Minggu, 31 Juli 2011

Opini dan Diskusi: "Otak Tengah"

Tentang Thread ini pertama kali dilontarkan di milis oleh:

Arie Prawiro

(Yang mengajukan tulisan/artikel dari salah seorang Psycholog terkemuka Indonesia:
Prof. DR. SARLITO WIRAWAN SARWONO, Guru Besar Fakultas Psikologi UI)

Dear All,
Just forward dr milis tetangga...
bener tidaknya bs dibuktikan sendiri...
sy fwrd hny u jaga-jaga/preventif u ortu yg "bernafsu" menjadikan anak-anaknya menjadi Einstein2 kecil
GBUArie
Sabtu, 13 November, 2010 21:03


TEORI OTAK TENGAH SUDAH JELAS PENIPUAN

Oleh:  Prof. SARLITO WIRAWAN SARWONO
October 29th, 2010 by sikathabis

Di suasana Lebaran ini mestinya saya menulis sesuatu tentang
Lebaran,tepatnya tentang bermaaf-maafan, wabil-khusus tentang psikologi
maaf. Namun,draf tulisan yang sedang saya siapkan terpaksa saya sisihkan
dulu saking gemasnya mengamati perkembangan pseudo-science (ilmu semu)yang
sangat membahayakan akhir-akhir ini tentang otak tengah(midbrain).
Mudah-mudahan artikel ini bisa menjadi bahan bacaan alternatif yang menarik
di tengah tengah banjirnya (lebih parah dari banjir Pakistan) artikel dan
siaran tentang Idul Fitri di hari-hari seputar Lebaran ini.


Otak tengah adalah bagian terkecil dari otak yang berfungsi sebagai relay
station untuk penglihatan dan pendengaran. Dia juga mengendalikan gerak bola
mata. Bagian berpigmen gelapnya yang disebut *red nucleus* (inti merah) dan
substantia nigra juga mengatur gerak motorik anggota tubuh. Karena itu
kelainan atau gangguan di otak tengah bisa menyebabkan parkinson. Untuk
keterangan lebih lanjut silakan berkonsultasi dengan dokter.
Namun, yang jelas, otak tengah tidak mengurusi inteligensi, emosi, apalagi
aspek-aspek kepribadian lain seperti sikap, motivasi, dan minat. Para pakar
ilmu syaraf (*neuroscience*) Richard Haier dari Universitas California dan
Irvineserta Rex Jung dari Universitas New Mexico, Amerika Serikat, menemukan
bahwa inteligensi atau kecerdasan yang sering dinyatakan dalam ukuran IQ
tidak terpusat pada satu bagian tertentu dari otak, melainkan merupakan
hasil interaksi antar beberapa bagian dari otak.


Makin bagus kinerja antar bagian- bagian otak itu, makin tinggi tingkat
kecerdasan seseorang (teori *parieto-frontal integration*). Di sisi lain,
pusat emosi terletak di bagian lain dari otak yang dinamakan amygdala, tak
ada hubungannya dengan midbrain. Sementara itu aspek kepribadian lain
seperti minat dan motivasi lebih merupakan aspek sosial (bukan neurologis)
dari jiwa, yang lebih gampang diamati melalui perilaku seseorang ketimbang
dicari pusatnya di otak.


Sampai dengan tahun 1980-an (bahkan sampai hari ini) masih banyak yang
percaya bahwa keberhasilan seseorang sangat tergantung pada IQ-nya. Makin
tinggi IQ seseorang akan makin besar kemungkinannya untuk berhasil. Itulah
sebabnya banyak sekolah mempersyaratkan hasil tes IQ di atas 120 untuk bisa
diterima di sekolah yang bersangkutan. Namun, sejak Howard Gardner menemukan
teori tentang *multiple intelligence* (1983) dan Daniel Goleman
memublikasikan temuannya tentang *Emotional Intelligence* (1995), maka para
pakar dan awam pun tahu bahwa peran IQ pada keberhasilan seseorang hanya
sekitar 20-30% saja.


Selebihnya tergantung pada faktor-faktor kepribadian lain seperti usaha,
ketekunan, konsentrasi, dedikasi, kemampuan sosial. Walaupun begitu,
beberapa bulan terakhir ini, marak sekali kampanye tentang pelatihan otak
tengah.


Bahkan rekan saya psikolog psikolog muda ada yang bersemangat sekali
mengampanyekan otak tengah sambil mengikutsertakan anak-anak mereka
kepelatihan otak tengah yang biayanya mencapai Rp3,5 juta/anak (kalau dua
anak sudah Rp 7 juta, kan) hanya untuk dua hari kursus.


Hasilnya adalah bahwa anak-anak itu dalam dua hari bisa menggambar warna
dengan mata tertutup. Wah, bangganya bukan main para ortu itu. Mereka pikir
setelah bisa menggambar dengan mata tertutup, anak-anak mereka langsung akan
jadi cerdas, bisa konsentrasi di kelas, bersikap sopan santun kepada orang
tua, bersemangat belajar tinggi, percaya diri, dan sebagainya seperti yang
dijanjikan oleh kursus-kursus seperti ini.


Mungkin mereka mengira bahwa dengan menginvestasikan Rp3,5 juta untuk dua
hari kursus, orang tua tidak usah lagi bersusah payah menyuruh anak mereka
belajar (karena mereka akan termotivasi untuk belajar sendiri), tidak usah
membayar guru les lagi (karena otomatis anak akan mengerti sendiri
pelajarannya), dan yang terpenting anak pasti naik kelas, malah bisa masuk
peringkat. Inilah yang saya maksud dengan berbahaya dari tren yang sedang
berkembang pesat akhir-akhir ini.


Untuk orang tua yang berduit, uang sebesar Rp3,5 juta mungkin tidak ada
artinya. Namun, kasihan anaknya jika ternyata dia tidak bisa memenuhi
harapan orang tuanya. Selain bisa menggambar dengan mata tertutup (sebagian
hanya berpura-pura bisa dengan mengintip lewat celah penutup mata dekat
hidung), ternyata dia tidak bisa apa-apa.


Konsentrasi tetap payah, motivasi tetap rendah, dan emosi tetap
meledak-ledak tak terkendali. Pasalnya memang tidak ada hubungannya antara
otak tengah dengan faktor faktor kepribadian itu.
Namun, orangtua sepertinya tidak mau tahu. Dia sudah membayar Rp3,5 juta dan
sudah mendengarkan ceramah Dr David Ting, pakar otak tengah dari Malaysia
itu.


Kata Dr Ting, anak yang sudah ikut pelatihan otak tengah bukan hanya jadi
makin pintar, tetapi jadi jenius. Karena itu nama perusahaannya juga *Genius
Mind Corporation*. Malah bukan itu saja. Menurut Dr Ting, anak yang sudah
terlatih otak tengahnya bisa melihat di balik dinding, bisa melihat apa yang
akan terjadi (seperti *almarhumah* Mama Laurenz), bahkan bisa mengobati
orang sakit. Ya, itulah yang dijanjikannya dalam iklan-iklan Youtube-nya di
internet. Dan dampaknya bisa dahsyat sekali karena angka KDRT pada anak bisa
langsung melompat naik gara-gara banyak anak dicubiti atau dipukuli
pantatnya sampai babak-belur oleh mama-mama mereka sendiril antaran tidak
bisa melihat di balik tembok, meramal atau mengobati orang sakit.***


Untuk menyiapkan tulisan ini, saya sengaja menelusuri nama David Ting di *
Google*. Ternyata ada puluhan pakar di dunia yang bernama David Ting dan
David Ting yang menganjurkan otak tengah ini ternyata bukan pakar ilmu
syaraf, kedokteran, biologi, atau psikologi. Dia disebutkan sebagai pakar
pendidikan dan tidak ada hubungannya dengan ilmu syaraf (*neuroscience*).


Maka saya ragu akan ilmunya. Apalagi saya hanya mendapati beberapa versi
Youtube yang diulang-ulang saja, beberapa tulisan kesaksian, dan
cerita-cerita yang sulit diverifikasi kebenarannya. Saya pun lanjut dengan
menelusuri jurnal-jurnal ilmiah online, siapa tahu tulisan-tulisan ilmiahnya
sudah banyak, tetapi saya belum pernah membacanya. Namun hasilnya juga nol.
Maka saya makin tidak percaya.


Saya yakin bahwa teori David Ting tentang otak tengah hanyalah *
pseudo-science* atau ilmu semu karena seakan-akan ilmiah, tetapi tidak bisa
diverifikasi secara ilmiah. Sama halnya dengan teori otak kanan-otak kiri
yang juga ilmu semu atau astrologi atau palmistri (membaca nasib orang
dengan melihat garis-garis telapak tangannya). Masalahnya, astrologi dan
palmistri yang sudah kuno itu tidak merugikan siapa-siapa karena hanya
dilakukan oleh yang mempercayainya atau sekadar iseng-iseng tanpa biaya dan
tanpa beban apaapa. Kalau betul syukur, kalau salah *yo wis*.


Lain halnya dengan pelatihan otak tengah dan dulu pernah juga populer
pelatihan otak kanak-otak kiri. Bahkan, saya pernah memergoki, di sebuah
gedung pertemuan (kebetulan saya ke sana untuk keperluan lain), sebuah
pelatihan diselenggarakan oleh sebuah instansi pemerintah yang judulnya
Meningkatkan Kecerdasan Salat. Semuanya dijual sebagai pelatihan dengan
biaya (istilah mereka biaya investasi) yang mahal. Ini sudah masuk ke
masalah membohongi publik, sebab mana mungkin dengan satu pelatihan selama
dua har iseorang anak bisa disulap menjadi jenius yang serbabisa, bahkan
bisa melihat di balik dinding seperti Superman.


Lagipula, apa hubungannya antara menggambar dengan mata tertutup dengan
jenius? Einstein, Colombus, Thomas Edison, Bill Gates, Barack Obama, dan
masih banyak lagi adalah kaum jenius tingkat dunia, tetapi tak satu pun bisa
menggambar dengan mata tertutup.


Teori otak tengah sudah jelas penipuan. Dengan berpikir atau bertanya
sedikit, setiap orang bisa tahu bahwa ini adalah penipuan. Namun orang
Indonesia itu malas bertanya dan ingin yang serba instan. Termasuk kaum
terpelajar dan orang berduitnya. Jadi kita gampang sekali jadi sasaran
penipuan. Inilah menurut saya yang paling memprihatinkan dari maraknya kasus
otak tengah ini.


(*) Prof. DR. SARLITO WIRAWAN SARWONO, Guru Besar Fakultas Psikologi UI
======== ==========

Opini dan Diskusi:


1.  Susie:

Dear The Managers,
Seminggu yang lalu saya ditawari join dlm peluang usaha pendidikan "Otak
Tengah". Saya bilang "kalau nggak salah otak tengah sudah dilarang loh
mbak.."
Tapi dia keukeuh, bahkan bilang "Bu.. sekarang sy sedang bolak balik
Jkt-Malaysia utk presentasi peluang ini. Di Malaysia, mereka antusias
mendengarkan & ingin tau ttg otak tengah". "Bu saya tidak mau menawarkan
sesuatu yang tidak berkualitas sama ibu, ini peluang usaha yang sangat
bagus".. Saya cuma mengiyakan saja, nggak enak, soalnya dia temen saya
juga..
Adakah diantara The Managers yang tahu tentang "otak tengah" yang
katanya menghebohkan ini? dan katanya berbahaya karena menggunakan cara
hipnotis. Atau adakah referensi/link yang bisa saya berikan ke temen
saya itu?.
Demikian, terima kasih...
Salam, selamat beristirahat..
Susie
Minggu, 17 Juli, 2011 08:32
======= ============

2.  N. Adhi W.:

Otak tengah,

risetnya belum selesai, tapi 'investornya' keburu greedy sehingga hasil riset yang belum sepenuhnya selesai sudah 'dijual' ke publik.
Yang 'dijual' atau diekspos ke publik hanya sisi positifnya, dampak negatif dari otak tengah kalau bisa jangan sampai terungkap.
kalau nggak salah fenomena otak tengah ini mirip2 dengan buah merah dari papua.
btw, ada beberapa teman saya yang anaknya jadi 'bermasalah' setelah ikut pelatihan otak tengah. Anaknya yang asalnya aktif, mendadak jadi sangat pendiam. Katanya sih jadi suka melihat roh halus, hiiii...
ini akibat dari budaya instan, orang tua maunya anak cepat pintar, diikutkan dalam kelas otak tengah, padahal kalau mau pintar dan tjerdas, caranya hanya 2, rajin belajar dan bertanya (dan mencerna jawaban / hal yang dipelajari).
Kasian anaknya...
N. Adhi W.
Leading Service Officer
BOLDER Mitra Unggul
Minggu, 17 Juli, 2011 10:46

========== ==========

3.  Fransiscus Xaverius:

Wah aku juga memasarkan barang itu, positif saja.  Mana larangannya ya, malah belum tahu kalau apapun dilarang? Aku dapat waktu di Batam, karena memang di sana sangat berkembang pesat. Maklum di batam ini uniq. Penduduk mayoritas pebisnis, sekolah tinggi tidak memadai, maka mereka membuat sekolah yang siap pakai (akademi), termasuk yang begini ini. Kebetulan saya pernah mengajar di salah satu univ swasta untuk program MBA, yah pesertanya lumayan banyak.
Salam,
Frans, papua barat
Minggu, 17 Juli, 2011 18:42
=========== ============

4.  N. Adhi W.:


Kalau nggak salah,
Yang melakukan riset mengenai otak tengah ini adalah orang malaysia, kenapa 'penjualnya' ngotot bilang bolak-balik presentasi jakarta-malaysia buat jualan ya?
Hmmm, there's gotta be something fishy here...
N. Adhi W.
Leading Service Officer
BOLDER Mitra Unggul
Minggu, 17 Juli, 2011 19:55
============ =======

5.  Rky Refrinal Patiradjawane:

Wah..
Otak tengah yah..
Rasa-rasanya sudah banyak psikolog UI bahkan para guru besarnya menyatakan bahwa hal ini adalah pembohongan dan penipuan, karena tidak bisa diterima secara faktual.
Saya sedang mencoba mencari artikelnya.. Namun sebagai orang berlatar belakang medis saya pun mengamini bahwa ini adalah pembohongan dan gambaran kebodohan yang nyata bagi yang mempercayai dan mengaplikasinnya.
Salam Hangat dari Moderator Paling Ganteng dan Paling Gaul semilist...haha..loh kok...maaf mungkin ini efek kerja 'otak tengah'....
Punteun...
Rky Refrinal Patiradjawane
Minggu, 17 Juli, 2011 20:05
============ =======

6.  Aris Martant:

Saya ada artikel kiriman seorang teman, sumber publikasinya saya tidak tahu, tetapi artikel ini disebutkan ditulis oleh Sarlito, seorang guru besar UI.
Berikut artikelnya: (Artikel sama dengan yang sudah di sampaikan di atas)
Senin, 18 Juli, 2011 03:42
============== =====

7.  Susilowati Moeryanto:

Dear Managers,Terima kasih tanggapannya...
Barusan googling, ada beberapa link yang saya temukan tentang bahayanya mengatifkan otak tengah, "just for info" tp menjadikan pertimbangan saya utk tdk masuk di bisnis ini.
Mungkin ada yang berhasil, tp sepertinya yang gagal juga banyak..he..he..
Mengerikan, hanya karena ambisi orang tua, anak yang jadi korban... dan ini menyangkut masa depan anak2 kita..
Pak Adhi, betul pak, tp lucunya Indonesia, Malaysia saling claim sebagai pencetus ide aktivasi otak tengah di Asia (Malah teman saya ini bilang, dia ke Malaysia dengan "ownernya" - ..???)
Di bawah ini link yang saya dapat dari "Bang Google"... :-)
http://gracecenterbali.blogspot.com/2010/04/mengaktivasi-otak-tengah-pikirkan-dulu.html
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=17522
http://tamiareso.blogspot.com/2011/01/bahaya-otak-tengah.html
dan banyak lagi...
Salam,
Susie
Senin, 18 Juli, 2011 04:03
=========== =========

8.  Rky Refrinal Patiradjawane:


Haryo,
Apa khabar nih? Sebagai salah satu moderator saya ucapkan selamat datang dengan kedua tangan terbentang menyambut hangat. Sama halnya dengan warga milist ini, saya yakin dengan bergabungnya anda akan memberi rona pada riuh rendahnya milist ini.
Tentang The Managers Foundation? What do yout think about it? Espectation and dream? How about The Managers Institute?
Namun apapun itu baik foundation maupun institute saya pastikan bersih dari kampanye otak tengah yang sangat membodohi dan bodh itu.
Ernest, Abi., Andre, Thomas..the leadership members....where are you?
Wah..mudah-mudahan sedang ga ikut kursus otak tengah haha...
By the way busway on the way...welcome for new moderator di milist yang semarak ini...
Rky Refrinal Patiradjawane
Senin, 18 Juli, 2011 08:43
============ =======

Tidak ada komentar:

Posting Komentar