Ada sisi lain Natin yang jarang terungkap.
Sebenarnya.  Diantara sekian banyak orang yang menyukai Natin. Ada juga orang yang  tidak menyukainya. Meskipun mereka punya alasannya sendiri-sendiri tapi  kalau ditelusuri sampai ke  akarnya. Ternyata alasan yang berbeda-beda itu berakar kepada satu  sumber yang sama. Yaitu; Natin menyerukan tentang kebaikan.
Natin  mengajak orang untuk jadi lebih baik. Itu loh yang membuat banyak orang  seneng sama Natin. Dan. Itu juga yang membuat orang lainnya sebel sama  Natin.
Loh? Kok gitu? Ya emang begitu.
Ternyata.  Nggak semua orang suka sama orang yang ngajak memperbaiki diri. Ngajak  lebih giat. Ngajak lebih gigih. Kalau dengan santai-santai aja sudah  seneng? Ngapain harus jadi lebih rajin? Nyape-nyapein diri sendiri aja.  Iya kan?
Biasalah. Soal pro dan kontra itu pasti ada.
Dan  kayaknya sih, Natin sudah paham benar soal itu. Makanya dia terus saja  menjalankan kebiasaannya untuk menyampaikan pesan-pesan positif.  Menuliskan kalimat-kalimat inspiratif. Atau sekedar menghibur  teman-teman yang lagi pada gondok.
Pernah  juga loh ditanyakan sama dia. Kenapa sih kok santai-santai aja meskipun  ada orang yang nggak suka sama dia? Mestinya kan dia protes dong. Kan  dia sama sekali nggak ganggu siapapun. Malah dia berusaha untuk mengajak  orang lain menjadi pribadi yang lebih baik kok. Eh, ini malah  disebelin.
Gile  banget si Natin itu. Dengan nyantainya dia bilang kalau para Nabi aja  dimusuhin banyak orang. Apalagi hanya seorang office boy. Jadi, kenapa  mesti pusing dengan orang-orang yang tidak menyukai kita, ketika kita  berusaha untuk berbagi kebaikan dengan mereka. Dan mengajak mereka untuk  juga sama-sama menjadi orang yang lebih baik….
Prinsip  yang dipegang teguh Natin itu membuat dirinya kuat dengan reaksi dan  perlakuan apapun dari lingkungannya. Natin seperti memiliki baju besi  yang tidak bisa ditembus oleh senjata apapun yang berniat untuk  melukainya. Dia kebal dengan komentar buruk. Tahan dari kesinisan  orang-orang yang nggak suka padanya. Ya…, persis seperti dia bilang;  Nabi saja banyak yang nggak suka, kok. Apalagi hanya seorang office boy  seperti saya….
Salah  satu tuduhan yang sering diterima Natin dari orang-orang yang nggak suka  sama dia adalah; “Si Natin itu antek-anteknya management!”
Tuduhan  itu kasar banget. Tapi. Mereka punya alasan sendiri makanya berani  bilang begitu. Kalau diperhatikan, seringkali nasihat-nasihat Natin itu  seolah-olah berpihak kepada management.
Misalnya  waktu Natin mengajak orang-orang di kubikal untuk memahami karakter  pekerjaan. Nggak semua orang mau terima itu dengan gampang. Selain ada  yang mengganggapnya bener dan masuk akal. Ada juga orang yang  menganggapnya sebagai alat management untuk meredam biar karyawan nggak  banyak protes. Terima aja pekerjaan apapun yang diberikan perusahaan. 
Kalau ditelusuri lagi sih ada hubungannya dengan kejadian-kejadian lain. Kira-kira enam bulan sebelum Natin jadi Office boy  terjadi  perubahan yang cukup besar di kantor. Sebenarnya, kubikal itu nggak  bisa menampung semua karyawan dan staff. Tapi karena space ruangan yang  masih tersedia untuk disewa sangat terbatas, terpaksa deh semuanya  digabung di lokasi apa adanya. Nggak cuman staff yang uyel-uyelan.  Manager juga banyak yang dapat satu ruangan untuk berdua. 
Bulan  January itu ternyata ada tenant lain yang nggak memperpanjang sewa  ruangan. Makanya kantor langsung menyewa space itu untuk dijadikan  perluasan soalnya sudah sangat perlu banget. Tapi karena tambal sulam  gitu ya, kedua space kantor itu nggak bisa dijadikan satu. Selain sudah  terpasang furniture dan perlengkapan lain yang lumayan mahal banget bisa  rusak kalau dibongkar. Kedua space itu juga terhalang oleh tenant lain  yang menyewa pas di sebelah kiri lift. Ya udah deh, meskipun di lantai  yang sama tapi ruangannya jadi terpisah.
Jadi  sebenarnya ada dua kelompok kubikal. Biar gampangnya, bisa disebut  sebagai kubikal lama dan kubikal baru. Di kubikal lama itulah Opri dan  teman-temannya bertugas. Kebanyakan cewek. Nggak semua cewek sih. Tapi  mayoritasnya ya cewek-cewek itu. Sedangkan di kubikal baru yang di space  ruangan yang baru itu dihuni kebanyakan oleh cowok-cowok. Ceweknya  cuman sedikit. Voldy yang menjadi pentolan disana. 
Buat  management, pindahnya mereka ke kubikal baru itu merupakan sebuah  kehormatan. Mereka dikasih tempat yang semua fasilitasnya serba baru.  Tapi dimata orang-orang itu, malah sebaliknya. Mereka malah meras  diusir, katanya. Ngaco kan, mereka itu. Lagian juga, jarak mereka cuman  beda beberapa langkah aja kok diributin. 
Nah, dari  kelompoknya Voldy inilah kebencian sama Natin sering muncul. Mereka  biasanya nongkrong di warung kopi Mak Minun yang letaknya persis di  seberang jalan kantor. Tinggal nyeberang dari tanggal lobi. Belok kanan  kira-kira 50 meter. Udah deh sampai diwarung kopi itu. 
Kedua  kubikal itu punya persepsi yang berbeda soal jam 8 pagi. Kalau buat  orang di kubikalnya Opri, jam 8 teng itu berarti mulai kerja pak pik  pek. Tapi kalau di kubikalnya Voldy, jam 8 itu artinya semua orang mesti  ngopi di warkopnya Mak Minun. Yang penting sudah ngabsen dulu di mesin  deket meja resepsionist. Terus nyalain komputer. Ngeloyor deh keluar.  Mereka baru datang lagi ke kubikal nanti. Kalau sudah jam Sembilan lewat  seperempat.
Nah, di warungnya Mak Minun ini penyataan “Si Natin itu antek-anteknya management!” pertama kali lahir.
Bakal  CLBK nih, antara Opri dan Voldy. Bukan Cinta Lama Bersemi Kembali. Tapi  Cekcok Lama Berkobar Kembali. Sejak sebelum pisah kubikal, kedua orang  itu emang sama-sama nggak nyambungnya.
Opri  bukanlah orang yang selalu setuju dengan apa yang dikatakan oleh Natin.  Setidaknya, dia tidak langsung menelan bulat-bulat semua yang dikatakan  Natin. Bahkan, dia sering menjadi penentangnya sampai dia benar-benar  mengerti apa maksudnya. Tapi. Dia juga sebel banget dengan sikap Voldy  yang sudah kelewatan itu. Dia hampir melabraknya kalau saja tidak  dihalangi oleh teman-teman yang lainnya.
Bukan  perkara gampang kalau hal itu sampai kejadian. Secara Voldy dengan  gengnya pasti nggak bakalan tinggal diam. Selain bisa jadi tontonan  orang-orang, persetruan yang sudah dibawa ke luar kantor bisa membuat  citra perusahaan tercoreng, kan?
“Elo nggak usah sebegitunya kali Pri…” kata Jeanice ketika mereka berjalan kembali menuju ke kubikal. 
“Ya nggak  bisa dibiarin begitu aja dong Jean,” balas Opri. “Kalau enggak dikasih  pelajaran, mereka bakal tambah kurang ajar.” Katanya.
“Natin juga nggak pernah tersinggung kok dengan ulah mereka,” Fiancy menimpali.
“Natin  begitu karena dia nggak berani, Fi….” Sanggah Opri. “Gimanapun juga dia  kan office boy. Mana bisa ngelawan orang-orang yang sok gitu…” dia  bilang begitu sambil menonjok angin kosong.
Itu  adalah tonjokkan yang tadi tidak jadi dilontarkannya ke hidung sok  mancungnya Voldy. Nggak jadi nonjok karena sudah keburu dipegangin sama  orang-orang.  Bukan perkara gampang juga mengendalikan orang seperti Opri. Meskipun ngakunya cewek, tapi tenaganya minta ampun deh...
Butuh 5  orang yang megangin dia. Ditambah satu meja yang di gulingkan untuk  memisahkan mereka berdua. Meja itu pun masih bisa tersungkur terkena  tendangan Opri. Dia baru benar-benar bisa ditenangkan ketika Jeanice  mendapatkan ping di gadgetnya. Karena tangannya udah kesemutan gara-gara  megangin Opri, dia langsung nyamber gaggetnya hanya setengah detik  setelah bunyi  ‘kulilang’ terdenger.
Begitu  membuka isi pesannya. Dia langsung tersenyum. Lalu memperlihatkan layar  monitornya kepada Opri. “Nih Pri, elo baca deh.” Katanya.
Sambil menahan emosi, Opri meliriknya. Disitu dia membaca ini:
TUGAS KITA ADALAH MENYERU
BUKAN MENGUBAH KEADAAN ORANG LAIN
Kenapa  coba, banyak orang yang kesel kalau orang lain nggak mau mengikuti  ajakannya pada kebaikan? Kata Natin, itu karena kita terlalu berharap  untuk bisa memperbaiki hidup dan perilaku orang lain. Padahal. Nggak ada  seorang pun yang bisa mengubah perilaku dan kehidupan seseorang selain  dirinya sendiri.
Jangankan  manusia seperti Natin. Manusia terpilih yang suci sekelas para Nabi dan  Rasul pun nggak sanggup membuat manusia berubah. Bahkan. Tuhan sendiri.  Telah menggugurkan hak yang dimiliki-Nya untuk mengubah manusia.  Makanya dalam kitab suci pun Tuhan bilang, kalau Dia; “tidak akan  mengubah nasib suatu kaum, sebelum mereka mengubahnya sendiri.” Bukan  karena Tuhan tidak mau. Bukan pula karena Dia tidak mampu. Tapi Dia  mensyaratkan itu. Sebelum Dia bantu orang itu untuk berubah.
Sombong  sekali kalau kita mengira bisa memperbaiki kehidupan orang lain. Takabur  juga kalau kita merasa bisa menjadikan orang lain lebih baik daripada  yang sebelumnya. Tidak tahu diri, kalau kita merasa berjasa kepada  orang-orang yang berhasil mengubah hidupnya. Sungguh. Kita ini hanya  sekedar menyeru. Sedangkan yang mengubahnya adalah diri mereka sendiri.
Dalam  istilah Sang Nabi; Amar makruf, nahi munkar… Artinya, mengajak manusia  kepada kenaikan dan mencegah mereka dari perbuatan yang buruk. Nggak  lebih dari itu. Makanya, tidak ada paksaan dalam berbuat kebaikan. Atau  menghindari keburukan. Kalau teman kita ingin menjadi baik, ya itu  pilihannya sendiri. Kalau mau terus-terusan buruk juga ya itu terserah  dirinya sendiri dong.
Kalimat  itulah yang membuat Opri bisa mengendalikan diri. Dia sudah tidak  terlalu bernafsu lagi untuk adu jotos sama Voldy. Setidaknya untuk saat  ini. Setelah menepiskan tangan teman-teman yang pada memeganginya, Opri  langsung pergi. Sambil mencolekkan jempolnya kepada hidungnya sendiri.
Natin  sudah mencontohkan jika mengajak orang di kantor untuk menjadi lebih  baik itu tidak selalu disambut secara positif. Ada saja yang  memandangnya dari sisi negatif. Malah sampai membencinya segala. Jangan  heran. Karena begitulah warna warni kehidupan. Jika kita hanya ingin  yang mudah-mudah dan indahnya saja, maka kita sepertinya mau melarikan  diri dari realitas.
Akui saja realitas yang kita hadapi saat ini.
Ada  siang, ada malam. Ada hitam, ada putih. Ada baik, ada buruk. Ada teman  sekantor kita yang gampang diajak bener. Dan ada juga yang ndableknya  minta ampun. Bahkan malah balik menghardik setiap kali diajak untuk  melakukan hal yang baik-baik. Begitulah Yin dan Yang. Namun dalam setiap  keburukan pun, selalu terselip nilai-nilai kebaikan.
Sesekali,  bahkan kita perlu mendengar apa yang dikatakan oleh orang-orang seperti  Voldy. Ingat Yin dan Yang sekali lagi. Supaya kita bisa sadar bahwa  dalam setiap keburukan pun, tersimpan kebaikan. Hanya saja, kebaikan itu  sering tersembunyi. Sama seperti keburukan yang sering kali bersembunyi  dibalik, kalimat-kalimat manis yang terdengar baik.
Makanya,  kita nggak bakalan gampang terperdaya oleh kata-kata manis yang berbisa.  Dan kita juga nggak bakal langsung memvonis buruk orang-orang yang  tampaknya kurang baik. Misalnya, apa yang dikatakan oleh Voldy pagi tadi  di warung Mak Minun. Dia bilang; Dunia tidak seindah bacotnya si  Natin…..!
Entah itu  benar suara hatinya sendiri. Atau karena dia terlalu sering membaca  status-status antagonis di facebook. Makanya sampai keluar kata-kata  seperti itu. Kalau sampai kedengeran sama orangnya, gimana? Padahal,  kalaupun orang itu melakukan kesalahan, maka kesalahannya adalah  mengajak orang lain kepada kebaikan.
Tapi,  kata-kata Voldy itu mengandung kebenaran. Seperti dia bilang. “Dunia  tidak sindah bacotnya si Natin!” Kenyataannya emang demikian kan? Nggak  semua orang bisa diajak bener….
“Berapa  kali sih mesti saya bilang kalau ini sudah waktunya kerja! Jam segini  kok masih pada nongkrong di warung kopi!!” Pak Mergy terlihat marah  sekali ketika memergoki mereka di pintu lift.
Opri dan teman-temannya terperanjat. “Tapi Pak…”
“Sudahlah.  Nggak usah tapi-tapian. Saya tahu kamu dari warung kopi!!!” tambahnya.  “Buat apa disediakan kopi di pantry kalau masih ngeluyur kesana, eh?!”
“Lho, kok Bapak tahu sih kami dari warung kopi?” tanya Opri. Penasaran bagaimana bisa Pak Mergy tahu soal itu.
“Kalian pikir hanya kalian saja yang suka sama wanginya kopi Mak Minun?” jawab pak Mergy.
Hooooooh……. Orang-orang langsung merasa lemas…...
Tiba-tiba  saja semua orang di kubikal menyadari bahwa jika kita mengharapkan  semua orang akan mudah diajak untuk berubah, maka kita keliru mengira  jika didunia ini semuanya indah. Hanya anak Taman Kanak-kanak yang boleh  mengira begitu. Tahu kenapa? Karena mereka mengira kalau dunia itu  adalah kebun yang penuh dengan bunga. Ada yang putih. Dan ada yang  merah. Setiap hari. Mereka menyiram semua. Mawar melati. Semuanya indah.
Kantor  kan bukan TK lagi. Jadi, dunia kita sudah jauh lebih luas dari sekedar  kebun mungil masa kecil. Makanya. Jangan tersinggung lagi kalau ajakan  kita untuk berbuat kebaikan itu malah dilecehkan oleh sebagian orang.  Karena tugas kita, adalah untuk menyeru kepada kebaikan. Bukan mengubah  keadaan orang lain.
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DeKa – Dadang Kadarusman – 5 Juni 2012
  Catatan Kaki:
Tidak  ada yang bisa mengubah keadaan seseorang. Kecuali dirinya sendiri.  Begitulah teladan para Nabi. Dan begitulah firman Ilahi dalam kitab  suci.
Silakan  di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung  saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai  tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya. 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
DEKA - Dadang Kadarusman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar