.Oleh: Dadang Kadarusman
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
Catatan Kepala: ”Ada  banyak cara menghadapi orang-orang yang sulit. Namun, tidak ada jaminan  jika semua orang sulit bisa diatasi. Jadi selain teknik mengatasi  mereka, kita juga perlu memiliki teknik untuk tetap hepi saat berurusan  dengannya.”
Apakah  Anda sering dipusingkan oleh ulah anak buah atau anggota team yang  termasuk manusia sulit? Macam-macam bentuk sulitnya. Sulit diatur. Sulit  diajak bener. Sulit dikasih tahu. Sulit diarahkan. Sulit dikembangkan.  Sulit diajak kerjasama. Serta sulit-sulit lainnya. Kebanyakan leader  merasa beruntung jika tidak mempunyai anggota team yang sulit seperti  itu. Padahal, sikap seperti itu juga keliru lho. Kenyataannya,  keberadaan orang-orang yang sulit itu justru merupakan sarana yang  sangat efektif untuk mengasah kemampuan kepemimpinan kita.  
Selain  memusingkan. Orang-orang sulit juga memberi kita kesempatan untuk  bereksperimen dengan berbagai gaya dan pendekatan teknik kepemimpinan.  Memang agak melelahkan. Namun, semua energy dan sumberdaya yang kita  keluarkan itu memberikan efek yang sangat baik bagi ketajaman kemampuan  memimpin kita. Namun selain teknik mengatasi orang-orang sulit (dealing with difficult people techniques)  yang bisa kita pelajari di kelas training kepemimpinan; kita juga perlu  memiliki kesiapan mental. Agar kita bisa mendapatkan manfaat positifnya  secara optimal. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar membangun  sikap mental yang tepat saat menghadapi orang-orang sulit, saya ajak  memulainya dengan menerapkan 5 prinsip Natural Intelligence (NatIn™), berikut ini:  
1.      Nakoda ulung tidak lahir di laut tenang. Di danau dekat  rumah saya banyak ‘nakoda’ kapal wisata air. Meskipun mereka selalu  bisa membawa kapalnya dengan baik namun kita tidak menyebut mereka  sebagai nakoda yang handal. Sedangkan di pelabuhan Ratu, para nakoda itu  harus berhadapan dengan gelombang dan ombak yang besar. Begitu juga  dengan para pemimpin atau manager di kantor. Mungkin memang banyak  manager yang memimpin dengan baik. Mencapai hasil yang bagus. Tetapi,  kualitas mereka masih tidak sebaik para manager yang pernah membawa  teamnya melintasi situasi-situasi yang sulit. Makanya, ketika menghadapi  orang-orang yang sulit di team Anda; bersyukurlah. Karena itu merupakan  pertanda jika kualitas kepemimpinan kita berpeluang untuk meningkat  semakin baik. 
2.      Orang sulit itu seperti sparing partner hebat.  Di Afrika, seekor induk singa menangkap mangsanya. Tapi, mangsa itu  tidak dibunuhnya. Rupanya, mangsa itu diberikan kepada anaknya yang  masih kecil, agar dia bisa berlatih bagaimana caranya berburu. Di kebun  binatang, anak singa menerima daging yang sudah dipotong-potong. Meski  keduanya tumbuh menjadi singa dewasa; ternyata kemampuannya jauh  berbeda. Seperti itu juga kemampuan kepemimpinan kita. Orang-orang yang  gampang dipimpin, menjadikan kita atasan yang tenang namun  miskin keahlian mengelolan orang. Sedangkan orang-orang yang sulit,  membantu kita untuk menjadi pemimpin yang benar-benar handal. Mengapa?  Karena setiap orang sulit didalam team kerja kita, berfungsi seperti  sparing partner yang hebat.
3.      Memahami mereka lebih baik lagi.  Sejauh yang saya rasakan, orang yang benar-benar sulit itu tidak  sebanyak yang kita kira lho. Dalam banyak situasi, hal itu terjadi  karena kita belum memahami mereka. Jadi, bukan mereka yang kita anggap  pribadi yang sulit itu yang terlebih dahulu harus berubah. Kitalah  orangnya yang harus bersedia mengubah sudut pandang kita terhadap  mereka. Mengubah cara pendekatan kita kepada mereka. Dan memahami, bahwa  mereka membutuhkan teknik memimpin yang berbeda dengan cara-cara yang  kita terapkan kepada orang lain. Ketika kita memahami mereka. Dan  menemukan cara memimpin yang  lebih sesuai dengan karakter mereka, maka kita akan menemukan bahwa  ternyata, mereka bukanlah orang yang sesulit seperti yang kita kira.  Temuan itu, berawal dari pemahaman kita yang lebih baik terhadap mereka.
4.      Befokus kepada pekerjaan, bukan hal personal. Salah  satu tugas kepemimpinan kita adalah memastikan pekerjaan selesai dengan  hasil yang memuaskan. Sedangkan salah satu karakter orang sulit adalah  ngeyel dengan nilai-nilai yang dianutnya sendiri. Makanya, mereka jadi  sangat sulit untuk diajak menghargai nilai-nilai lingkungan. Lalu kita  terjebak dalam upaya memperbaiki perilaku itu. Sebaiknya, kita terlebih  dahulu fokus kepada pekerjaan yang harus mereka selesaikan sebagai  prioritas pertama. Jika pekerjaan mereka  sudah diselesaikan dengan baik, dan kita masih punya alokasi waktu dan  energy yang tersisa. Barulah kita gunakan untuk menyentuh aspek-aspek  perilaku orang-orang yang sulit itu. Dengan begitu, kita sudah terlebih  dahulu menyelesaikan misi terkait langsung dengan top line dan bottom  line perusahaan yang menjadi prioritas fungsi kepemimpinan kita.
5.      Menolong orang yang mau ditolong.  Bisasanya peluang orang-orang sulit mendapatkan kemajuan dalam karirnya  lebih kecil; dibandingkan dengan kolega mereka yang lebih adaptif dan  koperatif.  Dan sebagai pemimpinnya, kita memang  bertanggungjawab untuk membantu orang-orang sulit ini untuk juga  memperbaiki diri agar bisa membuka peluang yang sama dengan orang lain.  Namun, tak seorang pun bisa menolong orang yang tidak mau ditolong.  Ketika seluruh upaya maksimal kita untuk  menolongnya sudah dilakukan, namun mereka bersikukuh dengan nilai-nilai  pribadinya yang sulit, rumit dan kompleks. Maka tunailah tugas-tugas  kita. Karena sekeras apapun usaha kita untuk menolongnya, tidak akan  pernah berhasil; jika mereka sendiri tidak mau ditolong. Jika Anda sudah  sampai dibatas ini, ingatlah bahwa; bahkan para Nabi dan Rasul pun  tidak sanggup untuk membuat semua orang mendengarkan seruan mereka.
Selama  memimpin, mungkin kita menghadapi orang-orang yang sulit. Namun dengan  sikap mental yang tepat, kesulitan yang kita alami selama berurusan  dengan orang-orang yang sulit itu akan terbayar oleh imbalan berupa  semakin baiknya kemampuan dan kehandalan kita dalam memimpin. Kelak kita  akan tahu bahwa kita justru berhutang budi kepada orang-orang sulit  yang pernah berada dalam team kita. Karena tanpa mereka, kita tidak akan  tertantang untuk mengerahkan semua kemampuan tersembunyi yang  sesungguhnya kita miliki. Jadi. Jika sekarang Anda punya orang sulit di  team kerja yang Anda pimpin. Bersyukurlah. Berikhtiarlah. Dan.  Berterimakasihlah kepada mereka.
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DeKa – Dadang Kadarusman – 22 Mei 2012Catatan Kaki:
Memimpin  orang-orang sulit itu seperti memasuki kawah candra dimuka. Berat  sekali rasanya. Namun besar sekali manfaatnya. Bagi kematangan  keterampilan memimpin kita.
 Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat  bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong,  jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak  berkurang karenanya. 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar