Senin, 17 Oktober 2011

Pertamax vs Shell

Oleh:   Agus Woro

Dear Moderator,
Mohon dimuat artikle saya ini sebagai inputan buat Pemerintah kita dari
pemikiran para manager.

Pertamax vs Shell

Gara gara pertengahan tahun lalu mobil saya mogok dikerjain Premium yg
bermasalah, terpaksa saya pindah ke Shell.
Saya memakai Hyundai Avega th. 2009 akhir, dan pada saat kejadian di dealer
resmi ternyata inden ratusan mobil sejenis yg hancur pompa bensinnya
dikerjain sama Premium dan dianjurkan menggunakan Pertamax. Mobil BMW saya
yg biasa saya kasih premium nggak ada masalah, juga hancur pompa bensinnya.

Bukan karena saya cinta produk Malaysia, tapi terutama karena dendam kesumat
terhadap ulah Pertamina yg seenaknya secara tidak bertanggung jawab
mengeluarkan produk yg tidak berkualitas yg merugikan jutaan customer (saat
itu sangat santer isu `black campaign` pertamina dg menurunkan secara
drastis produk Premium sehingga untuk jenis jenis tertentu akan terjadi
kerusakan di pompa bensinnya.

Siapa yg mengambil keuntungan dari kasus ini ? ternyata justru dg adanya
kejadian tsb., tempat tempat pengisian bahan bakar impor (Shell, Total) yg
sebelumnya sepi pembeli jadi ramai, karena harga mereka sama dg atau dibuat
sedikit lebih mahal (Rp.50) dari Pertamax.
Selain harga yg sama, juga pelayanannya jauh lebih bagus, mulai dari
fasilitas SPBU, keramahan pegawainya, service tambahan yg diberikan (cuci
kaca depan), dan yg tidak kalah penting kualitas BBM yg menurut saya jauh
lebih bisa dihandalkan dibandingkan Pertamax (saya benci produk Malaysia
tapi saya jauh lebih benci produk Pertamina yg tidak terjaga kualitasnya).

Hal yg menggelitik adalah harga.
Shell atau Total atau produk impor lainnya dijual dg harga sama dg produk
lokal.
Produk Impor melalui proses dan biaya yg lebih panjang untuk sampai di SPBU
Indonesia, termasuk proses custom di Bea Cukai, Inventory, dll kok bisa
dijual sama dg harga produk lokal. Harga mereka naik justru karena mengikuti
harga Pertamax, saya yakin kalau dibebaskan, mereka pasti bisa menjual lebih
murah dari Pertamina.
Alasan mengikuti harga minyak dunia jadi klasik dan berkesan membodohin
konsumen.

Lalu siapa yg Rugi? Yg rugi tentunya negara, karena akhirnya banyak devisa
yg kesedot keluar. Himbauan untuk menggunakan Pertamax jadi sesuatu yg lucu,
karena harganya naik terus dan gap dg Premium makin tinggi.
Kalau mau seharusnya Premium sedikit dinaikkan dan Pertamax diturunkan,
sehingga Gap tidak jauh, tentunya dg menjaga kualitasnya kalau tidak mau
dihabisin oleh produk impor.

Ada pendapat ? yuk kita berikan inputan ke Pertamina (moga moga aja didengar
dan diperhatikan dan ada keinginan untuk berubah). Kasihan rakyat yg selalu
dijadikan korban.

Salam

Agus W
Kamis, 29 September 2011  11:18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar