"Eka, internet saya lambat sekali. Tolong atasi yah, kalau kamu  harus pindahkan kamar saya, silakan pindahkan. Angkat saja semua barang  saya. Tolong bantu saya carikan internet yang lebih cepat. Sekarang saya  mau makan malam dulu. Terima kasih yah, Eka", begitu kata saya kepada reception hotel malam ini. Hari masih jam 7 malam, saya menunggu dijemput untuk makan malam.
Setelah saya pulang jam 10 malam, saya diberitahukan oleh Guest Relation Officer, bahwa kamar saya tidak jadi dipindahkan. Internetnya sudah mereka tes. Mereka sudah coba buka google.com dan detik.com dan hasilnya bagus. Saya dipersilahkan mencoba sendiri koneksi internetnya.
Saya masuk ke kamar dan mencoba koneksi internetnya. Yang saya buka pertama kali tentu saja gmail.com kesayangan saya. Ternyata koneksinya masih sama lambatnya.
Saya menelpon ke reception.  Memberi tau lagi bahwa koneksi internet saya masih lambat. Komplain saya  disambut oleh supervisor yang bertugas, Mei-mei. Kami malah berdebat (PS: jangan lakukan yah, jangan pernah berdebat dengan tamu!), "Mei,  saya sudah capek, saya sudah letih. Saya masih harus kerja malam ini.  Ayolah! Mari kita fokus ke solusi. Bantu saya carikan internet yang  lebih baik. Besok pagi saya sudah harus bertugas lho".
Mei-mei menanggapi, "Pak, sepertinya itu karena banyak tamu yang pakai internet." Sayapun menjawab, "Mei,  jam 7 malam saya coba, koneksinya seperti ini, sekarangpun sudah jam  10, koneksinya persis seperti ini. Kalau karena banyak tamu, saya nggak  yakin. Lagipula, seharusnya bukannya kamu yang mengatur tamu. Kamu nggak bisa ngatur berapa banyak tamu yang pakai internet. Yang bisa kamu lakukan adalah tingkatkan service kamu, cepatkan koneksi internet kamu."
Masalah ini berlanjut terus.  Mei-mei tidak mau memindahkan kamar saya ke daerah yang dekat dengan  router lain. Kami mencoba berbagi solusi aneh lainnya; pakai kabel,  pindah ke kamar sebelah, tetap saja hasilnya sama.
Akhirnya saya putus asa, lalu  saya menelpon Mei-mei sekali lagi, "Mei, sepertinya saya harus menerima  bahwa malam ini internet saya lambat sekali. Namun kalau boleh saya  kasih nasehat, jelas saya sedang kesal, capek, dan marah. Setidaknya  yang bisa kamu lakukan adalah memberikan sesuatu untuk mengobati sakit hati. Kamu bisa memberikan minuman segar untuk menurunkan amarah atau kamu bisa memberikan solusi yang lain."
Mei-mei minta maaf kepada  saya, mengucapkan selamat istirahat. Namun minuman itu tidak pernah  datang. Bentuk permintaan maaf itu tidak pernah datang.  Mungkinkah datangnya besok pagi? Saya tidak tau. Namun bila saya kecewa  sekarang, jelas lebih baik dihadapi sekarang daripada besok.
Apalagi diatasi 9 bulan lagi, bisa-bisa terulang kejadian United Airlines.
Dalam bisnis, masalah pasti terjadi. Namun bagaimana anda mengatasi masalah, itu yang penting. Sebenarnya saya tidak perlu sampai marah ke supervisornya. Sudah seharusnya masalah saya bisa diatasi oleh receptionist saja.
Bila saya harus marah sampai ke supervisor, apa yang terjadi? Ini yang terjadi, tolong disimak baik-baik.
Tamu kesal karena harus menunggu lama dan dilempar ke sana-sini.
Receptionist  kesal karena dia tidak punya power apa-apa untuk mengatasi masalah ini.  Dia bahkan tidak berhak memesan minuman atau memindahkan tamu ke kamar  yang lebih baik. Dia malu menghadapi tamu. Tamu pun akan kesal dengan  receptionist yang sepertinya 'tidak berguna'.
Supervisor  kesal, karena setiap kali dia masuk kerja, dia harus menghadapi masalah  tamu complain. Ini akan memperpendek umurnya. Yang paling penting, dia  tidak akan lagi punya waktu untuk mengerjakan sesuatu yang kreatif.  Waktunya habis menghadapi customer complain.
SOLUSINYA:  berikan power kepada receptionist untuk bertindak sesuai dengan apa  yang akan dilakukan oleh manager. Misalnya, hanya manager yang berhak  memindahkan kamar dan memesankan minuman saat terjadi masalah dengan  tamu.
Maka berikanlah power itu tadi kepada receptionist. Hasilnya:
Tamu senang karena mendapatkan respons cepat.  Langsung mendapatkan minuman untuk menurunkan suhu emosi dan malah  senang karena mendapatkan kamar bagus. Walaupun masih ada masalah,  hatinya terobati.
Receptionist  senang karena mendapatkan power, bisa langsung menyelesaikan masalah  dengan tamu. Dia pun akan lebih dihargai dan disayang oleh tamu.
Supervisor  senang, tidak perlu menghadapi complain setiap kali masuk kerja.  Supervisor bisa mengerjakan pekerjaan kreatif yang meningkatkan omset  & mutu perkerjaan.
Manager senang karena semua  masalah bisa teratasi dengan baik, persis seperti dia sendiri yang  mengatasinya. Laporan pun ada dan jelas!
Itulah yang namanya Empowerment.
Anda merasa ilmu ini berguna? Praktek yah.
Salam dahsyat untuk anda dan perusahaan anda!!
-- 
Hendrik RonaldSelasa, 5 Juni, 2012 11:47
Tidak ada komentar:
Posting Komentar