, kolesterol, diabetes, jantung dan entah nama penyakit apalagi yang dokter beri. Dan aku menyesali diri.

Ingin kuputar kembali, masa mudaku. Menggunakan waktu secara bijak, menyadari akan kebutuhan ragaku, mengubah pola pikirku, memperbaiki pola hidupku, demi hari tuaku.

****

Saudaraku, mari sejenak kita berpikir tentang hari tua, agar kita tahu apa yang harus kita persiapkan sekarang untuk meyambut babak kehidupan baru, disaat usia bertambah dan produktivitas kita menurun seiring waktu.

Pernahkah kita berpikir, disaat anak-anak kita tidak memiliki waktu untuk kita, disaat anak-anak kita lebih fokus pada pekerjaan dan keluarga kecilnya, disaat pasangan setia kita tidak sanggup untuk melayani kita atau meninggalkan kita.

Mungkinkah, rasa ingin dicintai dan diperhatikan, memaksa ego kita sebagai orang tua untuk merusak kebahagiaan anak-anak kita. Berapa banyak menantu yang berselisih dengan mertua karena ketakutan kita sebagai orang tua disaat hari tua. Kita takut sendiri, kita takut kehilangan cinta dan kita takut kematian.

Mungkinkah kita mampu menjamin saudara-saudara kita, anak-anak kita untuk sabar merawat kita disaat kita tidak berdaya. Berapa banyak ketidakharmonisan pasangan muda yang disebabkan oleh beban untuk merawat orang tua.

Ketika kita tua, akankah kita melewatkan waktu dengan kesedihan, kebencian, sumpah serapah dan kegagalan anak kita. Lalu kita harus bagaimana?
 
Salam sukses dan bahagia selalu untuk kita,

Nugraha AMIjaya
Selasa, 28 Juni, 2011 03:38

Tidak ada komentar:

Posting Komentar