Sabtu, 22 Oktober 2011

Mempercantik Rumah di Dalam

Oleh:  Rahmadsyah Mind-Therapist

Belajarlah dari durian, meskipun kulitnya berduri, tetapi isinya banyak diminati. 

#NasehatDiri

Nasrudin dan gurunya mendapat undangan dari 4 orang warga desa sekitar madrasah mereka tempati. Para pemilik rumah mengharapkan, agar Guru Nasrudin mendoakan rumah mereka, supaya tempat tinggal mereka aman dan terhindar dari musibah. Guru Nasrudin mengiyakan undang tersebut dan menyanggupinya. Sambil menganggukkan kepalanya. Kemudian, sang guru mengajak Nasrudin untuk ikut bersamanya. Hingga, sampailah mereka ketempat tujuannya.

Rumah pertama
Rumah pertama yang mereka kunjungi, dari depan pintu pagar bisa terlihat, terdapat sampah dan rumput liar memenuhi halaman rumah tersebut. Seperti tidak pernah terawat. Sesampai di depan rumah, lantainya terlihat kotor karena jarang dipel. Sehingga, jejak bekas orang berjalan, jelas terlihat di sana. Tatkala masuk ke dalam rumah, Nasrudin melihat isi  perabotannya, seperti lemari, sofa, dan meja. Ruangan tersebut juga tidak kalah tidak terurus seperti halaman depan, bahwa kalau tempat itu jarang di sapu. Kemudian mereka duduk di pojok rumah, dan memulai doa keberkatan. Setelah selesai mendoakan, mereka melanjutkan kerumah berikutnya.

Rumah Kedua
Rumah kedua yang mereka kunjungi, berbeda dengan yang sebelumnya. Bagitu sampai di depan pintu pagar, Nasruddin memperhatikan. Rumah tersebut terdapat perbedaan yang signifikan, setelah membandingkan dengan yang telah mereka kunjungi sebelumnya. Rumuputnya terpotong rapi dan sejajar. Bunga-bunga tertata dengan rapi. Di halaman juga terpajang lampu tuk merengi halaman di malam hari.

Tatkala mendekati pintu depan, Nasruddin memperhatikan, sebagian dinding terukir artsitektur berbentuk kulit dan akar pepohonan. Ada kolam kecil, tertata batu alam seperti pasukan berbaris, tersusun rapi. Sungguh indah dan menggoda. Lantainyapun, sangat bersih. Ukiran di pintu dan gagangnya, juga dipenuhi ukiran-ukiran bintang zamrud. Namun, yang membuat Nasrudin terkejut. Isi dalam rumah ini tidak ada perbedaan sedikitpun dengan rumah pertama yang telah dia kunjungi sebelumnya. Hanya depannya saja yang berbeda.

Kemudian, Nasrudin dan gurunya mencari tempat duduk dalam ruangan tersebut. Sebagaimana tujuan menuju kerumah itu, mereka melakukan hal yang sama seperti sebelumnya, membacakan doa keberkatan. Setelah selesai membaca, baru melanjutkan ke rumah selanjutnya.

Rumah Ketiga
Kali ini, Nasrudin mengunjungi rumah yang sederhana. Perbedaan yang mencolok dari rumah pertama dan kedua,  terutama dari kondisi halaman. Pekarangan raumah yang ditinggali oleh pemilik ketiga ini, tidak terlalu kotor, juga tidak seperti rumah yang kedua. Rumputnya terpotong sekedar saja, tidak rapi, namun juga tidak menganggu padangan olehnya. Sampah nya tertumpuk di satu sudut, yang setiap sehari sekali ada yang memindahkannya.

Dindingnya tidak terukir oleh hiasan apapun. Polos saja, seperti rumah lain pada umumnya. Persis seperti dengan yang pertama. Namun, rumah yang ketiga ini lebih bersih. Lantainya tidak mengkilat, namun tidak membuat pakaian kotor bila diduduki. Sederhana dan biasa-biasa saja. Kotor tidak, mewahpun tidak masuk katagori.

Akan tetapi, tatkala Nasruddin membuka pintu memasuki rumah tersebut. Hidungnya langsung mencium aroma yang membuatnya menjadi segar. Di dalam nya terisi dengan sofa yang empuk. Di dinding sebelah kiri, tergantung foto keluarga. Ada kaligrafi, dan gambar abstrak karya pelukis ternama.

Kursi dan mejanya terbuat dari kayu jati, ada ukiran yang mempersepsikan cita rasa mahakarya seni. Di tengah-tengahnya, terhampar permadani mesir. Tata letak perabotnyapun, semakin membuat penghuni merasa lebih betah tinggal. Sungguh sangat berbeda dari sebelumnya. Rumah ketiga ini, luar nya biasa saja, tetapi di dalamnya sungguh menggoda. Kemudian, sang guru dan Nasrudin membacakan doa yang sama seperti rumah sebelumnya.

Rumah keempat
Akhirnya, Nasruddin dan Guru nya, tiba juga di rumah tujuan terakhir. Setelah menjumpai berbagai macam model dan bentuk rumah yang telah mereka kunjungi, Nasruddin berkata-kata kepada diri nya ”Entah seperti apa lagi akan aku temui?”. Begitu memasuki pintu pagar halaman depan. Rumah yang terakhir mereka kunjungi, seperti pada rumah kedua. Ada lampu taman yang cantik, rumputnya terpotong dengan rapi. Ukiran di dinding terukir sangat indah, keramik yang menempel di latai bernilai tinggi. Semuanya serba bagus dan mewah.

Kemudian, saat masuk kedalampun, juga demikian. Keindahan dan kemewahannya, tidak hanya di luar. Tetapi, juga di dalam. Seperti rumah ketiga yang mereka kunjungi sebelumnya. Permadani, sofa, lemari, jam dinding kuno, lengkap semua kemewahan rumah tersebut. Rumah terakhir mereka doa kan ini, sungguh menawan hati Nasrudin untuk berlama-lama di sana. Tetapi, waktu tidak bisa dicegah dan terus berlalu, doapun berakhir dibacakan. Mereka pun pulang ke Madrasah nya kembali.

Nasehat Guru kepada Nasruddin
Setelah selesai memenuhi semua undangan dan menunaikan permintaan pengundang. Dalam perjalanan, sang Guru bertanya kepada Nasruddin. ”Din, apa yang kamu pelajari hari ini, dari keempat rumah yang kita kunjungi tadi?” (Sambil mengerutkan dahinya, kemudian Nasrudin menjawab). ”Rumah-rumah yang baru saja kita kunjungi tadi, ada yang bagus tampilan luarnya saja, tetapi di dalamnya tidak. Ada juga yang luarnya kurang bersih dan sekedar saja, tapi di dalamnya sangat betah ditinggali karena kenyamanan dan keindahannya. Ada yang kedua-dua bagus di dalam dan di luar. Ada juga kebalikannya, kotor di luar, di dalamnyapun demikian”.

Setelah itu, sang Guru melanjutkan “Din, masih ingatkah engkau, bahwa semua penciptaan di bumi tidak ada yang sia-sia? Termasuk diantaranya peristiwa yang telah kita jalani. Bila demikian, apa pembelajaran lain yang Allah inginkan kamu ketahui?” Tanda tanya berputar-putar memenuhi kepala Nasrudin, dengan mengerutkan dahi sekali lagi, “Apa Guru, aku belum tau?

Perumpamaan manusia
Din, keempat rumah tadi adalah perumpamaan sifat dan karakter manusia. Allah mentakdirkanmu mengikutiku mengunjungi empat rumah tadi, agar engkau tidak heran dengan perilaku manusia. Tabiat manusia, tak ubahnya seperti rumah tadi. Ada yang sibuk untuk mempercantik tampilan luar, sehingga lupa dengan di dalam. Ada juga tidak mau tau dengan halaman rumahnya, yang penting di dalamnya bagus. Ada pula kedua-duanya tidak memperdulikan, sehingga, baik diluar maupun di dalam, sama buruk nya. Namun, kebalikannya, di luar indah, di dalampun demikian”.

Sang guru melanjutkan ”Din, dalam kehidupan ini, berusahalah kamu menjadi seperti rumah terakhir yang kita jumpai. Apa yang terlihat di luar dirimu (indah dan bagus) merupakan cerminan yang terdapat dalam dirimu. Namun, bila kamu belum mampu seperti itu. Menjadi seperti rumah yang ketiga, cukup. Biarkan luarmu sederhana, tetapi dalam dirimu penuh kecantikan yang mendalam”.

Termasuk yang manakah kita?


Ciganjur, 1 Oktober 2011
Rahmadsyah Mind-Therapist
Rabu, 19 Oktober 2011  10:21

Tidak ada komentar:

Posting Komentar