Kamis, 13 Oktober 2011

PERGESERAN PARADIGMA BBM KE RENEWABLE ENERGY

Saya cuplik artikel sederhana yang pernah saya bawakan saat pembahasan Energi di acara Business Summit IKA-ITS.
PERGESERAN PARADIGMA BBM KE RENEWABLE ENERGY
I.       Paradigma
Perkembangan pembangunan dan kemajuan perekonomian suatu daerah atau lebih luas negara Indonesia, dipengaruhi oleh ketersediaan energi listrik, berfungsi sebagai penerangan, menggerakkan mesin – mesin produksi, dan pada gilirannya akan menghasilkan suatu produk baik itu jasa atau barang, demikian pula sebaliknya pertumbuhan ekonomi masyarakat akan mempengaruhi kemampuan beli listrik masyarakat tersebut. Pertumbuhan ekonomi masyarakat ditetapkan dalam GDP sebagai satuan untuk melihat tingkat keekonomian suatu masyarakat, seperti tahun 1995 – 2003 tingkat GDP masyarakat tumbuh sebesar 7% ternyata memberikan pengaruh signifikans terhadap demand kelistrikan (Sugiyono, 2001). Ketersediaan energi listrik berkelanjutan merupakan indikator utama peningkatan perekonomian masyarakat.
Indonesia sebagai negara pengimpor minyak tergantung kepada pergerakan harga minyak dunia, ini disebabkan karena kebutuhan BBM harus dipenuhi dari produksi luar negeri. Praktis kebutuhan BBM sebagai penggerak sistem pembangkitan sangat tergantung kepada import dari negara lain terutama OPEC dan penentuan harga minyak tidak hanya dipengaruhi oleh pasar namun juga sentimen positif terhadap minyak dunia serta kondisi geopolitik negara penghasil minyak (Amineh et al, 2007). Ketercukupan BBM untuk kebutuhan dalam negeri dipengaruhi kemampuan Indonesia membeli BBM di pasar internasional atau pasar dunia. Ketersediaan BBM di Indonesia masih tergantung terhadap pasar dunia, sehingga harga dan ketersediaan BBM di Indonesia tergantung sepenuhnya kepada OPEC atau negara penghasil minyak lainnya, dan memberikan pengaruh cukup signifikan bagi anggaran dan belanja negara.
II.      Kondisi Penyediaan Listrik
Kondisi pemadaman listrik di Indonesia sejak 2008, disebabkan bukan hanya karena kurangnya pemeliharaan, namun juga disebabkan karena bahan bakar untuk pembangkit tidak dapat lagi disediakan karena keterbatasan pasokan dan pembelian BBM mulai menunjukkan tingkat kenaikan harga. Pembangkit listrik pada akhirnya menggunakan bahan bakar gas, namun ketersediaan gas belum dapat dipergunakan menggerakkan sepenuhnya pembangkit. Laporan subsidi listrik PLN mengalami kenaikan semula hanya dikisaran Rp 55 Triliun menjadi Rp 57,9 Triliun disebabkan tambahan Rp 2,4 Triliun untuk mengganti pasokan PLTGU Muara Tawar menggunakan BBM (RUPTL PLN 2010). Pemerintah Indonesia melalui KIB jilid II harus mengembangkan program pengurangan subsidi energi listrik dengan target tahun 2015, berdasarkan kenaikan subsidi listrik setiap tahun menyebabkan APBN semakin tahun semakin berat. Pengurangan subsidi listrik tahun 2015 akan menghasilkan pengurangan beban di APBN, dana subsidi tersebut akan dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lain (PLN, 28 April 2010).
Teknologi pembangunan sistem pembangkit maju dengan pesat, terbukti dengan pembangunan pembangkit BBM sebagai bahan bakar mulai ditinggalkan dan beralih menggunakan batubara, gas, atau air (Sanyal, 2009). Research and Development (R&D) telah mengambil peranan mengembangkan pola sistem pembangkitan dengan menggunakan teknologi maju. US sebagai negara yang membutuhkan energi listrik cukup besar, telah mengembangkan sistem R&D untuk mempertahankan dan keberlangsungan energi listrik. Sistem tersebut dikemas dalam satu departemen energi, dimana akhirnya menghasilkan banyak penemuan untuk sistem pembangkitan tanpa menggunakan BBM. Kesempatan pembangunan pembangkit dengan menggunakan energi terbarukan sangat besar.
Salam
Ade Irfan
Selasa, 20 September 2011  07:19

Tidak ada komentar:

Posting Komentar