Oleh: Dadang Kadarusman
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
Catatan Kepala: ”Tidak semua kesalahan perlu kita sesali. Ada kesalahan yang bahkan patut kita syukuri.”
No  body’s perfect. Kita semua sudah sejak lama memahami kalimat itu. Tak  ada seorang pun yang sempurna. Makanya, setiap orang boleh melakukan  kesalahan. Namun. Kenyataannya kita tidak selalu dapat menerima  kesalahan yang dilakukan oleh orang lain. Makanya, ketika orang lain  melakukan kesalahan; kita dengan mudahnya memberikan penilaian buruk  kepada mereka. Padahal, jika kita melakukan kesalahan; bukankah kita  menginginkan kesempatan kedua?
Tanpa  dinyana, seseorang yang dikenal sebagai pribadi yang tidak pernah salah  kemudian diketahui melakukan kesalahan sama seperti ketika beliau  mengkritik sebelumnya. Jika dulu beliau yang menghujat orang lain karena  kesalahan yang mereka lakukan. Sekarang, giliran beliau mendapatkan  hujatan dari orang lain. Apakah ini karma? Bukan. Ini adalah isyarat  bahwa siapapun bisa saja tergelincir untuk melakukan suatu kesalahan.  Makanya, ketika melihat orang lain melakukan kesalahan. Tidak sepatutnya  kita merasa seolah-olah diri kita serba bersih. Bahkan, ternyata dalam  batas-batas tertentu, justru kesalahan itu sangat penting bagi kita.  Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar mengambil pelajaran dari  kesalahan yang pernah kita buat, saya ajak memulainya dengan menerapkan 5  prinsip Natural Intelligence (NatIn™), berikut ini:    
1.      Memahami orang lain. Orang-orang  yang merasa tidak pernah melakukan kesalahan tidak dapat memahami,  kenapa orang lain melakukan kesalahan itu. Tidak jarang juga atasan yang  ‘merasa dirinya sempurna’ tidak bisa menerima ketika anak buahnya  melakukan kesalahan. Padahal, melakukan kesalahan merupakan suatu hal  yang wajar. Dan, sudah menjadi tanggungjawab atasan untuk membantu  mereka melakukan perbaikan. Atasan yang tidak pernah melakukan kesalahan  tidak mudah memahami kenapa anak buahnya sampai  melakukan kesalahan. So, jika Anda pernah melakukan kesalahan dimasa  lalu, tidak perlu disesali. Karena hal itu bisa membantu meningkatkan  kemampuan Anda untuk memahami orang lain.
2.      Menghindari penghakiman.  Mudah sekali bagi kita yang tidak pernah melakukan kesalahan untuk  menghakimi orang lain. Coba perhatikan kalimat ini; “Waktu saya masih di  posisi kamu dulu, saya tidak pernah melakukan kesalahan seperti itu.”  Sounds familiar? Memang baik jika kita tidak pernah melakukan kesalahan.  Tetapi, apakah iya benar demikian? Kalau pun benar demikian, bukanlah  berarti kita berhak untuk menghakimi. Apalagi jika kesalahan yang orang  lain lakukan itu tidak ada sangkut pautnya dengan diri  kita.
3.      Bijak dalam menegakkan aturan. Tentu  setiap peraturan dibuat untuk dipatuhi dan ditegakkan. Namun, hal itu  tidak berarti semua dilaksanakan secara hitam putih. Bahkan seorang  hakim pun tidak sembarangan menjatuhkan hukuman. Termasuk aturan  perusahaan. Ketika melihat seseorang melakukan kesalahan, misalnya; kita  tidak langsung serta merta menjatuhkan sanksi terberat. Hal ini tidak  mudah untuk dipahami oleh pemimpin yang belum pernah melakukan  kesalahan. Padahal, selalu ada kesempatan kedua untuk  memperbaiki keadaan.  Jika Anda pernah melakukan kesalahan  dimasa lalu, tenang saja. Karena masih ada kesempatan untuk tetap  menjadi pemimpin yang handal dimasa depan.
4.      Sadar jika kita ini juga sama tidak sempurnanya.  Salah satu tipe orang yang membuat kita tidak nyaman saat berhubungan  adalah orang-orang yang merasa dirinya sendiri sempurna. Jika kita tidak  pernah melakukan kesalahan, kita sering menuntut orang lain untuk  melakukan segala sesuatunya secara sempurna. Orang lain menyebut kita  sebagai Mr. atau Mrs. Perfectionist. Padahal, kenyataannya tidak ada  manusia yang sempurna. Untuk menjadi pemimpin yang handal, kita tidak  harus menjadi serba sempurna kok. Jadi, tidak perlu menutupi kesalahan  yang pernah kita lakukan dimasa lalu. Akui saja, sambil  terus berkomitmen untuk memperbaikinya.  
5.      Kesempurnaan bukan milik manusia. Yang  bisa kita dapatkan itu adalah tingkatan ‘near perfection’. Nyaris  sempurna. Bukan ‘sempurna’nya. Karena kesempurnaan bukanlah milik  manusia. Setiap kesalahan yang pernah kita lakukan dimasa lalu adalah  bukti bahwa kita ini manusia. Yang penting adalah, kita menyadarinya  dengan sepenuh hati. Lalu, melakukan tindakan-tindakan yang seharusnya  kita lakukan agar kita tidak melakukan kesalahan yang sama di masa-masa  mendatang. Dengan demikian, kita menjadikan setiap kesalahan sebagai  poin pembelajaran. Sambil pada saat yang sama mengakui, bahwa  memang hanya Tuhan yang memiliki kesempurnaan itu. 
Banyak  orang yang takut melakukan kesalahan. Hal itu menjadikannya pribadi yang  ragu-ragu dalam mengambil tindakan. Banyak juga orang yang malu  mengakui kesalahannya dimasa lalu. Hanya karena ingin agar citra dirinya  terlihat tetap bersih. Hal itu menjadikannya sebagai orang yang ngeyel.  Ndableg. Dan tidak mau mengakui kesalahannya sendiri. Untuk menjadi  pribadi yang terus berkembang, kita butuh keberanian untuk mengambil  resiko melakukan kesalahan. Dan ketika kesalahan itu terlanjur terjadi.  Kita juga butuh kebesaran hati untuk mengakuinya. Tanpa itu, kita tidak  akan pernah bisa bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman –  30 April 2012Catatan Kaki:
Kita  ini manusia. Jadi, wajar jika berbuat salah. Asal bersedia melakukan  perbaikan agar tidak mengulanginya lagi di kemudian hari.Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
Senin, 30 April, 2012 09:34

Tidak ada komentar:
Posting Komentar