Oleh: Dadang Kadarusman
Gubrak!
Sebungkus kacang  disco menimpa meja Fiancy. Dia gagal menangkapnya ketika bungkusan itu  masih melayang di udara. Musim hujan makanan telah tiba. Dari setiap  pojok kubikal bisa  saja tiba-biba terbang makanan kering. Apa lagi selepas liburan panjang  seperti saat ini. Hari jumat tanggal merah. Bablas lagi liburan selama 3  hari. Makanan paling aneh pun bisa berdatangan entah dari mana asalnya.
Kehebohan memenuhi atmosfir kubikal. Semua orang terlihat senang. Tertawa dan berteriak girang. Hingga terlarut dalam kegembiraan yang mereka ciptakan. 
Sebungkus lanting melayang diatas kepala orang-orang.
Lalu seseorang di  ujung ruangan melompat untuk menangkapnya. Ketika bungkusan itu berhasil  diraihnya. Semua orang bertepuk tangan.
Dari kubikal  lainnya tiba-tiba saja ada bungkusan warna orange terbang. ”Tangkap,”  teriak seseorang. Lalu orang lainnya melompat. Namun meleset.  Lemparannya terlalu tinggi. Kemudian seseorang dibelakangnya berteriak.  ”Yeeeeaaaa.... gue yang dapet!” Dia mendapatkan sebungkus keripik  sanjay.
Beragam jenis makanan  sudah beterbangan selama hampir sepuluh menit. Tidak lagi terhitung  berapa bungkusan. Tidak lagi bisa diidentifikasi jenis makanan apa saja  yang sudah dilemparkan orang-orang.
Gampang.
Kalau hanya mencari  perusahaan yang mau membayar kita mahal. Banyak kok perusahaan bagus  yang nggak pelit. UMR sudah bukan lagi pembahasan serius. Buat mereka  berapapun nilai UMR yang ditentukan pemerintah nggak ngaruh apa-apa.  Soalnya mereka sudah membayar jauh lebih tinggi dari itu.
Yang susah dicari itu  adalah perusahaan yang kita merasa senang berkerja disana. Kebanyakan  orang merasa gerah. Meskipun AC di setiap ruangan sampai bikin orang  pada menggigil. Apa lagi kalau ada bule-nya disana. AC central pula.  Semua orang lokal yang lebih suka hangat mesti pake baju tebal. DTG deh,  pokoknya. Dingin Tapi Gerah.
Karena disana mereka  merasakan suasana yang menyenangkan. Pendapatan? Yaaaa...., sedanglah.  Tidak terlalu tinggi. Tidak juga rendah. Termasuk menengahlah. Tapi.  Soal kegembiraan saat menjalani kehidupan kerja. Disinilah tempatnya.  Makanya, orang jarang kabur. Malah ada yang balik lagi setelah hengkang  beberapa bulan.
Apa sih yang membuat orang tidak betah di tempat kerja?
Uang. Mungkin. Gaji  kecil. Pasti membuat orang terus mencari tempat kerja yang baru. Tapi.  Setelah gaji memenuhi ukuran yang pantas. Ternyata banyak juga orang  yang tetap hengkang. Kalau pun nggak sampai hengkang, mereka tidak  merasakan nikmat dan lezatnya bekerja disana. Kantornya juga berasa  seperti kuburan. Sepi. Dengan penghuni yang nggak saling sapa seperti  para zombie.
Uang. Mungkin. Gaji  lumayan. Jika pendapatan sudah pantes, paling tidak orang-orang tidak  mengkhawatirkan urusan perut atau kebutuhan rumah tangga yang lainnya.  Tenang dengan urusan rumah. 
Tapi. Itu sama sekali tidak menjelaskan mengapa orang di kubikal  lebih ceria dan terlihat bahagia dibandingkan dengan kentor sebelah  yang bayarannya nggak kalah. Atau..., mungkin lebih tinggi. Jadi. Apa  sebenarnya yang membuat orang suka bekerja di kubikal?
Sudah menjadi kesepakatan tidak tertulis jika setiap penghuni kubikal harus membawa buah tangan unik yang mereka dapatkan ditempat liburan. Kemudian mereka memberikannya kepada orang lain di kubikal.
Cara mereka  membagikan makanan itu pun nggak sembarangan. Nggak ada ceritanya tuch  yang datang ke meja orang lain terus bilang;”Nih cobain deh oleh-oleh  yang gue bawa...” 
Nggak ada juga yang datang ke meja orang lain terus bilang;”Nyicipin dong makanan yang elo bawa.”
Nggak ada.
Yang ada adalah: mereka meberbangkan bungkusan makanan itu dari kubikalnya  masing-masing. Lalu, siapapun boleh menangkapnya selagi makanan itu  melayang diudara. Jadi. Sebenarnya mereka bukan sekedar membagikan  makanan. Melainkan menciptakan kegembiraan. Itu adalah salah satu  pemandangan yang bisa ditemukan di kubikal. Setiap Senin pagi.
Biar pun begitu. Ada  aturan yang mereka terapkan. Misalnya. Hanya makanan kering yang boleh  diterbangkan. Makanan basah disimpan di pantry untuk siapa saja yang  menginginkannya.
Selain itu. Bobot  makanan pun perlu diperhatikan. Kalau beratnya sepuluh kilo ya nggak  boleh dilempar dong. Bisa bikin jontor muka orang kan?
Aturan mainnya sederhana. Tak seorang pun di kubikal  yang boleh menyimpan makanan untuk dirinya sendiri. Mereka harus segera  memberikan makanan miliknya. Atau yang didapatnya dari orang lain.  Kepada orang lain lagi. Makanya. Semua orang pada sibuk menerbangkan.  Dan menyambar bungkusan makanan yang melayang diudara. 
Nggak heran jika dari setiap kubikal selalu ada makan yang terbang. Ditangkap oleh orang di kubikal lain. Lalu diterbangkan lagi menuju kubikal  lainnya.
Hal itu berlangsung  selama 15 menit. Hanya 15 menit. Nggak boleh lebih. Itulah aturan  mainnya sesuai kesepakatan yang mereka sendiri tentukan. Setelah waktu  15 menit berakhir. Nggak ada lagi yang boleh menerbangkan makanan. Hanya  tawa dan keceriaan saja yang bersisa. 
Setelah itu. Mereka  harus mendeklarasikan makanan apa saja yang diperolehnya. Kemudian.  Mereka menikmatinya sebagai cemilan selama mengerjakan tugas-tugasnya  disepanjang hari itu.
Kebersamaan. Itulah  yang dibangun oleh mereka. Kegembiraan. Itulah yang mereka ciptakan.  Kekeluargaan. Itu yang mereka buat bersama.
Di ruang kantor  lainnya. Hal-hal semacam itu susah dicari. Keceriaan. Kebersamaan.  Kegembiraan. Kekeluargaan. Sudah menjadi barang langka. Sementara mereka  mencarinya. Mereka juga menyebut itu sebagai kegagalan perusahaan  menciptakan tempat kerja yang menyenangkan.
The best place to  work for. Begitu orang-orang menyebutnya dalam kalimat yang keren.  Tempat terbaik untuk bekerja. Dulu orang mengira kalau tempat terbaik  itu adalah yang memberikan bayaran paling tinggi. Sekarang. Paradigma  itu sudah berubah 180 derajat.
The best place to  work for itu telah berubah wajah menjadi sebuah tempat kerja dambaan  para karyawan yang bisa memberikan suasana yang menyenangkan bagi setiap  orang yang berada didalamnya. 
Banyak juga  perusahaan besar yang mengeluarkan investasi untuk menciptakan kantor  seperti itu. Tapi mereka gagal. Tak sedikit juga yang sampai membentuk  ’Task Force’ segala. Namun usaha mereka kandas. Bahkan banyak perusahaan  papan atas yang menyewa konsultan management dengan bayaran ratusan  juta. Hingga miliaran. Tapi ya itu. Ujung-ujungnya mereka cuman  menghasilkan segepok dokumen yang nggak bisa diimplementasikan.
Dulu. Pak Presiden  Direktur pun melakukan itu. Namun semua usaha itu tidak membuahkan  hasil. Akhirnya management memutuskan untuk fokus aja pada pekerjaan.  Pokoknya pekerjaan selesai. Walhasil. Seperti di banyak perusahaan  lainnya. Karyawan bekerja seperti robot. Datang – kerja – pulang.  Begituuuuu aja setiap hari.
Gimana nggak boring tuch kerja kayak gitu?
Disaat semua orang boring itulah orang-orang menemukan keanehan. Ketika kembali ke kubikalnya  masing-masing setelah istirahat siang. Semua orang mendapati gulungan  kertas kecil di mejanya masing-masing. Kalau bukan kerjaan Natin, siapa lagi?
”Elo pade dapat gulungan kertas kayak gini, nggak?” Opri berteriak sambil mengangkat gulungan kertas itu.
”Iya. Gue dapat.” balas Fiancy.
”Gue juga.” Aiti nggak mau kalah.
Semua orang di kubikal  mendapatkannya juga. Lalu tanpa diperintahkan siapapun mereka  membukanya nyaris bersamaan. Lantas mereka membacanya keras-keras.
”Menuuuu hariiii  ini!” teriak mereka. Menarik nafas panjang. Lalu membaca  lagi:”Menciptakan,” kata mereka. ”Kegembiraanmu sendiri.” lanjutnya.  Persis seperti anak SD yang sedang membaca ikrar siswa pada saat upacara  bendera.
Sejak saat itulah kemudian orang-orang di kubikal sadar; mengapa usaha managemen untuk menciptakan suasana kerja yang menyenangkan selalu gagal. Karena seperti kata Natin. Kegembiraan di tempat kerja itu hanya bisa  diciptakan oleh dirimu sendiri. 
Maka jika ingin  bekerja di perusahaan yang mempunyai predikat ’The Best Place To Work  For”, tidak harus mencari-carinya. Tidak usah melamar kesana kemari.  Tidak perlu mengintip perusahaan lain. Tapi. Ciptakanlah suasana yang  menyenangkan di tempat kerjamu sendiri. Natin bilang; ”Ciptakanlah kegembiraanmu sendiri.....”
”Masih ada  makanannya?” tiba-tiba saja Pak Mergy muncul. Tangan kiri dan kanannya  menenteng bawaan dalam plaktik besar yang tertutup rapi.
Orang-orang di kubikal  saling pandang. Mereka nggak ingat jika Pak Mergy belum kebagian  oleh-oleh. Tapi mau bagaimana lagi. Nggak ada lagi bungkusan yang masih  utuh. Semuanya sudah dibongkar.
”Yah. Sudahlah,”  katanya. Meski terlihat tabah. Namun terasa sekali aura kekecewaan  diwajahnya. ”Nggak ada yang ingat pada saya....” katanya.
Semua orang merasakan  irisan kecil didalam hatinya. Nyeseeeel banget kenapa sampai lupa pada  Pak Mergy. Seandainya saja ada satu bungkus yang masih utuh. Pasti  mereka tidak perlu terlalu malu. 
”Setidaknya, adaaaa  gitu ya orang yang tergerak hatinya untuk membantu meringankan beban  saya,” Pak Mergy meringis seolah menahan beban berat di kiri dan kanan  bawaannya.
”Oke Pak, kami bantu.  Kami bantu...” orang-orang serempak tergopoh. Lumayan. Bisa menjadi  penebus dosa atas lupa mereka. Semua orang pun berebut mengangkat  kantong plastik besar yang dibawa Pak Mergy. Tapi karena semua orang  pada berebutan, akibatnya sungguh diluar dugaan.
Wadah barang bawaan Pak Mergy robek, hingga semua isinya jatuh berserakan! 
O-o..... Semua orang menutup wajahnya masing-masing. Nggak kuasa memandang tampang Pak Mergy. 
”Ya ampuuuuuuunnnnnn....” teriak Pak Mergy. Nyaris histeris.
Mereka hanya berani  mengintip dari sela-sela jemari tangan. Ada berbagai bungkusan makanan  kering yang berserakan. Mungkin semuanya itu akan dipaketkan oleh Pak  Mergy untuk keluarganya di kampung. Mereka hanya bisa membayangkan  betapa marah Pak Mergy atas ulah mereka yang doyan bikin rusuh itu.  Meskipun niat mereka untuk membantu. Sekarang. Mereka hanya bisa pasrah.
”Baiklah anak-anak,”  lanjut Pak Mergy. Semua telinga pasrah. Mau terima omelan apa saja.  ”Semua makanan ini saya bawa untuk kalian......”
Hooooooh……. Orang-orang langsung merasa lemas…..
“Sekarang  kita nikmati bersama-sama ya…..” sambung Pak Mergy. Semua orang senang  alang kepalang. Mereka mengerubuti Pak Mergy. Sambil melompat-lompat  mengelu-elukannya. 
Tiba-tiba saja semua orang di kubikal  menyadari betapa indahnya ketika kegembiraan dan kebersamaan itu bisa  dibangun bukan hanya dengan  sesama kolega. Tetapi juga bersama atasan dan bawahan. Mereka semakin  tahu sekarang. Bahwa tempat terbaik untuk bekerja itu bukanlah tempat  yang harus dibangun oleh managemen. Atau dicari-cari di lokasi lain.  Melainkan tempat yang bisa diciptakan oleh kita sendiri. Disini. Kata Natin. Ciptakan kegembiraanmu sendiri……disini.
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
Author, Trainer, & Public Speaker ”Natural Intelligence”  
Catatan Kaki:
Nggak ada perusahaan yang bisa menciptakan ”The Best Place To Work For” tanpa keterlibatan karyawannya secara langsung.
Minggu, 8 April, 2012 20:35

Tidak ada komentar:
Posting Komentar