Jumat, 19 Oktober 2012

Personalism#4: Mengatasi Kolega Yang Buruk


Oleh:  Dadang Kadarusman

Hore!
Hari Baru, Teman-teman.
 
Keberadaan teman di kantor bisa menjadi penyemangat sekaligus tempat berbagi perasaan. Namun, manfaat seperti itu tidak akan didapatkan jika kita tidak berhasil membangun hubungan yang baik dengan kolega kita. Mungkin memang sangat jarang sekali ada sesama karyawan yang bertengkar di kantor. Namun, soal ‘perang dingin’ boleh jadi masih banyak yang mengalaminya di zaman perdamaian ini.
 
Ada begitu banyak alasan untuk berselisih dengan teman di kantor. Iri terhadap jabatan penting. Kesal soal pekerjaan yang dianggap tidak sama bobotnya. Cemburu pada kedekatan dengan atasan. Dan masih banyak hal lain yang bisa digunakan sebagai alasan untuk saling berseberangan. Bahkan, di lingkungan kita dikenal pula istilah ‘ilmu katak’, yaitu perilaku buruk seseorang yang gemar menginjak kebawah, menyikut kesamping dan menjilat keatas. Bagaimana seandainya Anda mempunyai teman seperti itu? Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar mengatasi kolega yang buruk, saya ajak memulainya dengan memahami dan menerapkan 5 sudut pandang Natural Intelligence (NatIn™), berikut ini:  
 
1.      Bangun reputasi pribadi yang tinggi. Salah satu ciri kolega yang buruk adalah mengatakan sesuatu yang tidak benar tentang orang lain. Makanya jangan heran jika kolega buruk Anda mengatakan keburukan Anda kepada orang lain. Namun, Anda tidak perlu khawatir hal itu akan berdampak buruk jika Anda sudah berhasil membangun reputasi yang baik. Orang-orang tidak akan dengan mudahnya percaya kepada ocehan seseorang yang mendiskreditkan Anda. Jika Anda dikenal sebagai orang yang berdisiplin dan tepat waktu – misalnya – maka orang sekantor tidak akan mudah percaya ketika ada seseorang yang menyebutkan jika Anda itu adalah orang yang tidak berdisiplin dan tidak tepat waktu. Bangunlah reputasi yang baik, maka nama baik Anda akan tetap terpelihara.
 
2.      Persembahkanlah kinerja yang tinggi. Tidak ada hal lain yang diharapkan oleh perusahaan dari para karyawannya melampaui kinerja tinggi yang bisa mereka berikan. Jika berkinerja tinggi, maka kita menjadi aset yang sangat berharga bagi perusahaan. Jarang ada yang mau ambil pusing dengan kehidupan pribadi seseorang selama dia bisa menunjukkan kinerja tinggi itu. Ketika ada orang yang mendiskreditkan pun, pengaruhnya masih bisa diabaikan. Bahkan sekalipun benar ada kekurangan yang dimiliki oleh orang itu, biasanya lebih mudah memakluminya. Beda sekali dengan orang yang berkinerja rendah. Ada berita miring sedikit saja sudah bisa menjadi besar dan boleh jadi hal itu digunakan untuk menyingkirkannya dengan mudah. Persembahkanlah kinerja yang tinggi, maka kolega buruk Anda tidak bisa mendiskreditkan Anda.
 
3.      Bangun hubungan yang baik dengan atasan. Kualitas hubungan dengan atasan sangat berpengaruh kepada karir seseorang. Terlebih lagi ketika sedang berurusan dengan kolega yang buruk. Atasan yang punya hubungan baik dengan kita biasanya lebih percaya kepada kita, sehingga beliau tidak mudah dipengaruhi oleh berita atau informasi negatif tentang kita. Bahkan, bisa saja beliaulah yang akan melindungi kita dari keusilan kolega yang buruk. Kolega yang buruk itu pun tahu persis jika hasutannya tidak akan berhasil. Kepada orang yang punya hubungan yang baik dengan atasannya, biasanya mereka tidak berani ‘macam-macam’. Bangunlah hubungan yang baik dengan atasan, maka Anda akan aman.
 
4.      Jadilah teman yang baik baginya. Kebanyakan orang menghindari orang-orang yang dianggap sebagai kolega yang buruk. Jika Anda mempunyai kolega yang buruk di kantor, justru saya menyarankan agar Anda menjadi teman yang baik baginya. Manfaatnya banyak. Minimal Anda bisa lebih memahami mereka, sehingga Anda tahu cara berpikir, tindak-tanduk, maupun muslihat mereka. Bahkan boleh jadi Anda bisa membantu mereka untuk membangun sikap yang positif dan belajar bersaing secara lebih sportif. “Rangkullah musuh-musuhmu,” begitu kan nasihat para ahli strategi perang? Rupanya strategi itu juga sangat ampuh untuk menghadapi kolega yang buruk di kantor. Selama tetap waspada, maka pertemanan yang Anda bangun dengan kolega yang buruk tidak akan bisa merugikan Anda.  
 
5.      Mawas diri. Sebentar dulu. Sebenarnya siapa sih yang menjadi kolega yang buruk itu? Teman kita? Atau justru kitalah yang menjadi kolega buruk bagi dia? Sifat merasa benar sendiri bisa menjadi pertanda jika kita juga bukanlah kolega yang baik bagi orang lain. Padahal, kebutuhan kita terhadap teman yang baik di kantor mesti diimbangi oleh kesediaan kita untuk juga menjadi teman yang baik pula bagi mereka. Jika tidak, maka hubungan itu akan berat sebelah. Dan jika kita yang menjadi penyebabnya, maka kitalah kolega yang buruk itu. Maka sebelum menunjuk hidung orang lain, bagusnya kita memeriksa hidung kita sendiri. Sebelum menuntut orang lain untuk menjadi kolega yang baik bagi kita, sebaiknya dipastikan terlebih dahulu bahwa kita sudah menjadi kolega yang baik buat mereka.
 
Mempunyai kolega yang buruk itu memang sangat menyebalkan, bagi orang yang mudah terpengaruh oleh keadaan itu. Tapi bagi yang mampu mengelolanya, keberadaan teman yang buruk sama sekali tidak merugikan. Sebaliknya malah bisa menjadi sarana untuk semakin mengasah keterampilan mengelola orang lain. Mempertinggi reputasi. Dan menguatkan hubungan dengan atasan. Jadi  – mulai sekarang – ubahlah sudut pandang terhadap kolega yang buruk di kantor. Karena boleh jadi, Tuhan sengaja mengirim orang itu agar kita bisa semakin memperindah kualitas kepribadian kita.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!

 
Catatan Kaki:
Kolega yang buruk hanya bisa memberi pengaruh buruk kepada orang yang berkepribadian buruk. Mereka yang baik, tidak akan pernah tercemar oleh keburukannya.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
Senin, 9 Juli, 2012 20:59
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar