Oleh:  Freddy Pieloor
Dear Rekan,
Selamat pagi dan salam sejahtera,
1 minggu lewat kembali, dan kita jumpa lagi dalam even "The Fine Day" edisi 20 Juli 2011. 
Saya ingin melanjutkan tema
"The 3 Phases of Life"
Minggu  lalu sudah dibahas Phase hidup pertama, yaitu 0 - 25 tahun, dimana  dalam rentang usia tsb kita ber-posisi sebagai anak dan menggantungkan  hidup secara ekonomi kepada orang tua.
Hari ini adalah phase hidup kedua, yang berada dalam rentang umur 25 - 55 tahun.
Dalam rentang waktu ini, posisi Anda dan saya berganti dari anak menjadi orang tua (yang memiliki anak).
Saat  posisi Anda sebagai anak, Anda menggantungkan hidup kepada orang tua,  dan sekarang siklus kehidupan berputar, Anda menjadi orang tua dan  digantungkan hidup oleh anak-anak yang Anda miliki.
Usia 0 - 25 tahun, persiapan (belajar).
Usia 25 - 55 tahun, produktif (berkarya/bekerja).
Kewajiban  Anda sebagai orang tua di sini adalah membentuk dan menjadikan setiap  anak yang Anda hadirkan dan lahirkan ke dunia, menjadi insan mandiri dan  berkarakter mulia yang lebih "sukses" dan "sempurna" dari diri Anda.
Seperti  yang saya sampaikan minggu lalu, setiap anak adalah "master piece" /  maha karya orang tua di dunia (dan bukan harta kekayaan yang  menggunung). 
Akan percuma bila orang tua memiliki jabatan tinggi  dan kekayaan berlimpah ruah 7 turunan, namun anak-anaknya adalah  penjahat dan pengedar/pecandu narkoba, dan atau tidak mandiri secara  ekonomi dan mental.
Kewajiban Anda sebagai orang tua dalam phase  kedua, mencukupkan dan menyediakan "asupan" karakter dan akhlak, serta  tentunya ekonomi kepada setiap anak, (dan dilarang keras berdalih  apapun).
Dalam hal ekonomi, orang tua "wajib" menyediakan dana  pendidikan bagi setiap anaknya, paling tidak hingga tingkat sarjana.  Karena bila hanya hingga tingkat SMA, saat ini anak-anak kurang dapat  bersaing dalam dunia pekerjaan. Mungkin 10 tahun lagi S1 sudah tidak  memadai, dan harus mempersiapkan hingga S2.
Jadi selayaknya anak  yang dihadirkan dalam dunia ini, diberikan "bekal" dan "bimbingan" yang  memadai, sehingga dia kelak menjadi manusia yang mandiri dan mulia.
Saya  sungguh sangat menyayangkan (dan agak geram) bila ada orang tua hanya  mampu melahirkan ("membuat") anak, tanpa mampu mengurus dan menuntaskan  tanggung jawabnya menjadikan setiap anak sebagai maha karya.
Bahkan  ada orang tua yang "sakit mental", dengan menyuruh anak-anaknya mencari  uang (dengan mengemis atau apapun), sementara dia (bapaknya) atau  mereka (bapak dan ibu) "ongkang2 kaki" menunggu hasil kerja  anak-anaknya.
Adalagi orang tua yang "menjual" dan "menyewakan" anaknya untuk menghasilkan uang bagi mereka, para orang tua.
Orang tua membuat anak, hanya untuk memperbudak anak. Benar-benar sudah edan.
Jadilah orang tua yang berharkat dan bermartabat, melakukan kewajiban secara moral dan ekonomi.
Anda  dan saya, sudah memahami bahwa fase hidup produktif secara formal, akan  berlangsung hanya sampai 55 tahun dan setelah itu kita akan keluar dari  "arena" pekerjaan yang diberikan oleh majikan atau perusahaan atau  lembaga apapun.
Jadi Anda hanya ber-produksi selama 30 tahun, dan setelah itu Anda masih akan hidup dan memerlukan biaya hingga umur berakhir.
Jadi  selama fase hidup kedua ini, tugas Anda, selain mempersiapkan masa  depan anak2 Anda dengan dana pendidikan, Anda juga sudah harus  mempersiapkan masa depan diri Anda (dan pasangan) dalam fase hidup  ketiga (55 - 80 tahun).
Apapun yang Anda peroleh hari ini,  hendaknya dipergunakan untuk masa depan dan hari ini. Sisihkan sebagian  rejeki Anda hari ini dahulu, setelah itu sisanya silahkan dikonsumsi.
So,  fase kedua ini Anda digantungkan hidup secara ekonomi oleh anak-anak  Anda, yang merupakan "OBLIGASI" (dan bukan Investasi) Anda sebagai orang  tua.
Ingat Siklus Hidup dan Hukum Alam "Apa yang kamu tabur akan kamu tuai pada saatnya nanti".
-----
Demikian phase hidup kedua dalam "3 Phases of Life".
Sampai jumpa minggu depan dan semoga bermanfaat.
Salam,
Freddy Pieloor
IFPC Member
====================
Dear Rekan,
Selama pagi dan salam sejahtera,
Jumpa lagi dengan saya pada hari Rabu 13.07.2011 dalam even The FINE DAY dan kali ini saya akan share tema:
"The 3 Phases of Life™"
Dalam  setiap pelatihan perencanaan keuangan yang saya berikan, saya selalu  men-share konsep dan nilai2 yang terkandung dalam "The 3 Phases of  Life™" yang saya ciptakan setelah melalui perjalanan hidup dan membaca  lebih dari 100 buku Perencanaan Keuangan.
"The 3 Phases of Life™"  sesuai dengan namanya, bahwa sesungguhnya kehidupan terkait perencanaan  keuangan dapat dibagi dalam 3 masa atau fase kehidupan yaitu:
1. Masa persiapan (masa anak) berlangsung dari 0 tahun - max 25 tahun.
2. Masa produktif (masa orang tua) berlangsung dari 25 - 55 tahun.
3. Masa menikmati (masa senior) berlangsung dari 55 - 80 tahun atau meninggal.
Setiap Fase Kehidupan hanya akan berlangsung 1 kali saja.
Hari Rabu ini saya akan bahas Masa Persiapan (masa anak) dari 0 - max 25 tahun.
Fase hidup sebagai anak adalah masa persiapan diri, dalam meningkatkan kemampuan teknis dan kematangan karakter.
Di fase ini, pada umumnya kita "menggantungkan" hidup kepada orang tua kita masing2.
Kita meminta uang atau orang tua membayar seluruh tagihan kebutuhan kehidupan kita.
Mulai dari pakaian, uang sekolah, makanan dan lain sebagainya, hingga uang jajan untuk ngapel sang pacar.
Intinya  di fase ini kita "menggantungkan" hidup pada orang tua, karena memang  masa ini adalah masa sekolah dan persiapan untuk mandiri.
Orang tua "wajib" membayar segala kebutuhan hidup sang anak sesuai dengan kemampuannya, terutama dalam hal dana pendidikan.
Orang  tua "wajib" membentuk dan menciptakan setiap anak-anaknya menjadi  "manusia mandiri, sukses dan mulia" melebihi keadaan dirinya.
Setiap anak adalah "Master Piece" orang tua di dunia, dan bukan jabatan/pangkat, harta dunia atau barang dunia lainnya.
Sehingga  perlu dipahami dalam konsep "The 3 Phases of Life™", setiap anak adalah  OBLIGASI atau kewajiban orang tua, dan bukan Investasi (yang harus  memberikan keuntungan dan imbal hasil).
Tanggung jawab orang tua  kepada anak dalam hal ekonomi hanya sebatas dana pendidikan tuntas, dan  tidak ada tanggung jawab ekonomi lainnya, seperti membiayai pesta  perkawinan atau membelikan rumah.
Namun bila orang tua memiliki kemampuan keungan yang OK, ya silahkan saja, dengan catatan "Jangan Mati Bangkrut".
Jadi  setelah anak selesai menempuh pendidikan Sarjana 1, mulai saat itu dia  harus berdiri dengan bertumpu pada kakinya sendiri. Dia sudah harus  menjadi manusia produktif.
Dia tidak boleh lagi meminta bantuan  orang tuanya untuk menopang kebutuhan hidupnya, apalagi saat dia sudah  berani untuk berumah tangga.
Saya pikir orang yang sudah berumah  tangga namun masih meminta ransum dari orang tua adalah orang tidak  pernah berpikir dan tidak memiliki kebanggaan dalam dirinya (tiada harga  diri).
So, saat selesai sekolah S1, setiap anak harus menghadapi  "Dunia Nyata" dan harus memampukan dirinya menjalani kehidupan ini  dengan otak, tenaga, keringat dan air mata-nya sendiri.
Orang tua  juga harus mendukung kemandirian setiap anaknya, jangan memanjakan anak  yang sudah berusia dewasa dan bahkan sudah berumah tangga.
Ingat,  setiap anak adalah "Master Piece" orang tua di dunia, dan kala mereka  sudah meninggal dunia, anak dan cucu yang akan meneruskan "garis" dan  "nilai" keluarga.
Demikian share saya pada pagi hari ini, semoga bermanfaat.
Salam,
Freddy Pieloor
Financial Planning & Marriage Counselor 
Selasa, 19 Juli, 2011 18:21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar