Selasa, 28 Juni 2011

DEWA RUCI

Oleh:  Rudi Zamroni
Dewa Ruci, bermakna sebagai Dewa yang halus, Dewa yang menjadi guru Arya Werkudara alias Bima, salah satu dari Ksatria Pandawa.
Memiliki penampakan persis seperti Bima, berkuku "Ponco Noko", berkain poleng, segalanya persis Bima, hanya saja Dewa Ruci memiliki tubuh yang mini.
Dalam pengembaraannya mencari "Air Suci Penghidupan" atas perintah sekaligus tipu daya gurunya yakni Pandita Dhurna, dalam ombang-ambing gelombang samudera muncullah sosok mungil seperti anak kecil dengan rambut berkibar-kibar bermain diatas laut, dari sepatu yang dikenakannya itu adalah sepatu milik Dewa, dia bernama Dewa Ruci.
Dewa Ruci bertanya pada Bima, "Bima, apa tujuanmu tinggal dilaut?, kau datang hendak mencari 'Air Penghidupan' karena petunjuk gurumu, meski segala sesuatu disini susah dan tak ada yang dapat dimakan, dan hal itu membuat orang yang bertapa sulit menikmati hidupnya".
"Jangan pergi bila belum jelas maksudnya, jangan makan bila belum tau rasa yang dimakan, jangan berpakaian bilabelum tau nama pakaianmu. Kau bisa tau dari bertanya dan dengan meniru juga, jadi dengan dilaksanakan, demikian dalam hidup, ada orang bodoh dari gunung akan membeli emas, oleh penjual emas diberikan sesuatu yang kuning dikira emas mulia, demikian jika kita berguru, bila belum paham jangan menyembah tempat yang harus disembah".
Dewa Ruci-pun mengajarkan kepada Bima ilmu hakikat, tentang ajaran 'Kenyataan'.
Sewaktu Bima berguru "Ilmu Hakikat" kepada Dewa Ruci, beliau meminta Bima untuk masuk kedalam badannya.
Bima heran, dan lantas bertanya, "Cukupkah badanmu saya masuki, sedang tubuh anda hanya sebesar kelingking?".
"Jangankan hanya sebesar dirimu, dunia dan seisinyapun dapat masuk dalam badanku"
Atas petunjuk Dewa Ruci, akhirnya Bimapun dapat masuk dalam tubuh mungil Dewa Ruci.
Wejangan Dewa Ruci.
1. PANCAMAYA.
Saat berada dalam tubuh Dewa Ruci, tampaklah lautan luas yang kosong, tanpa dapat membedakan arah, semua hampa dan sepi, kemudian menjadi cahaya TERANG dan terlihatlah Dewa Ruci, memancarkan sinar dan dari situ dapat diketahui arah, menimbulkan ketenangan hati, setelah itu tampak empat benda, yakni HITAM, MERAH, KUNING dan PUTIH...5 hal ini lah yang disebut sebagai Pancamaya.
Berkatalah Dewa Ruci, "Yang kau lihat pertama kali adalah CAHAYA, menyala namun tidak tau namanya dan sesungguhnya ada dalam hatimu, yang memimpin dirimu".
"Sedangkan warna Hitam, Merah, Kuning dan Putih adalah penghalang hatimu".
Hitam adalah segala kemurkaan, sebuah subyektivitas dan menutupi segala sesuatu tindakan baik, kebencian terhadap segala hal sehingga menggelapkan hati.
Merah menunjukkan nafsu, segala keinginan muncul dari sana, panas hati, emosi menutupi hati yang sadar kepada kewaspadaan, Kuning sebagai perusak, dan Putih berarti ketenangan hati.
Pada saat panca indera menanggapi segala sesuatu dari alam sekelilingnya, ia didorong oleh nafsu.
2. MAKROMOS-MAKROMOS,
Adalah alam semesta yang dapat ditangkap wujudnya oleh manusia, dan terrekam dalam alam bawah sadar sebagai pancamaya.
Maka alam semesta ini sesungguhnya ada dalam diri manusia sebagai bayangan maya, dan semuanya semu sifatnya.
3. PRAMANA,
Adalah denyut jantung, selama raga manusia masih hidup maka jantung akan tetap berdenyut, sementara 'penghidup' Pramana adalah sukma atau jiwa, yang dapat merasakan keberadaan sekitar, pembasuh keyakinan, termasuk ke Esa-an Sang Pencipta.
Bila raga manusia mati, maka Pramana akan mati, namun sukma sejati akam terus hidup dalam alam yang tak terbatas dimensi waktu.
4. ILMU PELEPASAN,
Tentang pegangan hidup dan kematian, bahwasanya kehidupan dimulai semenjak mahluk berupa janin, raga manusia bisa mati, dari tanah kembali ke tanah.
Sedangkan jiwa dan sukma yang menghidupi raga tidak akan mengalami kematian, namun kembali ke asalnya yakni Yang Maha Pencipta.
5. HIDUP DALAM MATI, MATI DALAM HIDUP.
Bahwa selama manusia hidup, nafsunya mendorong untuk melakukan segala sesuatu, nafsu untuk melakukan tindakan jahat dan buruk hendaknya ditekan dan dipadamkan, sehingga tertinggal nafsu yang mendorong manusia dalam perbuatan baik.
Dengan demikian manusia dapat lebih mendekatkan diri kepada Penciptanya.
------
Dewa Ruci adalah tokoh wayang ciptaan Sunan Kalijaga, yang ditafsirkan untuk memberi contoh bahwa jika manusia ingin mendalami suatu keyakinan (agama), dia harus berguru kepada orang yang mumpuni (berilmu dan berakhlaq yang baik), dan dengan selalu meminta petunjuk agar tidak tersesat, sebab bisa jadi guru yang kita yakini melakukan kesalahan.
Dan manusia harus selalu membersihkan dirinya dari godaan duniawi agar dapat menemukan kebenaran dan kebahagiaan hakiki.
RZ.
*disadur dari berbagai sumber.
Selasa, 28 Juni, 2011 03:12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar