'Oleh: Dadang Kadarusman
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
Catatan Kepala: ”Berubah  itu memang tidak selamanya enak. Tapi tidak selamanya tidak enak kok.  Terutama kalau kita menyadari manfaat jangka panjangnya untuk diri kita  sendiri.”
Perusahaan  Anda terus berubah? Mestinya sih demikian. Jika tidak, maka Anda  sebaiknya berhati-hati. Karena perusahaan yang tidak berubah, akan  ketinggalan zaman. Dan sangat rentan untuk dikalahkan oleh kompetitornya  yang berubah secara dinamis. Iya sih. Tapi..., kalau perusahaan  mengalami perubahan; berarti kita sebagai karyawan harus ikut berubah  juga toh? Iyya dong. Wah, kalau begitu tidak enak dong. Bukankah lebih  nyaman jika kita begini-begini saja? Heeeey..., jika kita memilih  ‘begini-begini’ saja, maka tidak akan pernah ada perbaikan. Dan sampai  pensiun pun kita akan ‘begini-begini’ saja. So, kalau kita ingin  mendapatkan peluang dimasa depan; maka kita harus mendorong perusahaan  untuk melakukan perubahan. Dan menyesuaikan diri dengan perubahan yang  dicanangkan perusahaan. Bersediakah  Anda?
Baru tiga setengah tahun saya meninggalkan perusahaan tempat saya dulu bekerja.  Suatu ketika saya bertemu dengan sahabat lama yang masih bekerja  disana. Beliau bercerita tentang perubahan yang banyak terjadi disana.  Bukan sekedar struktur organisasi yang berubah. Bahkan ruangan-ruangan  kerja serta kubikal pun ternyata banyak sekali yang berubah. Bisa  dibayangkan betapa besarnya perubahan yang terjadi. Dan, jika  orang-orang tidak bisa menyesuaikan diri dengan perubahan itu;  kemungkinan besar akan kehilangan kenyamanan dan kegembiraan yang selama  ini mereka dapatkan. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar untuk menyesuaikan diri dengan perubahan di  perusahaan, saya ajak memulainya dengan menerapkan 5 prinsip Natural Intelligence (NatIn™), berikut ini:  
1.      Ingatlah bahkan diri kita pun berubah sepanjang waktu. Coba sesekali Anda buka album foto pribadi Anda.  Tidak usah yang lama. Yang baru pun boleh juga. Lihatlah gambar Anda di  foto itu. Lalu tengoklah kedalam cermin. Adakah bayangan di cermin sama  dengan gambar di foto itu? Jika Anda  cermat melihatnya, kemungkinan besar Anda bisa melihat gambaran  berbeda. Mungkin bedanya hanya rambut yang bertambah panjang beberapa  senti. Atau justru dicukur lebih pendek. Atau kuku tangan dan kaki Anda.  Atau ukuran tahi lalat dan bintik hitam diwajah kita. Lihatlah. Bahkan  diri kita sendiri pun berubah. Ingatkah Anda mengapa? Karena perubahan  adalah fitrah bagi semua mahluk. Oleh karenanya, jika Anda melihat ada  inisiatif perubahan di perusahaan; maka responlah perubahan itu sebagai  sebuah proses yang wajar. Sehingga dari dalam diri Anda, akan muncul  pemahaman pribadi.
2.      Perusahaan pun butuh berubah untuk berkembang. Untuk  bisa berkembang perusahaan harus melakukan perubahan. Mungkin struktur  organisasinya harus lebih nimble. Mungkin kebijakannya dibuat lebih  luwes. Mungkin pengeluarannya dibikin lebih terkontrol. Dan lebih banyak  lagi kemungkinan lainnya. Disisi lain, alam bawah sadar kita sudah  terlanjur terprovokasi oleh pemaknaan negatif terhadap perubahan. Baru  mendengar kata  ‘perubahan’ saja alarm dalam jiwa kita sudah sebel duluan. Kenapa harus  berubah sih! Lalu memasang mode curiga dan kekhawatiran. Ingatkah Anda  bahwa para pesaing Anda terus menerus berupaya untuk mengalahkan  perusahaan Anda? Tanpa kesediaan untuk berubah, perusahaan Anda akan  sangat mudah, untuk dibuat kalah. So, bantu perusahaan Anda untuk  berubah.
3.      Perubahan itu hanya bisa dilakukan oleh semua karyawan. Terus,  siapa yang akan melakukan semua inisiatif perubahan yang diperlukan  perusahaan itu? Tentu karyawan-karyawan di perusahaan itu sendiri. Kalau  bukan kita, siapa lagi? Lagi pula, seluruh impak yang ditimbulkan oleh  perubahan itu tentu berdampak langsung kepada para karyawan. Baik dampak  nggak  enaknya. Maupun dampak yang enaknya. Memang semua orang  ingin yang enak-enaknya saja. Tetapi, bukankah selalu ada harga untuk  setiap hal yang kita raih? Seperti pepatah mengatakan; berakit-rakit  kehulu, berenang-renang ketepian.  Mungkin pada awal perubahan itu kita merasakan ketidaknyamanan. Wajar.  Namun, semua ketidaknyamanan itu akan membawa kita menuju kepada  kesenangan-kesenangan dimasa kemudian. Itu jika kita bersedia gigih  memperjuangkannya. Jika tidak, maka perusahaan justru akan semakin  terbebani. 
4.      Mengintip cara berpikir pemilik perusahaan. Apakah Anda bekerja di perusahaan sendiri? Syukurlah jika demikian.  Karena, Anda pasti akan mati-matian memperjuangkan apa yang menurut  pendapat Anda diperlukan untuk mengembangkan perusahaan. Ya, memang  begitu yang seharusnya. Bagaimana jika ada  karyawan yang bekerja untuk Anda itu yang mbalelo dan menolak berubahan  yang Anda canangkan demi kebaikan perusahaan milik Anda itu? Apakah  Anda akan menerima penolakan itu dan Anda berpura-pura baik-baik saja?  Ataukah Anda akan menggantikan mereka dengan orang lain yang bersikap  koperatif dengan Anda? Pilihannya tentu berada ditangan Anda sebagai  pemilik dan pengambil keputusan. Bukan ditangan karyawan Anda yang  membalelo. Begitu lho, cara berpikir pemilik perusahaan. Lantas, apa  yang akan Anda lakukan; jika Anda seorang karyawan?
5.      Perubahan itu satu-satunya harapan untuk perbaikan. Mari tengok keadaan kita saat ini.  Apakah sudah sesuai dengan kondisi ideal yang Anda inginkan? Jika kita  masih merasa sebagai manusia, maka kita tentunya memiliki sifat tidak  pernah puas. Jadi. Hati-hati kalau mulut kita dengan teramat mudahnya  mengatakan;”Cukup kok, saya begini juga sudah senang....” Tahu  kenapa? Karena sebagai manusia, kita tidak pernah merasa cukup dengan  apa yang sudah kita dapatkan. Makanya, kita selalu mendambakan keadaan  yang lebih baik. Itulah pula sebabnya, mengapa Rasulullah gigih  mengingatkan kita tentang firman Tuhan yang bunyinya seperti  ini;”Sesungguhnya, Tuhan tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum  mereka mengupayakan perubahan dari sisi mereka sendiri.” Jika kita  tidak mau melakukan perubahan, tidaklah mungkin kita mendapatkan  perbaikan.
Dalam  event-event pelatihan tentang perubahan yang telah saya fasilitasi,  saya menemukan bahwa; kita ini sebenarnya tidak alergi dengan perubahan.  Hanya saja, kita sering sekali khawatir jika perubahan yang kita jalani  itu tidak memberikan hasil yang lebih baik. Kita ragu jika dengan  perubahan itu, kehidupan kita bisa jadi lebih baik dari sebelumnya.  Bagaimana jika malah menjadi buruk? Kita takut mengambil resiko itu.  Makanya, kita cenderung bertahan pada status quo alias menerima keadaan  saat ini. Meskipun sesungguhnya keadaan itu bukanlah kondisi yang kita  inginkan. Saya juga menemukan bahwa ketika kita sadar akan manfaat yang  bisa kita dapatkan dari proses perubahan itu. Dan tahu persis bagaiman  menjalani perubahan itu. Kita jadi yakin  bisa mewujudkannya. Dan kita. Tidak takut lagi menjalaninya.  Bersediakah Anda menjalani tantangan melakukan perubahan itu bersama  saya? Ayo. Kita lakukan bersama.
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DeKa – Dadang Kadarusman – 16 Mei 2012
Dare to invite Dadang to speak for your company? 
Catatan Kaki:
Yang  orang takutkan itu bukanlah perubahannya. Melainkan konsekuensi dari  perubahan itu. Maka lakukanlah sesuatu agar perubahan itu menimbulkan  konsekuensi positif dan menyenangkan. Jika demikian, pasti semua orang  akan dengan senang hati mengikutinya.
 Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai  bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu.  Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala  Anda tidak berkurang karenanya. 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar