Senin, 30 Mei 2011

Menghadap Tuhan

Oleh:  Nugraha AMIjaya
Dua orang sahabat baik bermaksud menghadap Tuhan di Klenteng kuno. Satu orang bernama A, berniat untuk memohon kemudahan dalam urusan pekerjaan dan satu orang bernama B, berniat untuk mengungkapkan rasa syukur atas nikmat yang Tuhan berikan kepadanya.

Sepanjang perjalanan, A mengumpat kepada orang-orang yang tidak tertib dalam mengendarai kendaraan di jalan. B hanya tersenyum dan berdoa dalam hati semoga Tuhan menyadarkan orang-orang tersebut bahwa tindakannya dapat membahayakan dirinya dan orang lain.

Ketika tiba di depan Klenteng, A mengeluarkan perlengkapan sembahyang. Dia membuang sisa kemasan dupa tidak pada tempatnya dan B memungut lalu membuangnya ke tempat sampah.

A membeli banyak perlengkapan sembahyang dengan harga mahal, berharap Tuhan dapat menerima persembahan darinya dan mengabulkan doanya.

Ketika A dan B sama-sama ke toilet Klenteng, mereka mendapati toilet yang kotor dan jamban yang berwarna kuning karena air seni yang tidak disiram. A menggerutu dan berkata "orang-orang bodoh dan jorok", sedangkan B bertindak menyiram jamban dan lantai toilet sehingga bersih dan tidak bau pesing.

Sebulan berlalu, A belum juga mendapatkan kabar baik tentang usahanya sedangkan B mendapatkan keberuntungan berlipat-lipat.

"B, bagaimana bisa Tuhan sangat menyayangimu dan memberikan kesuksesan besar padamu sedangkan aku belum juga merasakan kebahagiaan yang aku inginkan?"

"A, ketahuilah bahwa Tuhan mencintai hambaNya yang mau mengabdi dan memujaNya, namun Tuhan sangat mencintai orang yang mau melaksanakan perintah-Nya dengan niat, ucapan dan tindakan nyata yang baik. Dan derajat hamba yang seperti itu yang paling tinggi dan Tuhan akan mengabulkan keinginannya. Itulah alasan aku belajar rendah hati untuk menyempurnakan ibadahku"

A berpikir dan mengingat kembali peristiwa satu bulan yang lalu. B tidak pernah mengeluh dan menyalahkan orang lain. B bereaksi positif dan menyelesaikan masalah yang dihadapinya dengan tindakan bukan dengan umpatan.

"A, Tuhan mengajari kita dengan cara-Nya melalui ucapan dan tindakan orang di sekitar kita. Semua Tuhan lakukan untuk melatih kita agar siap ketika tiba waktunya Tuhan mengangkat derajat dan memuliakan diri kita. Jika kita belum siap, maka Tuhan akan menunda kemuliaan kita sampai kita benar-benar siap. Semua karena Tuhan sayang kepada kita dan tidak ingin kita celaka dengan kemuliaan yang Tuhan berikan"

"Aku sadar B, saat itu aku mau menghadap Tuhan, namun aku berjalan menuju-Nya dengan perasaan dan cara pandang negatif terhadap makhluk ciptaan-Nya. Padahal Tuhan mengajarkan kita untuk saling menasehati dan bertindak untuk kebaikan. Pantas Tuhan memuliakanmu, karena kamu memahami ajaran Tuhan, tidak semata dalam bentuk ritual namun dalam tindakan nyata di kehidupan sosial. Terima kasih kamu telah mengajarkan pencerahan pikiran dan menunjukkan jalan untuk mensucikan perasaan".

"Bersyukurlah kepada Tuhan, Dia yang mengajarkan semua kepadamu agar kamu menyadari makna kesempurnaan dan cinta kasih Tuhan"

Semoga bermanfaat,

Nugraha AMIjaya

Minggu, 29 Mei, 2011 05:26

Tidak ada komentar:

Posting Komentar