Oleh: Andre Vincent Wenas
Informasi  adalah unsur krusial jika properti jadi bagian dalam portofolio  investasi Anda. Kapan waktu yang tepat untuk beli, dan kapan mesti jual.  Salah satu kiatnya adalah rajin ngobrol dengan agen properti. 
Kalau  perlu, jalin hubungan  dengan lebih dari 10 agen properti. Dengan begitu, di setiap hari  kerja, Anda bisa menggali informasi dari satu agen, dan kembali ke agen  yang 
sama dua minggu kemudian. Lagipula, dengan cara itu informasinya bisa lebih obyektif dan seimbang.
Kalau  Anda ada rencana menyekolahkan anak ke luar negeri boleh juga Anda  pertimbangkan investasi properti di mancanegara. Pilih negara yang aman,  stabil mata uangnya, dan masih bertumbuh serta kualitas pendidikannya  tinggi. Singapura misalnya.
Konon, harga properti di sana naik  sekitar 10% tiap tahun, sementara, tingkat inflasinya tak lewat 1 digit  dan suku bunganya di bawah 5%. Maka prospek keuntungannya jelas di depan  mata.
Dus, banyak orang memilih properti di Singapura karena  faktor lokasinya yang dekat dan keamanannya yang terjamin. Juga ada  kepastian hukum yang jelas. Enggak ada soal SARA atau perbedaan  perlakuan antara pribumi dengan nonpribumi. Kondisi ekonominya maju dan  sosial-politiknya damai. Dengan begitu, harga propertinya boleh  diyakinkan akan naik teus tiap tahun.
Beli properti di Singapura  bisa lewat broker asing yang banyak beroperasi di sini. Mereka kerap  mengadakan pameran, sekaligus menyediakan notaris, bahkan juga bank yang  akan membantu membiayai investasi properti Anda. Fee buat apara broker  asing ini pun standar saja, yakni sekitar 2,5% dari harga properti.
Amerika  Serikat juga salah satu sasaran investasi properti. Sistem hukum yang  membolehkan orang asing membeli proerti dan tanpa diskriminasi membuat  daya tariknya tinggi. Selain mata uang dolar yang stabil, unsur lainnya  adalah: regulasi yang tidak berbelit dan administrasi yang rapih.
Selama Anda tepat waktu dalam mencicil, membayar pajaknya, dan tidak melakukan kecurangan, maka aman saja.
Sistem  pembayarannya cukup longgar. Periode cicilan bisa sampai 20 tahun-30  tahun, sama halnya di Singapura. Tingkat sukubunga pun  rendah, cuma sekitar 5%-an. Lagi pula, pendidikan di AS jelas masih  menjadi acuan dunia.
Sebagai bandingan di Indonesia, rata-rata  sukubunga di kisaran 18%. Sementara, kenaikan harga di sini belum pasti.  Kecuali Anda, dapat lokasi yang super bagus, atau menurut istilah  fengshui daerah "kepala naga".
Namun, bukan berarti bisnis  properti di Indonesia tanpa prospek. Kembali, banyak-banyaklah  berhubungan dengan para agen properti supaya Anda juga dapat  feeling-nya. Rajin kunjungi pameran properti, biasanya saat pameran ada  diskon harga sampai 10%-15%, lumayan.
Saat pameran, Anda pun bisa  sekaligus membandingkan berbagai produk dari sisi kualitas, lokasi,  paket harga, dan bertanya prospek pembangunan wilayah sekitar properti  yang akan sangat mempengaruhi nilai masa depan properti yang Anda beli.
Saat  in, di Indonesia juga mulai banyak sekolah dan universitas yang  berstandar internasional (dengan bahasa Inggris sebagai pengantar  kuliah) yang bagus juga untuk dipertimbangkan.
Misalnya, di  kawasan industri Jababeka, Cikarang, ada President University. Di  kawasan Tangerang ada Universitas Pelita Harapan dan Swiss-German  University. Di Kawasan Kalibata ada IPMI Business School yang menawarkan  program S-1 dan S-2 berstandar internasional. Juga di beberapa lokasi  sekitar Jabodetabek, bahkan di Surabaya.
Membeli properti di  kawan yang punya masa depan - dari sisi industri/bisnis, infrasturktur,  rekreasional, dan pendidikan - akan sangat menjamin future-value suatu  properti.
Selain sisi pendapatan dan keuntungan, perlu dicermati  pula sisi biaya perawatan properti. Konon, biaya perawatan properti di  mancanegara berkisar 5% dari nilai rumah.
Uniknya, porperti itu  bisa diapakai sendiri saat mendampingi anak-anak sekolah, namun nilainya  akan terus naik. Mulailah berinvestasi dan bersiaplah untuk  sukses.
-----------------------------------------------------------------------
Catatan:  Artikel ini pernah dikontribusikan oleh Kontributor ke Tabloid  Bisnis KONTAN, Minggu V, April 2007.  Segala hal yang menyangkut  sengketa Hak atas kekayaan Intelektual, menjadi tanggung jawab  Kontributor
Minggu, 3 Juni, 2012 23:54
Tidak ada komentar:
Posting Komentar