Hore, Hari Baru! Teman-teman.
Salah  satu istilah umum yang nyaris menghilang dari kamus kita adalah kata  ’kuper’ alias ’kurang pergaulan’. Kemajuan teknologi memungkinkan kita  untuk berteman dengan semakin banyak orang dalam jumlah yang tidak  pernah terbayangkan sebelumnya. Dulu, jika memiliki teman sampai 100  orang saja Anda termasuk orang yang supel. Padahal, tidak mudah untuk  mendapatkan teman sebanyak itu. Untuk berhubungan dengan mereka kita  mesti menulis surat lalu mengirimkannya melalui kantor pos. Dan kita,  harus menunggu hingga seminggu untuk mendapatkan balasannya. Itu dulu.  Sekarang? Bahkan orang paling ’kuper’ pun bisa memiliki teman ribuan.  Orang pintar bilang;’kita semakin terkoneksi’. Pertanyaannya adalah; apa  yang kita dapatkan dari kesalingterhubungan itu?
Pertanyaan  itu sama sekali tidak bertendensi untuk mementingkan diri sendiri. Kita  memang berhak untuk mendapatkan manfaat dari setiap hubungan yang kita  bangun, kok. Sebaliknya, pertanyaan itu juga mengingatkan kita untuk  memastikan bahwa hubungan itu bisa memberi manfaat kepada teman kita  juga. Lantas, bagaimana kita bisa membangun hubungan yang saling memberi  manfaat seperti itu? Salah satu model paling sempurna yang ditunjukkan  oleh alam adalah hubungan yang terjalin antara kupu-kupu dengan  bunga-bunga yang bermekaran. Kupu-kupu itu mendapatkan nektar, sedangkan  bunga-bunga berhasil melakukan penyerbukan. Proses saling memberi  manfaat itu berlangsung dalam koridor dan norma-norma positif, sehingga  mereka berhasil membangun hubungan yang sehat. Bagi Anda yang tertarik  menemani saya belajar membangun hubungan yang sehat, saya ajak  memulainya dengan mempraktekkan 5 prinsip Natural Intelligence (NatIn) berikut ini:
1.      Memberi manfaat kepada orang lain. 
Ini  adalah prinsip mendasar yang perlu kita miliki dalam membangun hubungan  yang sehat. Karena sebuah hubungan yang produktif itu selalu ditandai  oleh adanya perolehan manfaat, maka dalam membangun hubungan dengan  orang lain, kita perlu memastikan; manfaat apa yang bisa kita berikan  kepada orang lain. Kesediaan untuk ’memberi manfaat’ kepada orang lain  bukanlah sekedar cermin dari kemurahan hati. Hal ini juga menunjukkan  bahwa orang ini memiliki harga diri. Sedangkan harga diri hanyalah milik  orang-orang yang bermental sehat. Tahukan Anda bahwa salah satu ciri  orang yang terkena depresi itu adalah; merasa dirinya tidak berguna?  Makanya, kemampuan untuk memberi manfaat kepada orang lain juga  merupakan indikasi apakah seseorang sehat secara mental atau tidak.  Apakah Anda sehat secara mental? Tentu saja. Maka, berfokuslah kepada  upaya-upaya untuk memberi manfaat kepada orang lain. Atau, apakah Anda  ingin terbebas dari depresi? Sederhana; berikan manfaat yang lebih  banyak kepada orang lain. Karena kesehatan mental kita terlihat dalam  kemampuan kita memberi manfaat kepada orang lain.
2.      Menjembatani hubungan orang lain. 
Pada  umumnya, benang sari dan putik terdapat pada bunga yang berbeda.  Bunga-bunga itu membutuhkan bantuan dari pihak lain untuk mempertemukan  antara tepung sari dengan putiknya. Disekitar kita, begitu banyak orang  baik yang membutuhkan penghubung. Saat Anda tahu tentang kebutuhan itu,  maka Anda bisa mengambil peran untuk menjembatani terbentuknya hubungan  itu. Hal ini tidak hanya berlaku soal mencari teman hidup atau soul  mate.  Melainkan juga berlaku pada aspek kehidupan lainnya. Saya pribadi  telah banyak berhutang budi kepada orang-orang yang bersedia menjadi  penghubung seperti itu. Sebagian besar order program pelatihan saya  diperoleh atas jasa mereka bahkan tanpa saya minta. Mereka tahu saya  punya jasa pelatihan yang baik dan unik. Mereka juga tahu ada orang yang  membutuhkan pelatihan itu. Sayangnya, saya tidak terhubung dengan orang  atau perusahaan yang membutuhkannya. Sedangkan teman-teman saya berada  diantara kami berdua. Lalu mereka dengan sukarela menghubungkan kami.  Sungguh, rasa terimakasih dan respek saya kepada orang-orang yang telah  berjasa ini tetap abadi didalam hati. Mereka selalu bersedia untuk  menjembatani hubungan orang lain.  
3.      Membantu orang lain untuk lebih produktif. 
Mungkin  Anda pernah mempunyai tanaman yang tidak pernah berbuah. Meskipun pohon  itu selalu berbunga dengan jumlah yang sangat banyak, tetapi  bunga-bunga itu terus berguguran dan berserakan diatas permukaan tanah.  Hal itu pasti terjadi jika proses penyerbukan gagal dilakukan. Padahal,  sebagian besar tanaman dimuka bumi ini baru disebut produktif jika buah  yang dihasilkannya banyak. Manusia juga begitu. ‘Apa yang kita hasilkan’  merupakan ukuran produktivitas kita. Dizaman ini, nyaris tidak ada  produktivitas yang dihasilkan dari usaha dan kerja keras sendirian.  Justru produktivitas kita semakin tinggi ketika kita ditolong oleh orang  lain. Sebaliknya, pertolongan yang kita berikan kepada orang lain juga  bisa membantu mereka untuk menjadi pribadi yang lebih produktif lagi.  Tanpa penyerbukan, tidak akan pernah ada buah yang dihasilkan. Banyak  pohon yang ditebang karena tidak pernah bisa berbuah. Padahal, pohon itu  butuh bantuan untuk proses penyerbukannya. Banyak orang yang merana  karena produktivitasnya rendah. Bahkan ada yang sampai kehilangan  perkerjaan. Padahal sebagai seorang teman, kita memiliki kesempatan dan  kemampuan untuk membantu mereka agar lebih produktif. Bersediakah Anda  menolongnya?
4.      Mendapatkan imbalan yang sepadan. 
Kupu-kupu  mendapatkan nektar yang dijadikannya sebagai makanan. Hal ini  mengisyaratkan bahwa kita perlu belajar menghargai kontribusi orang  lain. Juga tidak usah sungkan menerima ucapan terimakasih dari orang  lain. Tidak terlalu penting apakah take dulu baru give, atau sebaliknya.  Selama memberi dan menerima itu terjalin secara seimbang dalam  batas-batas kewajaran, maka hal itu bisa membuat hubungan yang kita  bangun jauh lebih sehat. Apakah imbalan selalu dalam bentuk uang? Tidak.  Ada kalanya imbalan itu berupa rasa puas yang menelusup kedalam kalbu.  Meski hedonisme mengukur segalanya secara materialistik, tapi hati  sanubari kita membisikkan bahwa kita membutuhkan lebih dari sekedar  pemenuhan aspek fisik. Kita, membutuhkan pemenuhan atas dorongan untuk  memberi manfaat kepada orang lain. Bukankah Anda merasa sangat bahagia  ketika bisa menolong orang lain mendapatkan kebahagiaan yang  dibutuhkannya? Saat bersedakah, Anda merasa senang. Waktu menolong, Anda  merasakan kepuasan batin. Ketika berbuat baik, Anda merasakan  kedamaian. Itu menunjukkan bahwa meskipun tidak selalu mendapatkan uang,  kita pasti mendapatkan imbalan yang sepadan.
5.      Harapkan imbalan yang paling hakiki. 
Selain  dilakukan oleh kupu-kupu, penyerbukan juga dibantu oleh angin. Jika  kupu-kupu, lebah dan kumbang mendapatkan manfaat dari interaksi dan  kontribusinya kepada bunga; apa yang didapatkan oleh angin? Meski tidak  mendapat apapun, angin tetap memberikan bantuan untuk mempertemukan  tepung sari dengan putiknya. Inilah contoh tindakan tanpa pamrih. Kita  juga bisa berkontribusi kepada orang lain tanpa harus selalu menuntut  pamrih. Ada kalanya kita membantu teman menemukan pekerjaan idamannya.  Atau merekomendasikan seseorang yang memiliki produk dan jasa yang baik.   Atau sekedar menjadi penghubung agar orang-orang baik saling  terkoneksi. Jika Anda tidak mengharapkan imbalan, maka nilai kebaikannya  sangatlah tinggi. Lantas, apa yang didapatkan oleh angin? Dia  memperoleh fitrahnya untuk menjalankan fungsi sebagai mahluk Tuhan.  Lalu, apa yang Anda dapatkan dari tindakan tanpa pamrih itu? Nanti, jika  Anda membutuhkan bantuan; teman-teman Anda akan dengan senang hati  menolong Anda, bahkan dengan cara yang tidak terduga. Dan buat Anda yang  tidak pamrih, ada pahala yang sangat besar dihadapan Tuhan. Bagi setiap  insan yang mau berkontribusi tanpa pamrih, tidak ada imbalan yang lebih  baik daripada pahala yang disediakan Tuhannya.
Sudah  menjadi fitrah setiap pribadi untuk berteman dengan individu lain.  Saling mengenal. Saling berbagi. Saling berkontribusi. Jika kita bisa  berfokus kepada hal-hal positif seperti itu, maka kesalingterhubungan  kita akan menghasilkan berkah yang melimpah. Sekalipun demikian, tetap  saja kita perlu waspada. Sebab, tidak semua orang berteman dengan tujuan  konstruktif. Terbukalah terhadap pertemanan yang baik. Namun, tegaslah  untuk selalu menjaganya dalam koridor yang tetap positif. Teman yang  baik, bisa membantu kita menjadi pribadi yang lebih baik. Jika itu  terwujud, maka pertemanan kita tidak menghasilkan apapun selain  kebaikan. Bersediakah Anda untuk membangun hubungan yang sehat bersama  saya?
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman - Deka –  29 September 2011
Trainer “Natural Intelligence Leadership Training” 
Penulis buku ”Natural Intelligence Leadership” (jadwal terbit Oktober 2011)
Catatan Kaki:
Teman  terbaik adalah seseorang yang bersedia mengulurkan tangan ketika  temannya membutuhkan bantuan, tanpa terlebih dahulu bertanya; what in it  for me?
Silakan di-share jika naskah ini Anda  nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin  dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya  pahala Anda tidak berkurang karenanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar