Senin, 23 Mei 2011

Praktek Followership dalam Bernegara

Oleh: Ratmaya Urip

Panggung politik kenegaraan membuat dahi saya mengernyit dan jari2 tangan ini tak henti2nya utk garuk2 kepala.

Praktek "lemahnya" Followership di tingkat elit ditunjukkan secara "gamblang" di depan konstituennya.
Masing2 partai politik dalam koalisi pemerintah "mengaku" memiliki visi dan misi yang sama. Namun anehnya selalu berseberangan dlm setiap pengambilan keputusan politik secara riil di lapangan, dlm operasionalnya.
Terus terang, saya bukan pendukung partai pemerintah maupun partai oposisi, selama elite politik dikuasai "politisi" bukan "negarawan".

Dalam kajian Followership di Manajemen Pemerintahan, dlm "case" pemerintahan yg sekarang, setiap terjadi pemungutan suara dlm usulan hak angket, partai2 koalisi pemerintah saling berbeda kepentingan sehingga berseberangan

Dr kajian saya, seharusnya jangan hanya Visi dan misi saja yang disamakan (stratejik), namun juga strategi, time frame baik short-mid term (tactical) dan resource, goal-objective, action plan-nya (operasionalnya).
Salah satu aspek penting dari pengertian Followership adalah kemampuan menjabarkan Visi, Misi, Culture dan Value yang diusung organisasi atau leader-nya menjadi action plan utk menghasilkan goal-objective, oleh follower-nya.

Tapi secara kasat mata nampak bahwa meski secara tersurat Visi dan Misi-nya "katanya" sdh disamakan, namun strategi dan action riil nya ternyata beda.

Apakah perbedaan strategi dan real action (meskipun Visi dan Misi "katanya" sama) tsb merupakan kesengajaan karena adanya permainan tingkat tinggi atau karena memang followership-nya lemah?

Wallahualam bi shawab.
Salam Manajemen

Ratmaya Urip

Selasa, 1 Maret, 2011 09:04

Tidak ada komentar:

Posting Komentar