Minggu, 05 Juni 2011

Half-Leader, 1/2 Pemimpin

Oleh: Harry "Uncommon" Purnama

Innovation distinguishes between a leader and a follower” (Steve Jobs, penemu Apple)
Half, separuh, rasanya kurang lengkap! Kini semakin jelas, tugas Supervisor, Manager, GM, Direktur, CEO korporasi, bukan hanya mencapai target bisnis jangka pendek semata. Ada yang lebih strategis dari itu, fungsi mengelola manusia (pekerja, timnya). Fokus untuk mengejar target bisnis,  nampaknya barulah peran "half" leader, baru separuh memimpin. Y
Yang separuhnya lagi, tentulah ia harus mengurusi timnya dengan sebaik-baiknya. John. C. Maxwell berkata: "Jika pemimpin berhasil mengelola orang, ia dengan mudah akan berhasil mengelola pekerjaannya. Ini yang terrumit."
Jika pemimpin dapat mengerti manusianya (pekerjanya, timnya) dengan baik, maka ia lebih mungkin akan berhasil dalam memotivasi timnya ddan ia lebih mungkin akan merubah organisasinya. Kebanyakan pemimpin masih kalang kabut dan tidak PD, bila harus memotivasi anak buahnya sendiri, karena ia tidak mengerti kebutuhan timnya dan tidak dekat dengan  mereka. Ia kurang mengerti kebutuhan anak buahnya. Contoh riilnya,  ada seorang direktur operasional di suatu perusahaan yang sudah bekerja sangat produktif selama 20 tahun dan telah membawa banyak perubahan yang signifikan    Mendadak baru-baru ini  minta ”resign”. Semua orang di perusahaan terkejut dan menyayangkan kepindahannya. Air mata perpisahan pun banyak berlinang saat farewell party. Ia sebenarnya direktur yang luar biasa, kerjanya bagus, sikapnya bagus. Beras sudah menjadi bubur, ia pindah ke perusahaan  lain. Lalu muncullah banyak spekulasi yang arahnya menyalahkan manajemen,. Manajemen dinilai banyak orang,  tidak becus mengurusi direktur operasional tsb. Manajemen dianggap tidak mengetahui dan mengenali kebutuhan emosional si direktur tadi.  Selidik punya selidik, ternyata si atasan langsungnyalah yang menjadi biang kerok kepergiannya. Si atasan terlalu arogan, sok tahu, sok pintar, sok dominan, sok wibawa, menjaga jarak dan tidak berusaha mendekatkan dirinya dengan si direktur, anak buahnya. Si direktur merasa lama-lama tertekan dan tidak lagi nyaman bekerja. Ia berusaha bertahan selama 2 tahun, tapi lama kelamaan hilang juga kesabarannya. Atasannya, tipe "half-leader." 
Kita masih banyak jumpai pemimpin  model 1/2 pemimpin.  Mereka sekedar berorientasi pada bisnis & profit,  tapi  hatinya jauh dari timnya.  Ada pula fenomena lain, pemimpin sangat dekat dengan timnya tapi tidak pernah mencapai target. Entah itu karena kompetensinya yang kurang (tidak becus) atau karena motivasinya yang sudah ambruk (tidak bisa bekerja produktif dan dinamis). Ada juga pemimpin yang IQ-nya tinggi api incomenya tak tinggi.  Ada direktur yang IQ-nya biasa-biasa tapi gampang bergaul dan temannya banyak, incomenya malah tertinggi. Ia bahkan dipuja-puja teman-temannya sekampus dahulu, sebagai eksekutif  sukses,  CEO perusahaan besar. Cara bicaranya biasa, isi bicaranya juga biasa, pola pikirnya tak aneh-aneh, seleranya juga biasa,  tapi sekali ia bicara, semua anak buahnya menurutinya dan melakukannya dengan sepenuh hati mereka. Pantas saja, ia sukses. Ia dijuluki si wajah hangat, apa saja yang ia kerjakan berhasil, mirip tanaman yang tumbuh di tepi aliran air.
Apa sesungguhnya yang membuat  seorang pemimpin pantas dipanggil bos? Bos berarti memiliki anak buah yang  loyal mengikutinya.  Pengikut Anda  berarti kelompok orang yang rela dan loyal mengikuti Anda. Jika Anda merasa memiliki pengikut, tapi mereka tidak sedang mengikuti Anda, mereka bukanlah pengikut Anda.  Mereka akan mengikuti pemimpin lain yang dapat mereka ikuti.
Hati pengikut tidak bisa dibeli dengan uang atau disogok dengan uang. Ada Manager Purchasing yang jagoan me-”markup” pembelian tapi tidak becus memanage anak buahnya.  Suatu hari,  tim audit mendatanginya dan  menjatuhkannya. Tak satupun anak buahnya menolongnya alias membiarkannya kejeblos masuk lubang yang digalinya sendiri. Begitu juga dengan satu GM Sales yang ambisius dengan target pribadinya yang selalu memaksakan kehendaknya sendiri pada semua Manager Salesnya. Ia dikenal tipe pemaksa, penjajah. Ketika ia dipindahkan ke Divisi lain,  semua anak buahnya bersorak : ”Syukurin bos pergi,  pergi yang jauh, jangan kembali lagi ke sini. Kami muak, kelainan jiwa..!”  Mereka adalah gambaran  half-leader di sekitar perusahaan kita. Yang lain lagi, ada eksekutif muda  yang membeli jabatan baru dengan harga sampai Rp 00 juta untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi.  ”With money you can buy position, but not respect”, bunyi pepatah Cina kuno yang sangat terkenal.
Half-leader sendiri bisa dipandang sebagai fenomena  kepemimpinan yang belum matang, belum dewasa, belum penuh. Keberadaannya  hari ini bagai gunung es,  nampak kecil di permukaan, tapi membesar di bawahnya.  Fenomina lain: "Saya sudah mencapai target, sudah sukses, sudah selesai, mau apa lagi!" kata GM Marketing di sebuah leasing company.  Sekali lagi, kepemimpinan tidak hanya dinilai dari soal mencapai target semata.  Sebaliknya, pertumbuhan volume yang mantap, profitabilitas tinggi, kepuasan stakeholder yang dahsyat, perbaikan citra perusahaan  yang tinggi, hanya bisa dicapai melalui manusia lain [your people].  Tim Andalah yang sesungguhnya hebat yang telah bekerja bagi Anda. Jika Anda tidak memeliharanya, mereka akan membelot dan meninggalkan Anda.  Secara fundamental Anda akan menemui kegagalan sebagai pemimpin, jika tak didukung anak buah Anda.  Anda lari sendirian ke utara, mereka berjalan ke selatan, berseberangan. Napoleon Hill menasehati  pemimpin  agar mereka mendekatkan  diri  dengan yang dipimpin. ”Bagaimanakah hidup dapat memberikan sesuatu untuk diri Anda, jika Anda tidak tahu apa yang Anda inginkan untuk tim anda dan Anda jauh dari mereka?” (Napoleon Hill).
Setiap pemimpin bisa sukses jangka pendek, tapi belum tentu sukses jangka panjang (langgeng). Penyebab utamanya, karena relasinya dengan timnya. Relasi pada umumnya masih dibangun diatas hirarki dan pangkat. Mereka tunduk kepada Anda, karena mereka takut. Pembantu Anda tunduk kepada Anda, juga karena takut. Teman-teman Anda tunduk kepada Anda, karena mereka takut kepada Anda, karena Anda dirut.  Sukses kepemimpinan Anda secara jangka panjang, dinilai dari ”seberapa besar Anda telah merubah manusia dari sesuatu menjadi sesuatu yang lebih tinggi?” Henry Kissinger pernah berkata: "Para leader tugasnya membawa orang yang dipimpinnya dari tempat mereka berada sekarang (”present”),  ke tempat terbaik dimana mereka belum pernah kesana (”future”).  Anda harus selalu bersama-sama dengan tim Anda menuju ke tempat yang baru. Anda harus bersama mereka memindahkan mereka. Anda harus memberi  nilai tambah yang sungguh ada artinya  bagi mereka.


Fenomena "half-leader"  biasanya  dikategorikan ke dalam 3 model kepemimpinan:

1. Leader tidak mengerti makna kepemimpinannya, tipe keledai
Hidup pemimpin tipe ini kurang bermakna apa-apa, ia sendiri tidak tahu mau kemana? Bagaimana mungkin ia mengarahkan timnya ke masa depan sedangkan ia sendiri tidak tahu harus kemana? Ia mempunyai sedikit kompetensi dan  tidak cukup memiliki visi & misi sebagai leader.
Tanda-tandanya, ia  pribadi yang hanya menjalankan perintah atasannya, kurang berinisiatif, kurang berani ambil resiko (”safety player”),  tidak pernah berani maju paling depan, selalu suka belakangan (penakut/pengecut).
Prestasinya kurang lebih pas-pasan,  senang mengurusi recehan kecil-kecil,  misalnya memperhatikan absensi anak buah, parkiran mobil yang tidak beraturan, mempermasalahkan office boy yang kurang disiplin, dst.
Orientasinya adalah sukses jangka pendek, pandai  mengejar setoran jangka pendek (target bulanan). Gejala ini disebut sebagai  ”leadership deficiency”  (kekosongan hidup pemimpin). Orang awam sering bilang, "..hidup mengalir sajalah...tak usah dipikirin, kemana nanti, yah...lihat aja nanti...," atau ", itu adalah sebagian ungkapan  dari tipe pemimpin  yang nampaknya intelektual  tapi tidak berisi. ”Ia tak pernah berani naik gunung yang tinggi...!” ”Ia tak punya global picture,”  ”Buka matanya dahulu..” kata sahabat yang lain. Jangan mengharapkan ia akan mampu berperan "directing" (mengarahkan tim), ”dominance”nya  biasanya juga rendah (dalam skala ”DISC”). Maksimum ia bisa berperan ”supporting” dalam arti  bisa bekerjasama.
Produktifitas tim tak berpengaruh apa-apa, jika ia ada atau tiada (tak banyak memberi ”added-value” bagi timnya). Tipe ini disebut tipe keledai (bodoh sendiri,  tapi tak mau berubah).

2. Leader tidak memiliki moral sebagai leader, tipe singa
Amanah memimpin baginya hanyalah retorika teori, yang penting baginya saat ini adalah “perutnya” kenyang, jabatannya aman, incomenya dipertahankan terus tinggi. Tanda-tandanya antara lain:  "Ia  nampak jadi supermannya, jadi heronya atau jagoannya sendiri", ”single-fighter”,  pekerjaan tim disabetnya sendiri. Ialah si perkasa tapi tak punya moral.
Konteks keseluruhan bisnis, tidak ia kenal. Teamwork pasti tidak ia sukai. Ia terbisa melakukan semuanya sendiri, ia akan ”ngotot” bahwa ia bisa, kalo perlu lembur sabtu / minggu untuk menunjukkan kehebatannya & loyalitasnya.  Tetapi, ini semua hanya ia lakukan mati-matian jika  didepan manajemen.
Kompetensi ia punya, ia Manajer yang cakap, bisa saja ia lulusan S-2 dalam atau luar negeri. Change management, ia biasanya anti (tidak suka). Ia membela mati-matian dirinya sendiri. Ia suka “menggencet” timnya sendiri, ia “kepret” saingannya, ia menyukai main kolusi dengan “kliknya” / gengnya sendiri, antar para singa.
Ia tidak pernah mau berperang di depan, ia singa yang sembunyi di belakang. Meski sebenarnya ia mampu, badannya besar, otaknya besar, suaranya besar, mirip seekor singa. Tapi, ia pandai bicara, pandai bersilat lidah. Jika ada  masalah, anak buahnya disuruh mewakilinya, menjadikan ia jenderal yang kecil nyalinya, oleh karenanya meski ia GM pangkatnya, ia tidak dihormati oleh siapa saja dalam timnya.
Ia tak segan-segan “membunuh” Anda, apalagi jika Anda lawannya. Ia tidak peduli terhadap lingkungan. Jangan sekali-kali minta pertologan (favor) darinya, Anda bisa kena  bentak dan hinaan.
Ia mau sukses sendiri, menang sendiri. Kejujuran tidak ada dalam kamusnya. Ia pemberani, hanya jika  disupport atasannya, jika tidak ia akan lari.  Ia super egois. Jika ada kesempatan sedikit, ia akan cenderung ”korup”. Ia penjilat besar, ia pemburu dalam kategori kehidupan hutan. Oleh karenanya, ia tak akan pernah bermain bagus sebagai ”team player”.
Ia tipe “controlling” kuat (suka mengawasi pekerjaan anak buah), jauh dari tipe “delegating”. Semua jika bisa ia “makan” sendiri. Berada di dekatnya, hawanya cenderung panas! Sulit tentunya Anda bekerjasama dengannya. Pemimpin jenis ini disebut tipe singa (kuat & tak bermoral).

3. Leader tidak memiliki jiwa melayani sebagai leader, tipe ular
Tujuan utamanya, mencapai target, selesai. Ia tidak terlalu pusing dengan anak buahnya, apakah bodoh, apakah tidak disiplin, ataukah sering bolos kerja. Jika anak buahnya ada yang sakit di RS, ia bahkan tidak menunjukkan rasa simpati sedikitpun. Ia tidak akan membesuknya / menengoknya.
Baginya bisnis jauh "terlebih" penting dari pada mengurusi  ”people” . (orang).  Ia tipe diam,  orang bilang, ”..cuek baby abis...” Mengurusi orang, memang bukan prioritas baginya.
Ia ”tukang” memaksa semua orang dalam timnya, untuk apa? Untuk bekerja keras dan untuk mencapai target perusahaan demi ia sendiri. Ia sendiri? Lebih suka tidur-tiduran di ruangannya dalam kaca, mirip seekor ular. Ia suka enak sendiri. Jika Anda tidak mencapai target, Anda akan dihabisinya di depan umum. Kalau perlu Anda dimaki di depan banyak orang.
Ia oleh karenanya suka pamer. Ia tak suka orang “lelet” dan “slow”. Ia bertipe "task-oriented", sangat berorientasi pada tugas. ”Sampai mimpipun, soal pekerjaan dan target...!” kata anak buahnya yang sakit hatinya.  Ia terbilang ”workaholic”, kerja kerasnya tak diragukan, tapi jika ia di depan atasan, mirip tipe singa. Ia tidak suka ditantang dan dipancing. Ia akan ”menggigit” Anda.
Ia juga tipe pemenang sendiri, tak mau dikalahkan anak buahnya. Jadi, jika Anda anak buahnya, jangan coba-coba menyaingi dia di depan atasannya, bahaya bagi Anda!  Ia pemimpin kejam, bengis, tegaan, sadis. Orang bilang, ”..cool man..!!” Ia Manajer dan GM super tega, kejam, tak kooperatif sama sekali. Ia tipe ”controlling”, ”analizing”, dan ”supporting”,  sedikit ”delegating”.  Ia disebut tipe ular (tipe pemimpin tak mau peduli, enak sendiri).


Pemimpin Anda masuk tipe yang mana? Fenomena 1/2 pemimpin banyak di sekitar perusahaan yang sedang 'booming'. Pasar dan bisnis yang meledak tiba-tiba,  mendorong munculnya banyak 1/2 pemimpin ['half leader']. Mereka jago  mengejar untung jangka pendek, melupakan tujuan jangka panjang.
Sebaliknya, pemimpin yang unggul dan super efektif tahu betul bagaimana menggarap [”engage”] manusianya terlebih dahulu, baru bisnisnya. Fokusnya terasah untuk memikirkan strategi jangka panjang dan targetnya ialah ”sustainability dan profitability” jangka panjang. Mereka tidak terlalu terganggu oleh target jangka pendek untuk survival perusahaan. Namun, mereka mampu mengelola 2 fokus, pertama: fokus jangka pendek untuk survival, dan kedua, mampu meluaskan pandangannya ke  depan (the present is a key to the future). Investasinya ke masa depan adalah minatnya (passion) dan keberpihakannya (interest) kepada para manusia yang dipimpinnya (his/her people).
Bagi yang kakinya masih digaris ini, Anda  perlu menggenapi sisanya yang 1/2 melalui pemulihan hubungan dengan tim kerja (relationship fullfillment), keberpihakan pada ”people development dan engagement,”  merubah fokus strategis ke jangka panjang dan berinvestasi kepada manusia  di perusahaan Anda. Barulah Anda genap sebagai pemimpin penuh. Layak dianggap pemimpin sejati. Hiduplah dan berfikirlah layaknya pemimpin besar yang sejati, maka keajaiban akan datang kepada anda. Percayalah!  "Work as if you were to live a hundred years. Pray as if you were to die tomorrow." Benjamin Franklin

Stay hungry, stay foolish
Harry "uncommon" Purnama
Buku "Leaders with Passion"
Gramedia Pustaka Utama, 2010


Jumat, 3 Juni, 2011 20:36

Tidak ada komentar:

Posting Komentar