Minggu, 31 Juli 2011

The FINE DAY 13.07.2011: "The 3 Phases of Life™"

Oleh:  Freddy Pieloor

Dear Rekan,


Selamat pagi dan salam sejahtera,

1 minggu lewat kembali, dan kita jumpa lagi dalam even "The Fine Day" edisi 20 Juli 2011.

Saya ingin melanjutkan tema

"The 3 Phases of Life"

Minggu lalu sudah dibahas Phase hidup pertama, yaitu 0 - 25 tahun, dimana dalam rentang usia tsb kita ber-posisi sebagai anak dan menggantungkan hidup secara ekonomi kepada orang tua.

Hari ini adalah phase hidup kedua, yang berada dalam rentang umur 25 - 55 tahun.

Dalam rentang waktu ini, posisi Anda dan saya berganti dari anak menjadi orang tua (yang memiliki anak).

Saat posisi Anda sebagai anak, Anda menggantungkan hidup kepada orang tua, dan sekarang siklus kehidupan berputar, Anda menjadi orang tua dan digantungkan hidup oleh anak-anak yang Anda miliki.

Usia 0 - 25 tahun, persiapan (belajar).
Usia 25 - 55 tahun, produktif (berkarya/bekerja).

Kewajiban Anda sebagai orang tua di sini adalah membentuk dan menjadikan setiap anak yang Anda hadirkan dan lahirkan ke dunia, menjadi insan mandiri dan berkarakter mulia yang lebih "sukses" dan "sempurna" dari diri Anda.

Seperti yang saya sampaikan minggu lalu, setiap anak adalah "master piece" / maha karya orang tua di dunia (dan bukan harta kekayaan yang menggunung).

Akan percuma bila orang tua memiliki jabatan tinggi dan kekayaan berlimpah ruah 7 turunan, namun anak-anaknya adalah penjahat dan pengedar/pecandu narkoba, dan atau tidak mandiri secara ekonomi dan mental.

Kewajiban Anda sebagai orang tua dalam phase kedua, mencukupkan dan menyediakan "asupan" karakter dan akhlak, serta tentunya ekonomi kepada setiap anak, (dan dilarang keras berdalih apapun).

Dalam hal ekonomi, orang tua "wajib" menyediakan dana pendidikan bagi setiap anaknya, paling tidak hingga tingkat sarjana. Karena bila hanya hingga tingkat SMA, saat ini anak-anak kurang dapat bersaing dalam dunia pekerjaan. Mungkin 10 tahun lagi S1 sudah tidak memadai, dan harus mempersiapkan hingga S2.

Jadi selayaknya anak yang dihadirkan dalam dunia ini, diberikan "bekal" dan "bimbingan" yang memadai, sehingga dia kelak menjadi manusia yang mandiri dan mulia.

Saya sungguh sangat menyayangkan (dan agak geram) bila ada orang tua hanya mampu melahirkan ("membuat") anak, tanpa mampu mengurus dan menuntaskan tanggung jawabnya menjadikan setiap anak sebagai maha karya.

Bahkan ada orang tua yang "sakit mental", dengan menyuruh anak-anaknya mencari uang (dengan mengemis atau apapun), sementara dia (bapaknya) atau mereka (bapak dan ibu) "ongkang2 kaki" menunggu hasil kerja anak-anaknya.

Adalagi orang tua yang "menjual" dan "menyewakan" anaknya untuk menghasilkan uang bagi mereka, para orang tua.

Orang tua membuat anak, hanya untuk memperbudak anak. Benar-benar sudah edan.

Jadilah orang tua yang berharkat dan bermartabat, melakukan kewajiban secara moral dan ekonomi.

Anda dan saya, sudah memahami bahwa fase hidup produktif secara formal, akan berlangsung hanya sampai 55 tahun dan setelah itu kita akan keluar dari "arena" pekerjaan yang diberikan oleh majikan atau perusahaan atau lembaga apapun.

Jadi Anda hanya ber-produksi selama 30 tahun, dan setelah itu Anda masih akan hidup dan memerlukan biaya hingga umur berakhir.

Jadi selama fase hidup kedua ini, tugas Anda, selain mempersiapkan masa depan anak2 Anda dengan dana pendidikan, Anda juga sudah harus mempersiapkan masa depan diri Anda (dan pasangan) dalam fase hidup ketiga (55 - 80 tahun).

Apapun yang Anda peroleh hari ini, hendaknya dipergunakan untuk masa depan dan hari ini. Sisihkan sebagian rejeki Anda hari ini dahulu, setelah itu sisanya silahkan dikonsumsi.

So, fase kedua ini Anda digantungkan hidup secara ekonomi oleh anak-anak Anda, yang merupakan "OBLIGASI" (dan bukan Investasi) Anda sebagai orang tua.

Ingat Siklus Hidup dan Hukum Alam "Apa yang kamu tabur akan kamu tuai pada saatnya nanti".

-----

Demikian phase hidup kedua dalam "3 Phases of Life".

Sampai jumpa minggu depan dan semoga bermanfaat.


Salam,
Freddy Pieloor
IFPC Member

====================

Dear Rekan,


Selama pagi dan salam sejahtera,

Jumpa lagi dengan saya pada hari Rabu 13.07.2011 dalam even The FINE DAY dan kali ini saya akan share tema:

"The 3 Phases of Life™"

Dalam setiap pelatihan perencanaan keuangan yang saya berikan, saya selalu men-share konsep dan nilai2 yang terkandung dalam "The 3 Phases of Life™" yang saya ciptakan setelah melalui perjalanan hidup dan membaca lebih dari 100 buku Perencanaan Keuangan.

"The 3 Phases of Life™" sesuai dengan namanya, bahwa sesungguhnya kehidupan terkait perencanaan keuangan dapat dibagi dalam 3 masa atau fase kehidupan yaitu:
1. Masa persiapan (masa anak) berlangsung dari 0 tahun - max 25 tahun.
2. Masa produktif (masa orang tua) berlangsung dari 25 - 55 tahun.
3. Masa menikmati (masa senior) berlangsung dari 55 - 80 tahun atau meninggal.

Setiap Fase Kehidupan hanya akan berlangsung 1 kali saja.

Hari Rabu ini saya akan bahas Masa Persiapan (masa anak) dari 0 - max 25 tahun.

Fase hidup sebagai anak adalah masa persiapan diri, dalam meningkatkan kemampuan teknis dan kematangan karakter.

Di fase ini, pada umumnya kita "menggantungkan" hidup kepada orang tua kita masing2.

Kita meminta uang atau orang tua membayar seluruh tagihan kebutuhan kehidupan kita.

Mulai dari pakaian, uang sekolah, makanan dan lain sebagainya, hingga uang jajan untuk ngapel sang pacar.

Intinya di fase ini kita "menggantungkan" hidup pada orang tua, karena memang masa ini adalah masa sekolah dan persiapan untuk mandiri.

Orang tua "wajib" membayar segala kebutuhan hidup sang anak sesuai dengan kemampuannya, terutama dalam hal dana pendidikan.

Orang tua "wajib" membentuk dan menciptakan setiap anak-anaknya menjadi "manusia mandiri, sukses dan mulia" melebihi keadaan dirinya.

Setiap anak adalah "Master Piece" orang tua di dunia, dan bukan jabatan/pangkat, harta dunia atau barang dunia lainnya.

Sehingga perlu dipahami dalam konsep "The 3 Phases of Life™", setiap anak adalah OBLIGASI atau kewajiban orang tua, dan bukan Investasi (yang harus memberikan keuntungan dan imbal hasil).

Tanggung jawab orang tua kepada anak dalam hal ekonomi hanya sebatas dana pendidikan tuntas, dan tidak ada tanggung jawab ekonomi lainnya, seperti membiayai pesta perkawinan atau membelikan rumah.
Namun bila orang tua memiliki kemampuan keungan yang OK, ya silahkan saja, dengan catatan "Jangan Mati Bangkrut".

Jadi setelah anak selesai menempuh pendidikan Sarjana 1, mulai saat itu dia harus berdiri dengan bertumpu pada kakinya sendiri. Dia sudah harus menjadi manusia produktif.

Dia tidak boleh lagi meminta bantuan orang tuanya untuk menopang kebutuhan hidupnya, apalagi saat dia sudah berani untuk berumah tangga.

Saya pikir orang yang sudah berumah tangga namun masih meminta ransum dari orang tua adalah orang tidak pernah berpikir dan tidak memiliki kebanggaan dalam dirinya (tiada harga diri).

So, saat selesai sekolah S1, setiap anak harus menghadapi "Dunia Nyata" dan harus memampukan dirinya menjalani kehidupan ini dengan otak, tenaga, keringat dan air mata-nya sendiri.

Orang tua juga harus mendukung kemandirian setiap anaknya, jangan memanjakan anak yang sudah berusia dewasa dan bahkan sudah berumah tangga.

Ingat, setiap anak adalah "Master Piece" orang tua di dunia, dan kala mereka sudah meninggal dunia, anak dan cucu yang akan meneruskan "garis" dan "nilai" keluarga.

Demikian share saya pada pagi hari ini, semoga bermanfaat.


Salam,
Freddy Pieloor
Financial Planning & Marriage Counselor

Selasa, 19 Juli, 2011 18:21

Tidak ada komentar:

Posting Komentar