Dear Managers, TMI
Empowering Us yang Pertama sudah bergulir, kata Bro Huang, "masak kaki sudah melangkah 1 langkah, terus berhenti?
khan tidak mungkin, "nanggung dong namanya", karena kaki satunya melayang, ia menunggu giliran dilangkahkan."
Makanya next fasilitatornya yang sudah oke, Mas Krishnamurti, saya bakalan daftar ngikut. Apalagi di outdoor ala pulau seribu.
Mas  Krishnamurti, terima kasih atas pemberian bukunya via mas Ade  Irfan,  tapi sayangnya, bukunya ternyata belum saya terima kemarin
[ada  di meja, tapi ada yang ambil he he..saking laris   manisnya..ya..he..he..Sampai pulangpun jam 6 pm, masih belum ada yang   mengembalikan..juga..he  he..].
Makan  siang yang "puas sekali," makanannya enak banyak yang  memuji. Disajikan  dan dimasak ala "nasi campur Bali jl teuku umar  denpasar, ada suwiran  ikan/ayam" disajikan di menara cakrawala [Skyline  build] sebelah persis  hotel sari pan pacific or djakarta theatre,  Cateringnya bagus.  Recommended ! Tapi, hati-hati makannya gak boleh  kebanyakan, tar  perutnya tambah maju ke depan, apalagi bagi yang "gak  ada olahraganya  sama sekali.."
Pas cari sarapan pagi di belakang gedung [sebelum jam 7 pagi], ketemu suasana Jakarta tempo doeloe, tahun 1985-86.
Ada  warkop sederhana "dekat masjid" [nama sebutan top dari para  satpam  gedung] di gang yang kecil, jalan kaki lewat gedung parkir.
Yang jualan berbagai kopi pagi, teh dan roti sarapan. Cara  menyajikannya ala Starbucks gang kecil, sambil  ngobrol, baristanya  menikmati sekali "panggilan hidupnya" dan ramah [seorang bapak usia 40  th-an].
Langganannya banyak yang datang, omzetnya pasti bagus, dapurnya pasti ngebul dan bisa nyekolahkan anak-anaknya. Jakarta memang
khas  dengan "gangnya padat", pengap, panas, kotor, penduduknya  ramai, sesak,  tapi itu mengingatkan sensasi memori saya ketika saya  dulu kost di jl  kebon sirih timur [daerah "jok"]. Lumayan, pagi itu  saya sempat  bermemori sebentar di masa usia 27-28 tahunan.
Tapi... jangan sampai kelamaan tinggal di gang-gang kecil itu, nanti jadi penghuni yang terjebak gaya hidup kota yang pengap.
Ada 3 cara mengenali apakah yang kita kerjakan saat ini, adalah "panggilan" kita atau bukan?
1.  kita benar-benar "senang," melakukannya, merasa "happy" dan  "enjoy",  tak merasa tertekan dan kuncinya sangat menikmati, kayak si  penjual kopi  pagi itu.
2. belajar sedikit,  langsung bisa. Orang yang terpanggil di bidang  tertentu, pasti diberi  bakat dan talenta oleh Tuhan untuk ia "mampu"  melakukannya dengan the  best. Ia "fast learner."  Lalu karena ada bakat  disitu, kinerjanya pasti  the best. Lain halnya yang tak terpanggil  disitu, belajar  jungkir-balikpun, tak akan ia mampu melakukannya  apalagi bersaing dengan  kompetitornya. Si penjual kopi pagi itu,  membuktikannya.
3.  panggilan kita itu, "menafkahi"  kita. Ini ciri penting yang  ketiga.  Semua kebutuhan mulai dari dapur, sekolah anak, tabungan dan  investasi   [untuk wong cilik, meminjamkan uang ke tetangganya, itu  sudah  dikategorikan investasi baginya]. Orang yang terpanggil di  bidangnya, ia  tak perlu khawatir, dapurnya "tak ngebul." Tuhan telah  menyediakan  rezekinya disitu, komplit, kayak si penjual kopi gang kecil  itu. Ia  pebisnis sukses.
Yang juga menarik, semua 4  group di Empowering Us, pada  "penasaran" ala oma  irama, memainkan 8 coin Rp 500,- [ 4 kuning & 4  putih]. PR bagi mas  Adhi Bolder, Bro Huang, Bro Rky, mas Ernest, mas  Thomas, juga Lucy si  penjual properti yang "sangat proaktif kehausan  sales" he he..-habit  pertama 7 Habits for Highly Effective People ala  Stephen R. Covey,  1997,  yang belum jadi member TMI [PRnya mas Ade  Irfan untuk invite  dia]. Nanti akan diberikan "solusinya" jika sudah  "mentok hilang akal."
Ada  4 good character of a leader yang dieksplore bersama via 4  case-study  [Starbucks, Michael D. Ruslim ex CEO Astra, Mahatma Gandhi  /Judi Estrim  si pebisnis software di Silicon Valley dan Bill Lear si  penemu pesawat  jet pertama dari Amerika]:   INTEGRITY [trustworthy],  CARING  [loving heart], RESPONSIBILITY [accountability], SINCERITY   [giving/sharing], yang kalau dijadikan kata sifat [an adjective],   menjadi seperti: integrity, caring, responsible, sincere. Bagusnya, tiap   orang, sudah men-set  "character goalnya" masing-masing yang akan  ditumbuh-kebangkan sebagai  "personal strength" after this short  workshop, untuk further success in  whole life. Karakter dibangun lewat  pikiran dan kata-kata dan menentukan  nasib kita di ujungnya. Kompetensi  membuat orang biasa bisa menuju  puncak [raising to the top] dan  karakter membuat orang tsb. terus berada  di puncak [staying in the  top].
Salam  "journey to the top" dari Hilary Hinton "Zig" Ziglar, Coffee  Country,  Alabama, 84 tahun. yang ngarang buku hebat, God's way is  still the best  way, 2007. Oh ya, bukunya yang fenomenal sampai hari ini  "see you at the  top" ia karang th 1975, ketika ia baru belajar jadi  motivational  speaker tahun 1970.
Salam work & life balance [WLB]
Sabtu, 9 Juli, 2011 19:40
========== ==============
Mas Harry,
Terima kasih atas sharingnya pagi ini..Jadi mengobati rasa penasaran yang tersimpan di hati. Semoga di lain kesempatan bisa ikut menikmati cipratan inspirasi dari koin penasaran.
Salam hangat,
Ietje S. Guntur
========== ==============
Tanggapan:
1.  Ietje S. Guntur:
Mas Harry,
Terima kasih atas sharingnya pagi ini..Jadi mengobati rasa penasaran yang tersimpan di hati. Semoga di lain kesempatan bisa ikut menikmati cipratan inspirasi dari koin penasaran.
Salam hangat,
Ietje S. Guntur
Sabtu, 9 Juli, 2011 19:52
============ ==========
Tidak ada komentar:
Posting Komentar