Selasa, 12 Juli 2011

Makanan Enak, Memory dan Coin Penasaran

Oleh: Harry "Uncommon" Purnama

Dear Managers, TMI
Empowering Us yang Pertama sudah bergulir, kata Bro Huang, "masak kaki sudah melangkah 1 langkah, terus berhenti?
khan tidak mungkin, "nanggung dong namanya", karena kaki satunya melayang, ia menunggu giliran dilangkahkan."
Makanya next fasilitatornya yang sudah oke, Mas Krishnamurti, saya bakalan daftar ngikut. Apalagi di outdoor ala pulau seribu.
Mas Krishnamurti, terima kasih atas pemberian bukunya via mas Ade Irfan, tapi sayangnya, bukunya ternyata belum saya terima kemarin
[ada di meja, tapi ada yang ambil he he..saking laris manisnya..ya..he..he..Sampai pulangpun jam 6 pm, masih belum ada yang mengembalikan..juga..he he..].
Makan siang yang "puas sekali," makanannya enak banyak yang memuji. Disajikan dan dimasak ala "nasi campur Bali jl teuku umar denpasar, ada suwiran ikan/ayam" disajikan di menara cakrawala [Skyline build] sebelah persis hotel sari pan pacific or djakarta theatre, Cateringnya bagus. Recommended ! Tapi, hati-hati makannya gak boleh kebanyakan, tar perutnya tambah maju ke depan, apalagi bagi yang "gak ada olahraganya sama sekali.."
Pas cari sarapan pagi di belakang gedung [sebelum jam 7 pagi], ketemu suasana Jakarta tempo doeloe, tahun 1985-86.
Ada warkop sederhana "dekat masjid" [nama sebutan top dari para satpam gedung] di gang yang kecil, jalan kaki lewat gedung parkir.
Yang jualan berbagai kopi pagi, teh dan roti sarapan. Cara menyajikannya ala Starbucks gang kecil, sambil ngobrol, baristanya menikmati sekali "panggilan hidupnya" dan ramah [seorang bapak usia 40 th-an].
Langganannya banyak yang datang, omzetnya pasti bagus, dapurnya pasti ngebul dan bisa nyekolahkan anak-anaknya. Jakarta memang
khas dengan "gangnya padat", pengap, panas, kotor, penduduknya ramai, sesak, tapi itu mengingatkan sensasi memori saya ketika saya dulu kost di jl kebon sirih timur [daerah "jok"]. Lumayan, pagi itu saya sempat bermemori sebentar di masa usia 27-28 tahunan.
Tapi... jangan sampai kelamaan tinggal di gang-gang kecil itu, nanti jadi penghuni yang terjebak gaya hidup kota yang pengap.
Ada 3 cara mengenali apakah yang kita kerjakan saat ini, adalah "panggilan" kita atau bukan?
1. kita benar-benar "senang," melakukannya, merasa "happy" dan "enjoy", tak merasa tertekan dan kuncinya sangat menikmati, kayak si penjual kopi pagi itu.
2. belajar sedikit, langsung bisa. Orang yang terpanggil di bidang tertentu, pasti diberi bakat dan talenta oleh Tuhan untuk ia "mampu" melakukannya dengan the best. Ia "fast learner."  Lalu karena ada bakat disitu, kinerjanya pasti the best. Lain halnya yang tak terpanggil disitu, belajar jungkir-balikpun, tak akan ia mampu melakukannya apalagi bersaing dengan kompetitornya. Si penjual kopi pagi itu, membuktikannya.
3. panggilan kita itu, "menafkahi"  kita. Ini ciri penting yang ketiga. Semua kebutuhan mulai dari dapur, sekolah anak, tabungan dan investasi  [untuk wong cilik, meminjamkan uang ke tetangganya, itu sudah dikategorikan investasi baginya]. Orang yang terpanggil di bidangnya, ia tak perlu khawatir, dapurnya "tak ngebul." Tuhan telah menyediakan rezekinya disitu, komplit, kayak si penjual kopi gang kecil itu. Ia pebisnis sukses.
Yang juga menarik, semua 4 group di Empowering Us, pada "penasaran" ala oma irama, memainkan 8 coin Rp 500,- [ 4 kuning & 4 putih]. PR bagi mas Adhi Bolder, Bro Huang, Bro Rky, mas Ernest, mas Thomas, juga Lucy si penjual properti yang "sangat proaktif kehausan sales" he he..-habit pertama 7 Habits for Highly Effective People ala Stephen R. Covey, 1997,  yang belum jadi member TMI [PRnya mas Ade Irfan untuk invite dia]. Nanti akan diberikan "solusinya" jika sudah "mentok hilang akal."
Ada 4 good character of a leader yang dieksplore bersama via 4 case-study [Starbucks, Michael D. Ruslim ex CEO Astra, Mahatma Gandhi /Judi Estrim si pebisnis software di Silicon Valley dan Bill Lear si penemu pesawat jet pertama dari Amerika]:   INTEGRITY [trustworthy], CARING [loving heart], RESPONSIBILITY [accountability], SINCERITY [giving/sharing], yang kalau dijadikan kata sifat [an adjective], menjadi seperti: integrity, caring, responsible, sincere. Bagusnya, tiap orang, sudah men-set "character goalnya" masing-masing yang akan ditumbuh-kebangkan sebagai "personal strength" after this short workshop, untuk further success in whole life. Karakter dibangun lewat pikiran dan kata-kata dan menentukan nasib kita di ujungnya. Kompetensi membuat orang biasa bisa menuju puncak [raising to the top] dan karakter membuat orang tsb. terus berada di puncak [staying in the top].
Salam "journey to the top" dari Hilary Hinton "Zig" Ziglar, Coffee Country, Alabama, 84 tahun. yang ngarang buku hebat, God's way is still the best way, 2007. Oh ya, bukunya yang fenomenal sampai hari ini "see you at the top" ia karang th 1975, ketika ia baru belajar jadi motivational speaker tahun 1970.

Salam work & life balance [WLB]
Harry "uncommon" PurnamaMature Leadership Center
Sabtu, 9 Juli, 2011 19:40

========== ==============


Tanggapan:


1.  Ietje S. Guntur:

Mas Harry,

Terima kasih atas sharingnya pagi ini..Jadi mengobati rasa penasaran yang tersimpan di hati. Semoga di lain kesempatan bisa ikut menikmati cipratan inspirasi dari koin penasaran.

Salam hangat,

Ietje S. Guntur
Sabtu, 9 Juli, 2011 19:52

============ ==========

Tidak ada komentar:

Posting Komentar