Oleh: Dadang Kadarusman
Hore!
Hari Baru, Teman-teman.
Kita 
semua sudah mengetahui jika kepemimpinan itu berkaitan dengan usaha 
mencapai suatu tujuan melalui pengelolaan orang lain. Oleh karenanya, 
kinerja kepemimpinan sangat ditentukan oleh kinerja orang lain. Di sisi 
lain, kita juga menyadari bahwa ketika kita menggantungkan segala 
sesuatu kepada kinerja orang lain maka itu hampir sama artinya dengan 
menyerahkan control kepada orang lain. Jika orang lain melakukannya 
dengan baik, maka kinerja kita akan baik. Sebaliknya jika orang lain 
mengerjakannya dengan buruk, maka buruk pulalah hasil akhir dari 
pekerjaan kita. Makanya, tidak heran jika banyak pemimpin yang memilih 
untuk ‘mengerjakan sendiri’, karena tidak bisa mengandalkan anak buahnya
 menuntaskan pekerjaan penting. 
Sekarang,
 kita dihadapkan pada dua pilihan. Satu, mempercayakan pekerjaan penting
 kepada orang-orang yang kita pimpin dengan resiko keberhasilan akhirnya
 terletak pada ‘tangan mereka’. Dua, mengerjakannya sendiri dengan 
resiko kita terlibat dalam sedemikian banyaknya pekerjaan teknis. 
Tampaknya ini bukanlah pilihan yang selalu mudah. Buktinya, banyak 
atasan yang kesal karena tidak puas dengan kinerja bawahannya. Dan. 
Banyak juga atasan yang menghabiskan lebih banyak energy dan waktunya 
untuk melakukan hal-hal teknis ketimbang berfokus pada aspek-aspek 
strategis.
Pilihan 
nomor 2, hanya cocok untuk kondisi kritis. Misalnya, ketika pekerjaan 
mesti segera selesai padahal anak buah kita belum mampu 
menyelesaikannya. Pada saat itu, seorang pemimpin mesti turut 
menyingsingkan lengan baju. Namun – sekali lagi – hanya pada situasi 
kritis. Pada kondisi normal, seorang leader mesti mampu mengijinkan anak
 buahnya untuk mengatasi pekerjaan hariannya dengan sebaik-baiknya. 
Masalahnya, mereka belum bisa melakukan pekerjaan sehingga sang pemimpin
 belum bisa tenang hati tanpa campur tanganya. What should we do then?
Melatih
 dan mengembangkan mereka, sampai mereka benar-benar bisa ‘dilepas’ 
untuk bisa menangani pekerjaan secara mandiri dan berkualitas tinggi.
 Itulah jawaban dari pertanyaan tadi. Mari perhatikan kembali jawaban 
diatas. Jika kita cermati, ada tiga aspek penting yang terkandung 
didalamnya. Jika kita bisa memberikan perhatian kepada ke-3 aspek itu, 
maka kita akan bisa menjalankan roda kepemimpinan dengan lebih baik 
lagi. Apa sajakah ke-3 aspek itu? Mari kita bahas satu persatu.
Pertama, melatih.
 Practice makes perfect. Latihan itu membuat kita semakin terampil 
mengerjakannya. Makanya, jika seseorang belum juga mampu mengerjakan 
tugasnya dengan baik, maka kemungkinan besar orang itu tidak cukup 
melakukan latihan. Banyak lho, pemimpinan yang menuntut anak buahnya 
untuk bekerja dengan baik tapi tidak memberikan kesempatan untuk 
berlatih. Jika Anda rajin memberikan latihan  kepada anak 
buah Anda misalnya, hasilnya tentu akan berbeda dengan orang lain yang 
jarang – apalagi tidak pernah – melatih anak buahnya. Rajin-rajinlah 
melatih anak buah Anda. Maka mereka akan semakin terampil dalam bekerja.
Kedua, mengembangkan.
 Apa sih masalahnya dengan pengembangan? Masalahnya adalah; kita sering 
sudah merasa cukup jika anak buah kita sudah bisa mencapai target. 
Bahkan ada guyonan umum seperti ini;”Kalau target elo tercapai, tenang 
aja. Elo nggak bakal diusik-usik!” Tentu bagus jika team kerja kita bisa
 mencapai target. Namun, hati-hati dengan efek samping. Oh, apakah 
keberhasilan punya efek samping? Tentu. Efek samping itu bernama; cepat 
merasa puas. Kita sudah puas dengan tercapainya target. Padahal boleh 
jadi, kemampuan kita yang sesungguhnya masih jauh diatas itu. Tapi 
karena semua sudah tercapai, maka kita tidak mendayagunakan kemampuan 
yang belum terpakai itu. Disinilah fungsi penting seorang pemimpin dalam
 mengembangkan anak
 buahnya. Sebab, pencapaian target hanya akan menjadikan team kita 
rata-rata. Tetapi pengembangan, menjadikan mereka orang-orang yang 
unggul. 
Ketiga, kemandirian.
 Nilai kepemimpinan seseorang tidak diukur dari seberapa efektifnya 
suatu team kerja ketika atasannya sedang berada ditempat. Justru ketika 
atasannya sedang tidak ditempat; apakah team kerja itu masih efektif 
atau tidak. Mudah untuk menemukan team kerja yang bagus jika 
ditongkrongi oleh atasannya. Tetapi, team kerja yang bisa dipercaya. 
Memegang amanah pekerjaan. Menegakkan kedisiplinan di lingkungan mereka,
 sekalipun atasannya sedang tidak ada; ini masih sangat langka. Bisakah 
kita membangun asas kemandirian itu? Inilah salah satu ujian tertinggi 
dalam karir kepemimpinan seseorang.
Bagaimana dengan kualitas tinggi? Itu bukan prasyarat. Melainkan hasil yang bisa didapat seorang pemimpin yang mempunyai keterampilan memimpin
 yang tinggi. Singkatnya, kita bisa mengukur kualitas kepemimpin kita 
dengan 3 hal. Yaitu; bagaimana kita melatih anak buah kita, bagaimana 
kita mengembangkan mereka, dan bagaimana kita membangun kemandirian 
setiap anggota team. Mengapa demikian? Karena orang-orang yang hebat 
dalam sebuah team kerja, berkorelasi langsung dengan orang yang memimpin
 mereka. Jika hanya ada satu orang bagus dalam team itu, mungkin dia 
sendirilah yang memacu dirinya sendiri. Tapi jika semua anggota team itu
 bagus, maka jelas sekali jika pemimpinnya, memimpin dengan cara yang 
bagus. Jenis pemimpin seperti
 inilah yang akan bangga ketika ditanya; “Apa yang Engkau lakukan selama
 memimpin di dunia, wahai hamba-Ku?” Lalu jawabnya; “Lihatlah 
orang-orang yang bagus itu, Tuhanku. Itulah hasil karyaku selama aku 
memimpin mereka…..”
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
 
Catatan Kaki:
Jejak
 langkah seorang pemimpin terlihat dari kualitas pribadi seluruh anggota
 teamnya. Jika orang-orangnya bagus, pastilah pemimpinnya juga bagus.
Silakan
 di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung
 saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai 
tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya. 
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
DEKA - Dadang Kadarusman

Tidak ada komentar:
Posting Komentar