Sabtu, 22 Oktober 2011

Metamorfosis di Bulan Desember

Oleh: Andre Vincent Wenas


  Natal, Sinterklaas (di Amerika jadi Santa Claus), pohon terang, tiga raja dari
timur, dan lagu malam kudus adalah ikon-ikon tradisional bulan Desember.
Peristiwa yang sejatinya religius-spiritual, saat ini, terasa semakin
bermetamorfosis jadi komersial-global. Natal dan segala ikon derivatifnya telah
menjadi industri yang bercorak lintas-batas (borderless), sebuah simfoni
kapitalis bernada dasar D mayor (baca: Dollar!).

  China, yang komunis (sistem politiknya) dan budhis/konghucu (corak budayanya) dan sekaligus kapitalis (gaya perekonomiannya), telah proaktif mengambil bagian sebagai pemasok pohon-pohon natal plastik bermutu tinggi dan lampu kelap-kelip warna-warni (plus musiknya) yang ditawarkan murah ke seantero bumi. Pasar pagi Mangga Dua di kawasan utara Jakarta adalah salah satu noktah etalase industri Natal made in China.

***

  Persisnya 1664 tahun yang lampau, di sebuah kota kecil Myra di kawasan
Mediterania (pantai Lycia, Turki) seorang Uskup yang kondang karena kebaikan
hatinya baru saja wafat. Namanya Uskup Nicholas. Uskup yang gemar menolong orang kesusahan ini kabarnya, seperti diceritakan W.B. Marsh & Bruce Carrick dalam buku mereka ‘Great Stories from History, 365 for Everyday of the Year’ (Icon Books UK, 2006, hlm:500-501), pernah membantu kakak beradik putri yang ayahnya terlilit hutang dan karenanya nyaris terjerumus dalam prostitusi. Caranya, dengan menjatuhkan beberapa kantung uang emas lewat cerobong asap rumahnya, dan salah satu kantung itu ada yang nyangkut di kaos kaki yang sedang digantung dekat perapian supaya kering.

  Waktu Uskup baik hati ini wafat di tahun 343 M, ia dimakamkan di Myra di mana kuburannya segera menjadi tempat suci. Tidak jelas memang, apakah beliau akhirnya dikanonisasi (secara resmi diangkat jadi orang kudus, Saint). Hikayat hanya menceritakan, karena “popularitas” kesuciannya, beberapa pelaut Italia akhirnya memboyong tulang-tulangnya ke kota Bari di pantai Adriatic, Italia. Di sanalah akhirnya ia “menetap”, di tempat suci Basilika San Nicola, yang sengaja dibangun untuk persemayamannya.

  Di abad pertengahan (middle-ages), kultus tentang St.Nicholas semakin menyebar ke Eropa, di mana ia digambarkan sebagai figur sejuk berjanggut penuh warna putih, mengenakan jubah Uskup berwarna merah. Kultus ini dikabarkan sempat meredup di Eropa jaman pertengahan, kecuali di Holland alias Belanda.

  Pada gilirannya tradisi kultus Saint Nicholas (yang oleh lidah orang Belanda
digampangkan sebutannya jadi Sinterklaas) di bawa pula saat mereka membuka Dunia Baru (New World) dengan mengkolonisasi New Amsterdam (alias New York, di Amerika) abad ke-17.

  Di Dunia Baru itu, Sinterklaas bermetamorfosis menjadi Santa Claus, yang khas
bercorak Amerika. Bukan lagi pakai jubah-repot, tapi berjaket dan celana
panjang-praktis (tetap warna merah), dengan call-sign yang terkenal… Ho.. Ho..
Ho.. Hoooo… Pupuslah sudah wibawa seorang Uskup. Profil Santa Claus versi
Amerika secara kasat mata lebih mirip pencinta bir yang sedang mabuk dan
kepayang memboroskan harta-karunnya.

***

  Manusia memang butuh banyak simbol dalam meniti hidupnya yang singkat ini. Tanpa simbol, penghayatan akan dunia jadi gagu dan kering seperti di gurun
pasir. Nyatalah bahwa simbol telah membuat dunia jadi bermakna.

  Panta rei, semua mengalir, kata Heraklitos. St.Nicholas mengalir jadi
Sinterklaas, kemudian bermetamorfosa lagi jadi Santa Claus. Bukan cuma
namanya, tapi juga kostum dan aksesorinya, berubah. Change is the only
certain thing that never change!

  Natal beserta ikon derivatifnya nyata telah menjadi suatu industri global,
mentradisi dan tidak pandang latar belakang agama. Sesungguhnya – pada sisi yang lain – masih ada banyak peristiwa dan simbol budaya bangsa yang juga “bisa diindustrialisasikan” demi kemaslahatan bangsa. Hari raya, kesenian, sejarah, tradisi bangsa/suku, karya seni tradisional, situs-situs keindahan alam dan sejarah adalah sekelumit potensi – yang dengan sedikit kecerdasan ditambah komitmen – bisa menjadi peluang industrialisasi berskala global. Tapi jangan lupa urus hak patennya, supaya tidak keburu diserobot tetangga! Tahun depan kita bisa lebih baik. Selamat Natal 2007 dan Tahun Baru 2008.

-------------------------------------------------
(artikel dari Majalah MARKETING)
Selasa, 18 Oktober 2011  10:37

STRATEGIC MANAGEMENT SERVICES

Tidak ada komentar:

Posting Komentar