Sabtu, 21 Mei 2011

Kepincangan Spiritual

Oleh:  Eko Jalu Santoso

“ Sibukanlah dirimu dalam berbagai aktivitas meraih prestasi kehidupan dunia, dengan tetap menyibukkan hatimu untuk Allah. Inilah prinsip keseimbangan – tetap realistis dalam kehidupan modern, dengan tetap memegang teguh nilai-nilai spiritualitas.”

Ilustrasi kisah ini bisa menjadi kendaraan pemahaman yang tepat untuk mengawali tulisan ini. Dikisahkan ada sekelompok orang yang berpendidikan baik dan bekerja cerdas dalam bidangnya. Penampilan merekapun terlihat rapi dan intelek. Mereka juga pandai membangun kerjasama yang baik dan saling mendukung satu dengan lainnya untuk tujuan keberhasilan pekerjaan mereka. Mereka juga bekerja sangat antusias, cekatan dan rapi dalam menuntaskan pekerjaannya. Bahkan solidaritas diantara mereka juga terlihat sangat tinggi.

Pada intinya secara professional, mereka adalah orang-orang yang sukses dan memiliki kecerdasan intelektual dan emosional yang baik. Mereka terlihat memiliki jabatan yang baik, karier yang cemerlang dan berbagai simbul-simbul kesuksesan lainnya. Bahkan secara material mereka memiliki kesuksesan yang mengagumkan, hanya dalam waktu singkat karier mereka, sudah berhasil meraih berbagai kekayaan harta, rumah mewah, mobil mewah dan simpanan bermilyar-milyar.

Namun, ternyata beberapa waktu kemudian saya membaca berita di berbagai media masa bahwa beberapa orang dari kelompok ini akhirnya harus berurusan dengan pihak berwajib dan bahkan sebagian sudah mendekam dipenjara. Mereka ternyata adalah orang-orang yang memiliki jabatan, tetapi bekerjasama menyalahgunakan jabatannya untuk melakukan tindakan korupsi yang merugikan uang rakyat, untuk kekayaan diri sendiri dan kelompoknya.

Inilah contoh hasil dari  ketidakseimbangan dalam kecerdasan spiritualitas. Meskipun memiliki kecerdasan intelektual yang baik dan kecerdasan emosional yang baik, tetapi mereka tidak memiliki kecerdasan spiritual yang baik. Saya menyebutnya memiliki “kepincangan spiritualitas” dalam pekerjaan dan aktivitas kehidupan. Mereka memiliki kecerdasan intelektual baik, talenta yang baik dan unsur-unsur kesuksesan lainnya, namun karena tidak diimbangi dengan kecerdasan spiritual, hasilnya adalah kesia-siaan dalam kehidupan. Meskipun secara professional nampak sukses luar biasa, tetapi sesungguhnya kesuksesannya tidak bermakna dan berakhir dengan kesia-siaan dan kesengsaraan.

Para guru kehidupan senantiasa mengajarkan kepada kita pentingnya keseimbangan dalam berbagai aspek penting kehidupan, diantaranya empat dimensi penting kehidupan yakni, fisik, sosial-emosional, intelektual-mind dan spiritual. Sayangnya banyak orang masih mengartikan spiritualitas keimanan secara sempit belaka. Ibadah seolah-olah hanyalah sebatas pada kegiatan ritual kepada Tuhan yang hanya dilakukan di tempat-tempat ibadah atau di dalam rumah saja. Nilai-nilai spiritualitas keimanan hanya didengungkan di tempat-tempat ibadah ketika menyembah Tuhan dan belum mempengaruhi perilaku dalam karier, bisnis dan kehidupan sehari-hari. Begitu keluar dari tempat ibadah dan berada di lingkungan kerja atau bisnis, nilai-nilai spiritual itu seolah-olah lenyap dan tidak muncul dalam perilakunya. Sehingga ketika berhubungan dengan orang lain, melupakan nilai spiritualitas yang tersalur lewat kehidupan sosial kemasyarakatan.

“Hidup secara keseluruhan memerlukan kepandaian untuk menyelaraskan beberapa aspek penting kehidupan. Puncak spiritual tercapai ketika kita mampu menyelaraskan beberapa aspek penting kehidupan, bagaikan keindahan harmoni sebuah musik orchestra.” Disinilah pentingnya kita dapat menyelaraskan dalam beberapa aspek penting kehidupan, temukan inspirasinya dalam buku, “Life Balance Ways”, yang diterbitkan Elex Media Komputindo (Kompas Gramedia Group).

Prof. Roy Sembel Ph.D memberikan pujiannya untuk buku Life Balance Ways ini sbb:
“Ada dua kutub ekstrim dalam menjalankan hidup: mengejar being—mengucilkan  diri menjadi pertapa untuk merenungkan kehidupan—saja atau sekadar doing—tidak peduli perenungan, hanya sekadar menjalankan saja. Bila ingin menjadi signifikan—membawa  nilai tambah bagi diri sendiri dan lingkungan Anda—kita perlu keseimbangan antara being dan doing. Buku Life Balance Ways karya Eko Jalu Santoso ini memberikan hasil perenungan dan pengalaman yang diramu secara menarik dan disampaikan secara komunikatif tentang keseimbangan antara being dan doing. Kombinasi seimbang antara gagasan filosofis dan tip praktis membuat buku ini enak dibaca dan bermanfaat.”
- Prof. Roy Sembel, Ph.D, Penulis buku The Art of BEST WIN.

Bila ingin hidup lebih bermakna – membawa manfaat dan nilai tambah bagi diri sendiri dan sesama – seimbangkan dalam beberapa aspek penting kehidupan. Semoga Bermanfaat.

Salam Mulia,
Eko Jalu Santoso
Kamis, 14 Oktober, 2010 23:30

Tidak ada komentar:

Posting Komentar