Hore, Hari Baru! Teman-teman.
Banyak  sekali orang yang mengeluhkan tentang pekerjaannya. Alasannya pun  beragam macam. Ada yang soal gaji rendah. Teman yang tidak bersahabat.  Atasan yang pilih kasih. Karir yang tidak naik-naik. Dan seribu satu  alasan lainnya. Makanya, tidak heran jika setiap pagi rasanya berat  sekali untuk berangkat ke kantor. Setelah tiba di kantor juga tidak  bersungguh-sungguh mencurahkan seluruh kemampuan. Datang kesiangan,  pulang kegesitan. Seakan-akan kita ini tidak membutuhkan pekerjaan itu.  Sekarang, coba bayangkan; bagaimana seandainya besok pagi kita  kehilangan pekerjaan itu? Apakah hidup Anda akan tetap baik-baik saja?  Hmmmh, barangkali ini adalah saat yang tepat untuk kembali mensyukuri  pekerjaan yang saat ini kita miliki. Sudahkah Anda mensyukuri pekerjaan  pagi ini?
Kehidupan kerja kita tidak selamanya  menyenangkan. Kadang Anda dimarahi pelanggan. Kadang diomeli atasan.  Kadang dijegal oleh teman. Dan masih banyak situasi sulit lainnya yang  bisa menimbulkan kekecewaan. Kita sering keliru melampiaskan kekesalan  dengan membenci pekerjaan. Padahal, semakin benci Anda pada pekerjaan,  semakin memburuklah keadaannya. Semakin memburuk keadaannya, semakin  jauhlah Anda dari rasa syukurnya. Semakin jauh dari rasa syukur? Semakin  benci Anda pada pekerjaan. Dan terjebaklah Anda dalam kegelisahan tanpa  ujung. Maka, tidak ada pilihan lain selain menysukuri pekerjaan yang  kita miliki. Karena rasa syukur, membimbing kita untuk menemukan makna  terdalam dari pekerjaan. Memang mudah untuk dikatakan, tapi bersyukur  itu sungguh tidak gampang untuk dilakukan. Kita butuh pemahaman yang  tepat tentang makna syukur itu bagi hidup kita. Bagi Anda yang tertarik  menemani saya belajar memahami makna rasa syukur pada pekerjaan, saya  ajak memulainya dengan memahami 5 prinsip Natural Intellligence berikut ini:
1.      Rasa syukur menentukan kebahagiaan. 
Rasa  syukur kepada pekerjaan adalah obat yang paling mujarab untuk  menyembuhkan setiap kekecewaan. Seberat apapun beban pekerjaan yang Anda  hadapi, pasti akan terasa ringan jika Anda memiliki rasa syukur yang  lebih besar dari beban itu. Sebaliknya, seenak apapun suasana dan  imbalan yang dapatkan dari pekerjaan Anda; maka Anda akan tetap  mengeluhkannya jika rasa syukur Anda atas semua kenikmatan kerja itu  terlalu kecil untuk menghidupkan lentera nikmat dalam hati Anda.  Makanya, banyak orang dengan kedudukan dan imbalan tinggi yang masih  mengeluhkan pekerjaannya. Dan banyak orang yang pekerjaannya bejibun  namun tetap gembira meski bayarannya ’tidak seberapa’. Keluhan bukanlah  monopoli orang-orang berkedudukan rendah. Kegembiraan juga bukan  monopoli mereka yang jabatannya tinggi. Malah kita sering menyaksikan  hal yang sebaliknya. Jika kita tidak kunjung bahagia dengan kehidupan  kerja, mungkin kita perlu bersyukur lebih banyak lagi. Mengapa? Karena  rasa syukur pada pekerjaan sangat menentukan apakah kita bahagia dengan  pekerjaan itu atau tidak.  
2.      Rasa syukur memberi ketabahan. 
Jika  boleh memilih, apakah Anda lebih menyukai pekerjaan yang berat secara  fisik, atau berat tanggungjawabnya? Normalnya, orang-orang berpendidikan  tinggi tidak menyukai pekerjaan fisik yang berat. Meski tidak terlalu  suka pada tanggungjawab yang berat, tetapi itu adalah pilihan  terbaiknya. Pekerjaan fisik itu melelahkan dan imbalannya rendah.  Sedangkan tanggungjawab besar pada pekerjaan non fisik diimbangi dengan  ruang kerja yang nyaman nyaris tanpa keringat, pakaian perlente, dan  tentunya; bayaran yang jauh lebih tinggi. Maka, kemungkinan besar; Anda  akan memilih tangggungjawab besar daripada kerja fisik yang berat.  Normal. Tapi, mengapa banyak orang yang memegang tanggunjawab besar  justru sering ingin berhenti, atau lari ke tempat lain hanya karena  merasa beban yang harus kita pikul terasa sangat berat? Mengapa banyak  pegawai biasa-biasa saja yang justru lebih kuat dan lebih tabah?  Ternyata orang-orang biasa itu lebih banyak bersyukur daripada kita.  Dengan rasa syukur itu mereka membangun kekuatannya. Karena rasa syukur  memberi kita ketabahan.
3.      Rasa syukur melahirkan keikhlasan. 
Jangan  salah kaprah. Ikhlas itu tidak sama artinya dengan tidak dibayar. Kita  semua berhak untuk mendapatkan bayaran yang sepadan atas pekerjaan atau  kontribusi yang kita berikan. Ikhlas juga bukan berarti menerima saja  perlakukan tidak senonoh orang lain. Ikhlas itu berkaitan dengan sikap  mental ketika kita menerima penugasan atau kondisi-kondisi tertentu yang  belum tentu sesuai dengan keinginan kita. Ini bisa berkaitan dengan  jenis pekerjaan, lingkungan kerja, atau orang-orang yang bekerja dengan  kita. Orang ikhlas itu jarang mengeluh. Tidak ada yang bisa kita  dapatkan dari keluhan pada pekerjaan. Justru dengan keluhan itu hati  kita semakin lelah. Produktivitas kita semakin rendah. Dan performance  appraisal kita semakin payah. Maka marilah kita belajar untuk ikhlas  menerima penugasan atau tuntutan kerja. Marilah belajar ikhlas pada  lingkungan kerja dan orang-orang yang bekerja bersama kita. Lalu kita  alokasikan energy yang biasa kita gunakan untuk mengeluh itu menjadi  daya dorong bagi pencapaian dan prestasi tinggi kita.  Dan untuk bisa  ikhlas, kita butuh rasa syukur. Mengapa? Karena keikhlasan dilahirkan  dari rasa syukur atas setiap anugerah yang kita terima melalui pekerjaan  yang kita dapatkan.
4.      Rasa syukur mendorong untuk berprestasi. 
Bayangkan  Anda adalah orang yang memiliki ketiga indikator ini; bahagia, tabah,  dan ikhlas. Apakah dengan ketiga indikator itu Anda bisa mencapai  prestasi tertinggi di tempat kerja? Yes, tanpa keraguan sedikitpun.  Mengapa? Orang-orang yang bahagia bekerja tanpa beban sehingga semua  energy yang dimilikinya didedikasikan tanpa gangguan. Mereka yang tabah  tidak mudah menyerah saat berhadapan dengan tugas-tugas sulit,  melelahkan dan menantang. Sedangkan keikhlasan yang dimilikinya membuat  mereka bersedia melakukan tugasnya dengan sepenuh hati sehingga tidak  ada kesempatan, peluang, energy maupun dedikasi yang disia-siakan. Maka  wajar jika orang yang bahagia, tabah dan ikhlas itu bisa melampaui  kinerja kebanyakan orang. Dan kita sudah membahas dimuka bahwa,  kebahagiaan ditempat kerja, ketabahan dalam menjalani pekerjaan, dan  keikhlasan menerima keadaan dihasilkan dari rasa syukur kepada  pekerjaan. Maka nyata sekali jika rasa syukur itu mendorong kita untuk  berprestasi tinggi. Maka bersyukurlah atas pekerjaan Anda, karena dengan  rasa syukur itu Anda bisa mengukir prestasi yang lebih tinggi lagi.
5.      Rasa syukur memberi lebih banyak nikmat.
 Guru  kehidupan saya mengatakan jika Tuhan sangat menyukai orang-orang yang  bersyukur sehingga Dia tidak segan-segan untuk menambah kenikmatan bagi  mereka yang senang bersyukur. Boleh saja jika Anda mengira hal itu hanya  berlaku untuk aspek-aspek spiritual yang langsung berhubungan dengan  Tuhan. Tapi, coba bayangkan situasi ini. Anda mempunyai 2  anak buah.  Yang pertama adalah si jago komplain, tukang mengeluh, dan tidak pernah  puas atas apa yang Anda berikan kepadanya. Yang satu lagi adalah orang  yang tahu berterimakasih, lalu membalas kebaikan Anda kepadanya dengan  kesungguhan dalam bekerja, memberikan yang terbaik dari dirinya sehingga  prestasinya selalu memuaskan Anda. Saya tidak perlu bertanya orang yang  mana yang menjadi kesayangan Anda. Saya juga tidak perlu bertanya  kepada siapa Anda akan memberi lebih banyak lagi. Sudah jelas sekali  jika Tuhan menyukai orang-orang yang bersyukur. Atasan atau pemilik  perusahaan tempat kita bekerja juga demikian. Maka rasa syukur kita  kepada pekerjaan, benar-benar memberi kita lebih banyak lagi. Mungkin  penghasilan. Mungkin kesempatan. Mungkin kepercayaan. Atau mungkin,  hal-hal lain yang tidak pernah kita bayangkan.
Pekerjaan  merupakan salah satu anugerah terbesar dalam hidup. Dengan pekerjaan,  bukan saja kita mendapatkan nafkah untuk memenuhi kebutuhan fisik  belaka. Dengan pekerjaan, kita bisa mendapatkan ketentraman jiwa dan  ketenangan hati. Pekerjaan juga memberi kita kebanggaan dihadapan orang  lain. Bisa jadi pekerjaan kita tidak gampang untuk dijalani. Bisa jadi  juga pekerjaan kita tidak selalu menyenangkan. Mungkin pekerjaan kita  belum menghasilkan imbalan yang tinggi. Tapi percayalah, memiliki  pekerjaan itu jauh lebih baik daripada kondisi sebaliknya. Maka  bagaimanapun juga, pekerjaan yang hari ini kita miliki, sangat layak  untuk kita syukuri.
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman –  27 September 2011
Trainer “Natural Intelligence Leadership Training” 
Penulis buku ”Natural Intelligence Leadership” (jadwal terbit Oktober 2011)
Catatan Kaki:
Jangan menunggu kehilanggan dulu untuk benar-benar menyadari betapa berharganya pekerjaan yang kita miliki itu.
Silakan  di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung  saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai  tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar