Senin, 17 Oktober 2011

Lego Jangkar Kompetensi Kelas Dunia!

Oleh: Andre Vincent Wenas


  Kompleksitas lanskap bisnis yang digambar lewat survey The McKinsey Quarterly pada bulan November 2007 memperlihatkan tiga kecenderungan global yang perlu disikapi secara memadai oleh setiap pelaku usaha. Trend pertama adalah semakin tajamnya persaingan perebutan talenta (baca: human capital) terbaik di dunia.

Kedua, terjadinya pergesaran pusat-pusat aktifitas ekonomi dunia. Kecenderungan global ketiga, adalah makin maraknya lingkungan networked-business (ala Li & Fung yang mampu mengorkestrasi puluhan bahkan ratusan anggota jaringannya secara harmonis dan menguntungkan).

  Selain itu, ada dua tema besar yang kerap muncul dan jadi concern dari hampir
setiap pelaku usaha disamping ketiga tantangan global tadi yang datang
bergulung-gulung. Pertama, bagaimana menggerakkan organisasi dengan lincah. Dan kedua, bagaimana menyikapi dengan tepat kenyataan keanekaragaman geografis dan regional.

  Ironisnya, tatkala ditanya soal kesiapan menghadapi tantangan dan keprihatinan global ini, lebih dari dua per tiga eksekutif mengatakan bahwa organisasinya tidak (belum) punya pandangan  jernih tentang perubahan apa yang perlu dilakukan demi meyelaraskan diri dengan kebutuhan pelbagai pembangunan ekonomi dan sosial yang menyeruak.

***

  Pernah diprediksi oleh para pemikir di Yayasan Indonesia Forum, bahwa
Indonesia di tahun 2030 bakal menempati posisi kelima (dengan ukuran PDB sekitar US$5.1 trilyun) setelah China ($28.2T), Amerika Serikat ($26.1T), Uni Eropa ($20.7T) dan India ($17.0T). Road-map menuju posisi 5 besar di tahun 2030 dibagi menjadi 3 tahap.

  Tahap 1, adalah perjalanan menuju tahun 2015 dengan laju pertumbuhan 5-7
persen per tahun. Ini disebut tahap Pembenahan (yang dibenahi adalah sistem dan pola pembangunan), di mana kita belajar dengan mengadopsi teknologi luar negeri sembari mengembangkan teknologi lokal. Tahap 2, adalah tahap Akselerasi (dengan pertumbuhan sekitar 9-11 persen per tahun). Cirinya, pertumbuhan sektor jasa lebih tinggi dibanding sektor industri. Tahap 3, adalah tahap Keberlanjutan, di mana tingkat pertumbuhan dijaga pada kisaran 7-9 per sen per tahun. Sekedar catatan bagi para professional Indonesia, di tahun 2030 perkiraannya PDB per kapita kita sudah mencapai US$18,000 dengan jumlah penduduk berkisar 285 juta orang. Dan perlu ingat, prestasi itu bisa tercapai jika rata-rata pertumbuhan 2006 – 2030 ada pada kisaran 8,5 persen per tahun, dengan rata-rata inflasi sebesar 3 persen, dan laju pertambahan penduduk rata-rata 1,12 persen per tahun.

***

  Dengan melihat ukuran-ukuran ekonomi sebagai lag-indicators (akibat), maka
perlu dipahami betul faktor-faktor apa saja yang merupakan lead-indicators-nya (penyebab). Kerangka balanced-scorecard membantu kita untuk melihat cause & effect dari asumsi-asumsi pertumbuhan itu. Urut-urutan dari faktor financial yang disebabkan faktor customer, di mana customer ini pada gilirannya hanya terjamin kepuasannya jika internal-process kita bisa menghasilkan produk atau jasa yang paling bernilai tambah. Dan pada analisa berikutnya, proses-proses bisnis (dan pembangunan) hanya bisa berjalan baik jika – pada ujungnya – faktor modal manusia bisa optimal dalam dimensi learning & growth-nya.

  Ini merupakan management-toolkit sederhana namun powerful bagi setiap kita
untuk secara sadar melihat dan mulai membangun kompetensi. Perlu sikap
pembelajaran sebagai profesional sejati yang berani hidup otentik agar
kontribusinya positif dan konstruktif bagi proses pengelolaan pembangunan.
Sehingga siapa pun yang dilayani oleh produk industri maupun jasa kita dapat
terpuaskan dan akhirnya target-target ekonomi bisa tercapai demi kemaslahatan bangsa.

***

  Di abad ke-14 China adalah negara paling maju di dunia, super-power. Gavin
Menzies (dalam bukunya: 1421, Saat China Menemukan Dunia, Pustaka Alvabet,
cetakan ke-3, 2007) mencatat: “Kapal yang paling kuat di dunia pada abad
keempatbelas dan awal abad kelimabelas, dan bahkan terbesar adalah kapal layar China. Ibnu Battuta, pengelana dan penulis dari Maroko yang juga menjelajahi Asia di abad keempatbelas, menulis bahwa perdagangan di seluruh dunia antara pantai Malabar di India dan China dilakukan oleh kapal-kapal China.” Kunci kemajuan mereka adalah faktor learning & growth bangsa China dan politik pintu terbuka. Sehingga tersedia pelataran yang lebar bagi pelbagai diskursus peradaban intelektual, sastra dan kebudayaan pada umumnya. Jangkar pembangunan seyogianya dilego pada eksploitasi potensi dan optimalisasi kompetensi human-capital yang otentik. Bukan disangkutkan pada artifisialitas, yang menggiring orang pada budaya instan dengan kecenderungan
koruptif, kolutif dan nepotis.
   
-------------------------------------------------
(artikel dari Majalah MARKETING)


STRATEGIC MANAGEMENT SERVICES
Business Advisory & Management Consulting

Catatan:  Artikel ini pernah dipublikasikan di salah satu media. Segala hal yang menyangkut sengketa atas Hak Kekayaan Intelektual menjadi tanggung jawab Kontributor
Kamis,29 September 2011  14:14

Tidak ada komentar:

Posting Komentar