Jumat, 21 Oktober 2011

Damai

Oleh:  Harry  "uncommon"  Purnama

Terima kasih saya sampaikan dengan ucapan, selamat, harapan dan doa ulang tahun [tahun yang diulang] dari para trainers, training managers dan para pengamat di milist ini. Thanks God, thanks for the good life with peace. Saya telah meraih usia 53 tahun minggu ini dan telah menemukan rasa damai dari dalam. Semoga damai hari ini adalah realita hari ini. Biarlah esok diisi hanya oleh mimpi dan imaginasi. Tapi, saya bukan seorang diri, masih banyak sahabat dan teman lain yang mampu merasakan damai dalam hidupnya sendiri.
Damai
Air dimana-mana sama. Laut dimana-mana sama. Awan dimana-mana sama. Uang dimana-mana sama. Rasa damai juga dimana-mana sama. Orang dari mancanegara ingin jalan-jalan ke pantai kuta atau sanur dimana air lautnya, pasirnya dan awannya diharapkan berbeda. Yang beda, hanyalah di tempat asalnya, para turis tidak merasakan damai. Dari Bali, kemungkinan besar, mereka dapat menemukan cara merasakan damai yang bisa dibawa pulang. Ternyata mereka tidak bisa menemukan rasa damai yang sama persis seperti di Bali. Ada yang masih kurang. Bagi beberapa orang pencari damai, mereka juga ingin ke Plum Village di Perancis markasnya monk Vietnam, Thich Nhat Hanh, atau ke candi Borobudur di Magelang. Damai memang khas diri kita sendiri. Damai tidak untuk dicari dimana-mana, kecuali berpetualang setiap hari melalui batin kita sendiri. Air lautnya dan taman-tamannya sama indahnya.

Ada beberapa kesamaan dari tempat-tempat yang dianggap sebagai sumber "penemuan" pencerahan damai ini. Pertama, orang-orangnya tidak mengorientasikan tujuan hidupnya pada uang, melainkan kepada kebaikan [the brotherhood of man, the service to others, the love, the peace of self and others]. Jika mereka kaya, uangnya dibagikan, tidak dihabiskan sendiri. Syair Imagine, John Lenon, imagine no possessions, no need for greed or hunger, nothing to kill or die for, sharing for the world adalah sebuah jalan.  Mereka terbiasa kehilangan setelah mendapatkan. Jika mereka miskin, mereka berusaha untuk survive, tapi dengan jalan jujur. Jika mereka pas-pasaan dan pensiun, mereka mencukupkan diri dan menerima dengan apa adanya, bukan diada-adakan. Hidup yang tidak dipersulit. Kebalikan dengan tempat-tempat ini, mereka mengira akan menemukan kebahagiaan [di masa depan] dengan sibuk mengumpulkan uang saat ini. Tapi, orang-orang yang telah menemukan damai dari dalam dirinya, seperti syair Angel, Sarah McLachlan, in the arms of the angel, fly away from here, you are pulled from the wreckage, tidak mengikatkan dirinya dengan yang dibawah sini. Dahulu orang miskin menganggap orang banyak uang, lebih bahagia. Kini, hipotesa itu keliru. Damai tidak bisa dibeli, tapi ditemukan bukan dengan uang. Lalu dari dalam diri mereka, mengalirlah rasa puas telah melakukan kebaikan setiap hari. Hari-harinya nampak sederhana dan tenang-tenang saja, seperti disembunyikan dari masalah dan stress.

Kedua, orang-orangnya hanya melakukan sedikit hal, bukan banyak hal, hal-hal kecil, bukan soal-soal besar dan maha dahsyat.  Orang-orang disana, bukanlah orang sibuk, apalagi super sibuk. Jalannya hening, perkataannya sedikit, pendangannya sederhana, hanya sejauh hari ini, pun gerakannya lambat. Mereka menikmati apa yang sedang dilakukan. Jika mereka sedang mencuci piring, pikiran, tubuh dan perasaannya menyatu dengan piring kotor, sabun dan air serta tangan yang bergerak memutar saja. Paling banyak yang dilakukan pada satu saat adalah satu hal saja, tidak serabutan.  Kebalikannya, orang yang tidak menemukan rasa damai, sambil mencuci piring, tangannya sibuk memegang benda-benda lain yang tidak berhubungan dengan cuci piring. Pikirannya mengejar  lamunan target yang menyengsarakan. Konsep ini disebut oleh mereka yang menjalani cara hidup tertata rapi dengan  "mindfullness, present moment." Mereka mendasarkan semua cara hidupnya dengan menerima, mensyukuri satu hal, yaitu menikmati yang sedikit dan kecil. Lalu, dari dalam dirinya, mengalirlah ketenangan, keheningan dan kebeningan. Rasa ini yang dicari-cari banyak orang dengan lari, escape, ke Bali, Perancis atau Borobudur atau tempat lain. Ternyata, damai yang sama tidak ditemukan di tempat itu, tetapi di hal-hal kecil dan hal-hal yang sedikit.
Harry "uncommon" Purnama

Kamis, 6 Oktober 2011   08:16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar