Hore, Hari Baru! Teman-teman.
Ada  tiga jenis manusia yang kita kenal. Pertama adalah orang yang lebih  suka menyendiri sehingga ruang pergaulannya sempit. Kita sebut saja dia  sebagai Kuperman. Kedua, orang yang pitar dan luwes dalam bergaul  sehingga lingkup pergaulannya luas. Kita menyebutnya sebagai orang supel  alias Supelman. Ketiga, orang yang pencapaian dalam hidupnya sangat  mengagumkan sehingga manfaatnya dirasakan oleh banyak orang. Sebut saja  sebagai Superman. Ada keterkaitan antara ketiga jenis manusia itu. Para  Supelman biasanya berhasil berteman dengan Superman, sehingga pada  akhirnya dia juga menjadi seorang Superman. Sedangkan para Kuperman  biasanya sibuk terus dengan dirinya sendiri sehingga dari hari kehari  hanya berkutat dengan kubik kecil kehidupannya. Dia tidak menjadi  siapa-siapa. Dan dia nyaris tidak  dikenal oleh siapa-siapa sehingga sangat mudah untuk dilupakan. Saya  yakin, tak seorang pun menginginkan akhir kehidupan seperti itu.  Makanya, setiap orang perlu belajar untuk menjadi Supelman.
Remote  AC yang satu ternyata tidak bisa digunakan untuk AC merek lain. Bahkan  sama merk tapi beda tipe pun belum tentu bisa menggunakan remote yang  sama. Saya baru menyadarinya ketika romote AC di rumah kami mengalami  kerusakan. Setelah gagal mencari penggantinya akhirnya saya bertemu  seorang ahli reparasi alat elektronik. Dia menawarkan remote dengan merk  ’aneh’. Lha, remote AC terkenal saja tidak bisa dipake untuk AC lain  kok dia malah menawarkan remote ecek-ecek. One remote, one AC. Tapi dia  berhasil meyakinkan saya soal ’tidak ada salahnya mencoba’. Daripada  kepanasan terus? Sampai di rumah, saya hanya perlu melakukkan ’setting’  sederhana. Dan...beerrrrrr AC itu hidup. Ajaib. Saya membaca manual  dalam kardusnya. Mengejutkan. Ternyata, remote AC itu kompatible dengan  1000  jenis AC! Hah? Disaat remote lain hanya cocok untuk satu tipe, remote  itu bisa ’nyambung’ dengan SERIBU jenis. Sama seperti kita. Ada yang  supel dan ada yang kuper. Dan orang-orang supel terbukti bisa lebih  sukses hidupnya. Melihat fakta itu, saya semakin ingin untuk menjadi  pribadi supel. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar menjadi pribadi supel, saya ajak memulainya dengan memahami 5 prinsip Natural Intelligence berikut ini: 
1.      Pergaulan memberi harapan perbaikan signifikan. Normalnya, kita tidak pernah merasa puas dengan apa yang saat ini kita dapatkan. Pendapatan  yang meningkat, misalnya, hanya akan berdampak beberapa saat. Seiring  berjalannya waktu, kita membutuhkan adanya ‘perbaikan’. Absurd sekali  jika kita mengharapkan perbaikan signifikan namun lingkup pergaulan kita  hanya disitu-situ saja. Karena lingkungan yang sama hanya akan memberi  Anda ‘delta’ normatif. Jika Anda mengharapkan perubahan yang  signifikan, maka Anda harus bersedia meraihnya dalam radius jangkauan  yang lebih besar. Banyak fakta yang menunjukkan orang-orang yang pandai  bergaul lebih berhasil dalam karirnya daripada mereka yang hanya sibuk  dengan kalangan terbatas. Ada begitu banyak peluang diluar sana. Namun  kita tidak bisa melihatnya jika hanya ‘beredar’ dalam lingkaran kecil  yang mengungkung keseharian hidup kita. Reach! Pergilah keluar dari zona  mungil kenyamanan Anda, lalu raihlah persabahabatan yang bisa lebih  mendekatkan diri Anda kepada kesuksesan yang lebih tinggi.  
2.      Setiap orang mengharapkan manfaat untuk dirinya.  What in it for me? Itulah pertanyaan yang selalu diajukan oleh setiap  pribadi. Termasuk Anda, saya dan mereka. Dalam setiap hubungan yang kita  bangun dengan orang lain selalu ada pertanyaan itu, baik secara  langsung ataupun tidak. Meski bernada egois, tetapi sesungguhnya hal itu  memiliki sisi positif. Saat orang mempertanyakan apa manfaat yang bisa  kita berikan kepada mereka, maka jiwa kita pun terpacu untuk melakukan  sesuatu yang bisa memberi manfaat. Dalam banyak  situasi, bahkan kehidupan kita bisa jauh lebih efektif ketika dituntut  oleh orang lain untuk melakukan sesuatu daripada mengharapkan motivasi  yang datang dari diri sendiri. Kita bisa menjadi pribadi yang jauh lebih  baik jika berteman dengan orang yang menuntut hal-hal terbaik dari diri  kita, misalnya. Sebaliknya, kita juga berhak untuk ‘menuntut’ manfaat  dari pergaulan yang kita bangun. Hanya saja, hendaknya dipastikan agar  kita tidak berfokus hanya kepada manfaat berupa materi belaka. Karena  manfaat sebuah pergaulan jauh melampui sekat-sekat kebendaan. Maka  lakukanlah sesuatu untuk orang lain. Dan harapkanlah sesuatu dari orang  lain. Karena setiap orang mengharapkan manfaat dari setiap hubungan yang  dibangunnya.  
3.      Brand terbaik adalah ‘diri Anda sendiri’.  Saya mengira hanya remote AC dengan brand tertentu yang bisa  menyelesaikan masalah saya. Ternyata tidak. Kesulitan saya mendapatkan  pengganti dari brand terkenal itu ternyata membawa hikmah berupa  pemahaman bahwa saya lebih membutuhkan ‘kebergunaan’, bukan sekedar  ‘brand’. Manusia juga begitu. Ada banyak orang top yang kita kenal. Dan  kita sering mengira bahwa kalau bisa bergaul dengan mereka, maka  efektivitas hidup kita akan menjadi lebih baik. Mungkin memang begitu.  Seperti halnya kalau saya mendapatkan remote yang sesuai brand itu.  Tetapi,  faktanya; orang-orang yang sudah ‘punya brand’ itu tidak selalu mudah  untuk dijangkau. Seperti remote branded yang saya cari, mereka tidak  selalu available. Saya justru menemukan kebergunaan yang jauh melampaui  harapan-harapan saya sebelumnya dari brand yang ‘tidak dikenal’. Bisa  jadi, sebenarnya kita juga bisa menemukan keberdayaan itu dari  orang-orang ‘biasa’. Maka mulai sekarang, mari bebaskan diri kita dari  kesilauan kepada nama besar yang tidak selalu bisa kita sentuh. Saatnya  mendekat kepada orang-orang biasa yang selalu ada untuk kita.  Sebaliknya. Kita juga bisa menjadi ‘seseorang’ yang berarti bagi orang  lain. Meski hanya dengan tindakan kecil, tetapi itu bisa menjadi  ‘sesuatu banget’ bagi mereka. Mengapa? Karena brand terbaik itu bukanlah  nama besar orang-orang terkenal. Tetapi brand yang tersusun dari  huruf-huruf yang membentuk nama Anda.
4.      Pergaulan heterogen lebih memperkaya khasanah kita.  Coba cek, orang-orang dalam jaringan Anda. Latar belakangnya,  profesinya, hobinya, dan faktor penanda lainnya. Apakah mereka lebih  banyak  kesamaan? Kita cenderung bergaul dengan orang-orang yang memiliki  kemiripan, atau bahkan menuntut adanya kesamaan. Padahal, kesempurnaan  hidup kita tidak dibangun oleh homogenitas. Efektivitas hidup kita  justru dibangun dari heterogenitas. Cobalah untuk menerima perbedaan dan  menggunakannya untuk saling mengisi dan berbagi. Jika Anda orang HRD,  misalnya, memang baik  bergabung dengan komunitas HRD. Karena dalam komunits itu kita bisa  saling belajar meningkatkan pemahaman tentang bidang yang kita geluti.  Tetapi, jika Anda juga bergabung dengan komunitas sales, misalnya. Maka  selain memahami prinsip-prinsip HRD, Anda juga memahami cara  menerapkannya untuk orang-orang sales. Sebaliknya, jika Anda orang  sales, bergabung dengan komunitas HRD membantu Anda untuk lebih memahami  bagaimana orang HRD menangani karyawan. Pemahaman masing-masing ini  bukan sekedar bisa membuat kita lebih sadar. Tetapi juga lebih  pengertian. Dan lebih dewasa dalam menyikapi segala sesuatu. Bagaimana  dengan bidang dan komunitas lainnya? Layak untuk kita coba masuki dan  jajaki.
5.      Pergaulan mempengaruhi baik dan buruknya kita.  Bergaul dengan tukang minyak wangi, membuat kita kebagian wanginya.  Bergaul dengan pedagang ikan, tentu membuat kita juga kebagian amisnya.  Dalam setiap interaksi yang kita bangun, pasti ada pertukaran energy.  Oleh sebab itu, penting untuk memperhatikan energy semacam apa yang  dipancarkan oleh orang-orang dalam jaringan Anda. Orang-orang yang sikap  atau perilakunya negatif, memancarkan energy negatif. Dan disadari atau  tidak, energy itu terus menerus terkirim kearah kita. Demikian pula  halnya dengan orang-orang yang berpikir, bersikap, dan berperilaku  positif. Energinya senantiasa mendatangi diri kita. Makanya, baik dan  buruknya diri kita juga sangat ditentukan oleh baik buruknya orang-orang  yang berinteraksi dengan kita. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya  untuk memilih siapa saja orang yang kita jadikan teman. Siapa yang harus  kita jadikan teman jika demikian? Penyebar energy positifkah atau  sebaliknya? Bergantung apa yang kita inginkan dalam hidup kita. Jika  kita ingin menjadi pribadi yang semakin hari semakin baik, maka  pilihannya hanya satu, yaitu; bertemanlah dengan orang-orang yang bisa  mempengaruhi, mendorong dan membantu kita untuk menjadi orang yang lebih  baik. Karena pergaulan kita, mempengaruhi baik dan buruknya diri kita.
Pergaulanlah yang menentukan  efektivitas hidup seseorang. Dengan kata lain, peluang orang-orang supel  (supelman) untuk menjadi pribadi dengan pencapaian istimewa (superman)  jauh lebih besar daripada para penyendiri (kuperman). Meski dengan  mengisolasi diri kita bisa membuat sebuah penemuan, namuan tanpa  pergaulan; penemuan itu hanya akan menjadi koleksi laboratorium belaka.  Tidak akan bisa memberi manfaat bagi dunia. Terlebih lagi di zaman ini.  Kita bahkan tidak bisa untuk tidak berkomunikasi. Kesempatan terserak  dimana-mana. Peluang bertebaran disetiap sudut hingga menembus  ruang-ruang pribadi kita. Sayang jika kita melewatkannya begitu saja.  Atau hanya sekedar selingan belaka. Ini adalah era dimana setiap pribadi  berksempatan untuk mengambil dan memberi manfaat melalui hubungan yang  bisa dibangunnya bersama orang lain. Bahkan dengan mereka yang hanya  bisa dijangkau dalam dunia maya. Saya  siap untuk belajar menjadi Supelman. Bagaimana dengan Anda?
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman –  7 Oktober 2011
Trainer “Natural Intelligence Leadership Training”  
Penulis buku ”Natural Intelligence Leadership” (jadwal terbit Oktober 2011)
Catatan Kaki:
Orang biasa yang supel lebih berpeluang untuk meraih perncapaian tinggi daripada orang hebat yang mengucilkan diri.
Silakan  di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung  saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai  tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya. 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar