Senin, 30 Mei 2011

Teror Bom di Juanda

 Oleh   Ratmaya Urip

Pagi hari, Rabu, 25 Mei 2011 di BlackBerry Messenger, teman saya sesama Pengurus di Asosiasi Manajemen Indonesia Cabang Surabaya (AMA-Surabaya), Ana Ongko, nongol di status BBM dengan sejuta doa yang menyentuh dan nampak panik. Saya agak heran, karena biasanya dia banyak menulis tentang jokes. Tentu saja saya tidak terlalu menangggapinya. Malah saya memelototi penampilan foto barunya yang bertengger sbg display foto, yang nampaknya baru. Karena baru  kali ini saya lihat. Dalam foto dia nampak cantik sekali. Saya sampai tidak mengira kalau itu adalah Ana. Maka sambil berseloroh saya mengomentari display fotonya sbb:

“An, fotomu koq cantik sekali. Aku sampai tidak percaya kalau itu kamu…habis kayak Gong Li, film star dari China favoritku…boleh naksir gak? Baru kali ini aku naksir kamu lho…!” selorohku, karena saya dan dia sudah  sangat dekat sebagai sahabat.

Namun jawabnya tidak seperti biasanya yang selalu penuh canda. Tumben dia serius banget dengan menjawab:

“Pak, jangan bercanda ini serius…”
“Lho yang bener…ada apa sih?”, sergap saya.
“Aku sedang di pesawat Garuda GA 313 mau ke Jakarta, sedang running di runway, mau take off, sementara ada pemberitahuan dari awak pesawat kalau pesawat mau kembali karena ada ancaman bom..! jelasnya.

Saya tentu  saja terhenyak. Namun tiba-tiba naluri wartawan saya ketika masih muda dulu muncul. Meskipun hanya wartawan kampus. Karena ini adalah NEWS…!

Maka kemudian saya semakin intens ber-BBM dengan Ana. Sebenarnya saya masih tidak percaya, kalau ada ancaman bom di pesawat. Karena kalau sudah mulai take-off kan semua HP wajib dimatikan. Namun kemudian saya berpikir, karena masalahnya serius, yaitu ancaman bom, apalagi sudah diumumkan oleh awak kabin, maka wajar saja jika penumpang panik, sehingga berusaha menghubungi keluarganya atau siapapun yang dekat untuk mengabari keadaannya saat itu. Ke Ana yang berada di pesawat, saya sampaikan kalau teman-teman di Suara Surabaya menghubungi, tolong di terima dan laporkan apa yang kamu alami, rasakan dan lihat. Di samping itu kepada Ana saya minta mengambil foto apapun yang mungkin dapat menjadi news, dengan HP Ana, dan segera kirim foto-foto tersebut via BBM ke saya.


Saya segera mengontak mBak Emma Rahmawati dan mBak Diah Ardani, yang kebetulan bertugas waktu itu di Radio Suara Surabaya 100 FM. Radio No 1 di Surabaya. Karena teman-teman di sana adalah sahabat saya. Maklum saya sudah 16 tahun ikut “menggawangi” salah satu program konsultasi manajemen dan bisnis secara mingguan di sana. Mulai dari Program dengan nama program “Dialog Dunia Manajer”, kemudian berubah menjadi “Solusi Manajemen Bisnis” sampai “Smart Solution”, yang merupakan  Program kerja sama Radio Suara Surabaya dengan AMA-Surabaya. Sejak dari program radio biasa sampai ke era internet radio dengan streaming-nya, sehingga temen-temen di seluruh dunia dapat menikmatinya..

Setelah itu kemudian secara eksklusif  Radio Suara Surabaya melaporkan pandangan mata Ana secara life, kemudian mengontak Tim penjinak bom, penanggung jawab keamanan Bandara dan lain-lain.

Sama dengan saya, ternyata temen-temen di Suara Surabaya yang segera saya kontak secara sigap segera me-response informasi awal saya. Media satu-satunya yang tahu untuk pertama kali tentang adanya teror bom di pesawat Garuda pagi itu adalah Suara Surabaya, karena  secara real-time dari detik ke detik menyiarkan berita secara life. Meskipun real time news yang memukau lainnya juga banyak, namun real time news tentang ancaman bom di pesawat, saya kira baru kali ini.

Contoh real time news lainnya yang sangat berhasil, adalah peristiwa kehilangan mobil, yang konon sampai mempunyai pemeo: “Laporlah lebih dulu ke Suara Surabaya secara life jika kehilangan mobil belum sampai satu jam, maka mobil anda pasti akan ditemukan kembali”. Ini memamg benar, karena ketika laporan kehilangan mobil yang biasanya juga menjelaskan tentang Nomor Polisi, ciri-ciri fisik, dan lain-lain mengudara, para pendengar di seluruh jalanan di Surabaya dan sekitarnya pasti akan berpartisipasi untuk memelototi setiap mobil yang yang ada di jalan, yang mirip dengan mobil yang hilang tersebut dan melaporkannya ke Suara Surabaya. Begitu juga para polisi, sehingga dengan reportase langsung dari lapangan, banyak mobil yang baru saja hilang, akhirnya ditemukan kembali.  Tentang hal ini para pendengar radio tersebut, khususnya yang berdomisili di Surabaya dan sekitarnya, sudah banyak yang tahu. Bagi yang dari luar kota Surabaya, yang belum banyak tahu, bisa mengakses di www.suarasurabaya.net.

Kembali ke Teror Bom.

Setelah itu baru media-media lain mulai mengikutinya, baik wartawan Koran maupun wartawan televisi. Sore harinya, baru berita tersebut muncul di televisi, dan paginya di Koran-koran pagi.

Pesan yang ingin disampaikan:


1.  Biasakanlah menjadi yang pertama dalam segala hal, karena di samping kepuasan batin kita juga akan memperoleh manfaat-manfaat lainnya.

Dalam manajemen dan bisnis, inovasi atau temuan yang pertama sering berbuah prestasi yang lebih baik daripada kompetitor kita. Pelopor lebih sering sukses daripada pengekor. Tentu saja kita harus dapat mempertahankan dan meningkatkan kepeloporan itu . Meski pengekor juga dapat menyalip kepeloporan kita, jika kita sering cepat puas diri, arogan, dan sombong. Maka janganlah cepat puas, sombong dan arogan dengan apa yang kamu lakukan maupun yang kamu hasilkan. Benahi, perbaiki dan cari lagi yang baru. Karena kamu memiliki tangan, kaki, benak dan hati, modal dasar untuk inovasi.
Karena pada hakekatnya, inovasi itu hanyalah : “melakukan secara nyata, sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan, sementara orang lain untuk berpikirpun belum melakukannya”.

2.  Dalam pengambilan keputusan, ada 2 cara yang biasanya dilakukan, yaitu secara  intuitif dan analitis.

Pengambilan keputusan secara intuitif dapat dilakukan oleh mereka yang memang sudah memiliki pengalaman empiris dalam pengambilan keputusan analitis. Jangan sekali-sekali melakukan pengambilan keputusan secara intuitif tanpa experiences yang cukup dalam pengambilan keputusan secara analitis. Karena mereka yang sudah sering melakukan pengambilan keputusan secara intuitif, itu sebenarnya melakukan kajian analitis juga, namun dilakukan secara cepat sekali dan instant, berbekal pada experiences-nya. Pengambilan keputusan secara intuitif tanpa didasari experiences berupa pengambilan keputusan secara analitik sebelumnya, hanya dapat berhasil mencapai goal & objective oleh mereka-mereka yang memiliki indra ke enam.

Pengambilan keputusan secara analitis, memang lebih dominan dilakukan, khususnya  oleh para manajer muda maupun madya. Namun jika kajian analitisnya terlalu lama atau tidak memperhitungkan waktu dan ruang, maka kesempatannya akan menguap begitu saja. Kehati-hatian memang perlu, namun jangan sampai menghilangkan pemanfaatan kesempatan yang ada.

Ingat,  kesempatan tanpa persiapan tidak akan menuai banyak, begitu juga persiapan tanpa kesempatan tidak akan ada artinya.

Salam manajemen
Wass. WW.

Ratmaya Urip

Kredo:
 Teori tanpa praktek adalah omong kosong, sementara praktek tanpa teori adalah ngawur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar