Sabtu, 21 Mei 2011

Opini tentang Sukses

Oleh:  Harry "uncommon" Purnama

SUKSES DI LEVEL PERTAMA

Sukses, sebuah kata misteri, gaib dan mistis yang terus menjadi topik diskusi kehidupan. Semua orang tersihir dan terkesima, merasakan magnetnya. Orang bisa rela telanjang, nekat menjadi teroris, mati rasa menjadi koruptor atau membunuh karakter, demi untuk suksesnya sendiri.Bagi kebanyakan orang, sukses sering diartikan sekitaran bundaran: punya ini, punya itu, bisa ini, bisa itu, meraih ini, mencapai itu, melakukan sesuatu yang hebat-hebat yang orang lain tidak / belum bisa lakukan, mencapai sasaran karir/ target sales/ dreams rumah baru, impian mobil mewah, dst. Semuanya itu tidak salah. Biarkan saja orang banyak memiliki definisi suksesnya masing-masing, namun itu adalah SUKSES DI LEVEL PERTAMA. Achievement !

Contoh dari mindset sukses DI LEVEL PERTAMA ini adalah begitu banyaknya orang BERLOMBA-LOMBA ingin SUKSES / TERKENAL / ingin cepat KAYA,  seperti misalnya: motivator Amerika Anthony Robins, sukses seperti Andrie Wongso, sukses seperti Tung Desem, sukses seperti Adam Kho, sukses seperti Bob Sadino, sukses seperti Om William, sukses seperti Jusuf Kalla atau seperti Gus Dur, dst dst  Nyatanya, kesuksesan tak bisa di copy-paste, ia harus dicari sendiri dengan menjadi diri sendiri.

Bahkan ada yang berjuang "memodel" pleg gaya seseorang untuk dirinya, supaya disebut sukses seperti orang yang dimodel tsb. Kesuksesan bagi orang ini adalah "jika saya bisa BERHASIL mengcopy-paste gaya dan aura tokoh lain yang telah lebih dahulu sukses." "Atau jika saya sudah meraih omzet 1 M sebulan."  Dibawah nilai itu, ia melabel dirinya sendiri, sebagai belum sukses paripurna. Atau "saya telah sukses, jika saya berhasil menjuarai maraton 42 K."  Atau "ketika saya berhasil mendapatkan si cantik idaman hati." "Atau jika saya dipromosikan naik jabatan ke level direktur tahun ini juga," Atau "jika saya bisa pergi ke luar negeri gratis, tanpa keluar uang sepeserpun.."  Atau "jika anak saya berhasil mencapai ranking pertama di kelas 2 SMPnya..Saya akan bangga sekali sebagai Ibunya"   dst dst.

Mindset sukses DI LEVEL PERTAMA ini, melahirkan gagasan modern sebagai "saya BISA", "kita BISA" "kamu BISA." Atau jargon  "saya LEBIH DARI PEMENANG" atau "tim kita LEBIH DARI PEMENANG." Sukses didekatkan dengan WINNING atau LOSING dan PENCAPAIAN.

Akibat baiknya, orang lalu TERBAKAR dan LEBIH termotivasi lagi untuk mengejar impiannya yang lebih tinggi, karena sebelumnya telah berhasil menjadi pemenang, atau meraih sesuatu dalam karirnya dst dst.
Akibat buruk dari mindset seperti ini, orang bisa sombong dan lupa Tuhan serta arogan berlebihan karena "higher-target"nya selalu bisa dilampaui, say. dalam 3 tahun berturut-turut Anda meraih peningkatan net profit diatas 30%. Atau jika tidak eling, pelatih MU, Sir Alex Ferguson yang Scotish bisa saja lupa diri karena mabok kemenangan juara Liga Primer ke 19 kali-nya.dst dst

Atau sebaliknya, orang lantas bisa FRUSTRASI dan SAKIT karena tidak berhasil meraih targetnya [baca: obsesinya dan ambisinya]. Ia merasa menjadi pecundang dan tidak berguna.

Sekali lagi, mindset sukses LEVEL PERTAMA ini, tidaklah salah, meski banyak sekali orang-orang di sekitar kita, yang sedang berlari-lari menuju dan membentuk dirinya ke arah ini. Orang menyebut dirinya sebagai pribadi sukses, setelah ia meraih "LIFE ACHIEVEMENT"nya [istilah life achievement ini dipakai sebagai title dari award kelas dunia, misalkan di industri music dan dunia pendidikan].

Di level pertama ini, yang menilai sukses atau tidak adalah dirinya sendiri, bukan orang lain, karena ukuran/parameter/kriterianya sudah JELAS. Targetnya telah ditetapkan sendiri lewat goal setting yang spesifik dan terukur. "Saya akan ke luar negeri 3 bulan lagi jika berhasil menjual 100 mobil." "Saya akan menaikkan haji ke dua orang tua saya, tahun depan paling lambat Desember 2012. Saya akan menabung bonus tahunan saya tahun ini dan tahun depan untuk membahagiakan ke dua orang tua saya.." "Saya akan beli Honda CRV bulan depan, jika jadi promosi menjadi GM Produksi."

SUKSES DI LEVEL KEDUA,

Tak harus menjadi sufi atau sama seperti Dalai Lama untuk mengalami kebahagiaan hidup. Hidup yang bermakna dan membahagiakan orang lain, bisa kita alami di rumah kita sendiri, di pekerjaan kita, di pertemanan kita dan di perjalanan kita hari ini.

Hanya, nampaknya, level sukses ini lebih tinggi, dari level pertama. Ia butuh "lebih lagi" dari diri kita hari ini, dari apa yang kita kerjakan hari ini, dari apa yang kita pikirkan dan katakan hari ini. Tahap ini adalah perjalanan kita menuju sukses ke dua [second journey, second happiness].

Di dalam mindset SUKSES DI LEVEL KEDUA ini,  ada elemen "hakiki" fundamental yang sering orang lupakan, karena desakan dan tekanan besar dari SUKSES DI LEVEL PERTAMA.
Elemen hakiki itu, adalah kesadaran baru bahwa hidup itu atau segala pencapaian kita haruslah memberi KONTRIBUSI / MANFAAT sebanyak-banyaknya bagi orang lain yang kita layani, kita abdi, kita geluti dan kita doakan, tanpa pembatas ras, suku, agama, pendidikan dst.

Yang terpenting, hidup atau karya kita memberi manfaat bagi siapa saja, dengan atau tanpa pamrih. Dengan pamrih, jika kita memproduksi masker kesehatan 100 juta pieces untuk mencegah flu burung, dengan harapan mendapat lebih banyak profit ketimbang hanya memproduksi 1 juta pieces.

Tanpa pamrih, jika ia si penyapu jalanan, menyapu dengan kesungguhan, ketekunan dan keikhlasan yang super tinggi, tanpa memikirkan minta naik gaji, yang kemudian malah pujian datang dari Malaikat dan Penghuni Sorga. Mereka berhenti sejenak di Sorga sambil memandangi bumi, berkata: "Orang ini, telah terpanggil menjadi penyapu jalanan terbaik sepanjang masa..Ia memiliki hati emas !"

Mari tambah sedikit ARTI dan MAKNA sukses Anda yang sudah di level pertama, naik ke level kedua. Pilihlah "life meaning" di bidang Anda, sebagai  KONTRIBUSI nyata Anda bagi sesama, Apa MANFAAT hadirnya Anda bagi lebih banyak orang?  Entah Anda hanya sebagai tukang membukukan kredit di bank [administrasi kredit konsumer] atau penyelia produksi di pabrik mobil, atau guest relation officer di hotel bintang 4, awali kesadaran pekerjaan Anda dengan bertanya pada diri sendiri: "Apa kontribusiku bagi sesama melalui pekerjaanku ini..?"  Dan biarkan orang lain, customer, nasabah, atasan atau rekan kerja  yang menilai performance dan karakter Anda. Karena kesuksesan DI LEVEL KEDUA ini, biasanya orang lain yang menilai, bukan diri sendiri.

Jika Anda tak berhenti puas dengan diri sendiri setelah berhasil mencapai SUKSES DI LEVEL PERTAMA, dan meneruskan perjalanan hidup Anda dengan "benar", lurus, dan bersih maka Anda akan sampai kepada KESADARAN BARU. Tuhan pasti mengawal kesuksesan Anda untuk meraih multiplikasi dan promosi.
Kesadaran baru ini [human brain awareness] menuntun jalan-jalan para manusia sukses ke level sukses yang lebih tinggi lagi, yaitu masuk pada dialog personal. Orang bijak menyebutnya sebagai  "inner-journey" atau "meaningful self talk."

"Apa yang bisa aku berikan bagi orang lain dan dunia?"
"Apa yang bisa aku sumbangkan bagi orang miskin di sekitarku?"
"Apa yang bisa aku lakukan bagi saudaraku yang tertimpa kemalangan dan nasib buruk..?"
"Apa yang bisa aku kontribusikan bagi kemajuan Indonesiaku..?" dst dst.
Contoh dari "higher purpose" ini adalah:
"WELL, aku sudah punya segalanya, apa lagi yang akan aku kejar..? Aku akan buat sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain, aku akan buat "rumah perubahan,"
"Aku akan buat "rumah anak jalanan"
"Aku akan bangun "rumah sakit gratis",
"Aku akan sumbangkan 30-50% dari uangku untuk orang miskin di Afrika & Asia dan anak jalanan di Amerika," itu kesadaran diri Bill Gates dan Warren Buffet..
"Aku akan dedikasikan seluruh hidupku untuk pendidikan dan kesejahteraan para tuna netra di negara berkembang," itu kesadaran diri Helen Keller.
"Aku akan buat ayam goreng terenak di dunia," itu kontribusi sadarnya Colonel Sanders yang memulai bisnis di usia senja 65 tahun,
"Aku akan berjuang sampai titik darah penghabisan melawan kekerasan dengan kelembuatn," itu self awareness Gandhi.
"Aku akan tinggalkan universitas mentereng ini dan bekerja langsung turun lapangan bersama ibu-ibu buta huruf yang miskin di negeriku" kesadaran barunya Muhammad Yunus Grameen Bank, Bangladesh,
"Kami akan buat mobil-mobil terbaik, tahan banting, irit dan murah serta diproduksi dengan efisiensi super tinggi dan kecepatan super cepat, supaya banyak warga dunia dapat terbantu," kesadaran hakiki Sakichi Toyoda yang lahir 1867 dengan Toyotanya.

"Saya sebagai Panglima TNI tertinggi, tak akan kompromi apalagi menyerah dengan agresi Belanda ke-2, saya akan memimpin gerilya perang melawan Belanda sampai negeriku ini merdeka penuh.." janji heroik Jenderal bintang 4 Sudirman ketika di Jogyakarta tahun 1948, dst.

Contoh lain, negeri Cina adalah negeri dimana semua mata dunia sedang memandangnya dekat-dekat. Negeri ini sedang merubah total dirinya, mereka bekerja lebih lama, bekerja lebih banyak, bekerja lebih cepat dan bekerja lebih murah untuk kesejahteraan rakyatnya. Pemimpin  Saat ini, Cina meraih julukan negeri tercepat dalam membangun negerinya sendiri, bagi rakyatnya. Cadangan devisnya mencapai 2.6 triliun US dollar. Tak terasa, akibat samping dari gerak maju negeri besar ini berimbas kepada kesejahteraan dunia, dengan banyaknya produk buatan Cina yang bermanfaat bagi penduduk dunia, mulai dari alat rumah tangga, sandang, elektronik, telekomunikasi, dst. Pertama, untuk rakyatnya, kedua untuk warga dunia. Cina sedang mengukir kontribusinya kepada dunia. Negeri ini sedang menembus dominasi Jepang di Asia dan dunia.

Kontribusi dan gema energi positif Cina sudah berhasil menarik Komite Ekonomi Nasional [KEN] yang diketuai Chairul Tanjung untuk datang belajar transfoRmasi mindset ekonomi bangsa Indonesia. Ia sampaikan bahwa yang harus diubah adalah mindset kerja kerasnya. Chairul mengatakan "Yang pertama, bangsa kita harus jadi bangsa yang bekerja keras. Maaf saya katakan, bangsa kita ini agak malas karena gemah ripah loh jinawi. Enggak usah kerja keras aja makan kok. Kita harus ubah mindset-nya menjadi bangsa yang bekerja keras," katanya.

Tambahan ia katakan, "Jangan cepat berpuas diri. Angka pertumbuhan ekonomi 6,4 persen tahun ini itu tinggi, tapi tak cukup tinggi untuk menyejahterakan bangsa. Oleh karenanya, kita harus lebih bekerja keras, lebih ulet, lebih tekun, inovatif, lebih kreatif agar pertumbuhan bisa lebih dari 7-8 persen," tandasnya.
KESADARAN BARU seperti ini yang kita semua butuhkan untuk mengukir kontribusi kita ke level yang lebih tinggi, lebih besar, lebih baik [higher, bigger, better].

Kunci utama dari spirit SUKSES DI LEVEL KEDUA, adalah kesadaran bahwa apa yang kita kejar BUKAN lagi PENCAPAIAN atau sekadar ACHIEVEMENT personal, melainkan KONTRIBUSI / KARYA nyata bagi kesejahteraan orang lain, bagi kemakmuran bangsa, jika mungkin ke tatanan lebih besar, bagi perdamaian dunia. Kuncinya terletak pada mindset awal ketika akan melakukan segala sesuatu. Awali dengan bertanya pada diri sendiri : "Apa yang akan aku sumbangkan bagi lebih banyak orang lain hari ini, minggu ini, bulan ini, tahun ini?" [pertanyaan life fullness paling mendasar].

Orientasinya telah berubah menjadi : hidupnya hanya untuk benefit orang lain. Populasi atau sesama yang lebih diutamakan [other's life centered], bukan lagi diri sendiri [self centered]. Disinilah letak transformasi dirinya.
Sehingga, ciri SUKSES DI LEVEL KEDUA ini adalah membuat sebanyak mungkin manfaat bagi sebanyak mungkin orang lain. Ketika ia meninggalkan dunia, dunia yang ia tinggalkan harus LEBaIH BAIK, LEBIH SEJAHTERA, LEBIH DAMAI dibanding ketika ia pertama kali bertemu dan hadir di dunia ini.  Einstein yang berdarah Yahudi pun berfikir hal yang sama setiap hari di setiap karyanya. "Apa yang aku sumbangkan lebih baik lagi bagi dunia hari ini..?"  Filosofi terkenal dari Lance Armstrong, sang juara tour de France yang legendaris itu juga bisa menjadi motivasi inspirasi bagi kitai, katanya:  "life is not just about the leg [otot kakiku perkasa, sehingga aku dijuluki Raja Tanjakan,] but the heart."

"Kontribusi apa yang aku tinggalkan hari ini, sehingga aku mengalami sukses di level kedua?" Lalu Malaikat Sorga berhenti sejenak dan berkata : "Orang ini telah terpanggil menjadi pribadi penuh makna selama hidupnya..Segala kebaikan telah ia lakukan dengan sungguh-sungguh, tulus ikhlas dan hati bersih. Kami berkenan atas hidupnya..!"

Stay hungry, stay foolish

Harry "uncommon" Purnama

Minggu, 15 Mei, 2011 07:22

Tidak ada komentar:

Posting Komentar