Sabtu, 25 Februari 2012

Nakoda Kapal Kepemimpinan Anda

Oleh:  Dadang Kadarusman

Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Catatan Kepala:Seorang pemimpin mengutamakan kepentingan orang-orang yang dipimpinnya sebelum memenuhi tuntutan pribadinya sendiri.
 
Kenapa yah begitu banyak orang yang ingin menjadi pemimpin? Pertanyaan itu jelas sekali naifnya. Semua orang juga tahu kalau jabatan tinggi sama artinya dengan penghasilan tinggi. Fasilitas kelas atas. Dan tentu saja, privilege alias keistimewaan yang tidak bisa diperoleh mereka yang tidak memiliki kedudukan. Kita memang dikendalikan oleh cara pandang seperti itu. Makanya, ketika berhasil naik tingkat menjadi ‘pemimpin’, kita menuntut orang-orang untuk melayani kita. Padahal, kualitas kepemimpinan kita diukur dari seberapa banyak hal yang bisa kita lakukan untuk orang-orang yang kita pimpin. Bukan malah sebaliknya. Anda sendiri bagaimana? Apakah lebih banyak berbuat untuk orang-orang yang Anda pimpin? Atau justru merekalah yang melayani Anda?
 
Pada tanggal 14 Januari 2012, kapal pesiar Costa Concordia tenggelam. Dalam peristiwa tenggelamnya kapal mewah berpenumpang 4,000 orang itu  perhatian khalayak tertuju pada sebuah fakta yang sangat menarik, yaitu; Kapten kapal menyelamatkan dirinya sendiri sambil membiarkan para penumpang kalang kabut berjuang sendirian dalam kepanikan. Berbeda sekali dengan Kapten kapal Titanic yang tenggelam tanggal 14 April 1912. Sang kapten memilih untuk ‘tinggal’ didalam kapal bersama para penumpang yang tidak berhasil diselamatkannya. Kita, baru saja bercermin pada 2 pribadi yang memiliki posisi sama pentingnya sebagai pemimpin. Dan kita melihat 2 karakter yang bertolak belakang. Perusahaan atau team kerja yang kita pimpin, tidak ubahnya seperti sebuah kapal dimana kita adalah kaptennya. Ketika situasi perusahaan atau team kerja Anda sedang menghadapi tantangan besar, apa yang Anda lakukan? Tinggal dan berjuang bersama orang-orang yang Anda pimpin? Ataukah cepat-cepat menyelamatkan diri sendiri? Sebelum menjawabnya, ada baiknya untuk selalu kita ingat bahwa; seorang pemimpin mengutamakan kepentingan orang-orang yang dipimpinnya sebelum memenuhi tuntutan pribadinya sendiri. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar meningkatkan kualitas kepemimpinan, saya ajak memulainya dengan menerapkan 5 prinsip Natural Intelligence (NatIn™), berikut ini:  
 
1.      Kapalmu adalah hidup dan matimu.  Terkesan agak vulgar, memang. Namun begitulah kenyataannya. Ditengah samudera raya, hidup kita benar-benar bergantung kepada kondisi kapal. Jika kapal bagus, maka peluang kita untuk bisa sampai di tujuan sangat besar. Sebaliknya jika kondisi kapal kita buruk. Mungkin kita akan tenggelam ditelan lautan. Team kerja kita, adalah hidup kita. Hanya jika berhasil membangun team yang solid dan berkinerja baik kita bisa menyelamatkan karir kita. Kualitas seluruh anggota team itulah yang membangun reputasi kita sebagai kapten kapal sebuah gugus tugas. Jika reputasi kekaptenan kita baik, maka baiklah pula masa depan kepemimpinan kita. Namun, jika untuk kapal yang saat ini kita pimpin saja kita tidak bisa menakodainya dengan baik; mengapa top management harus percaya bahwa kita mampu menjadi kapten bagi kapal yang lebih besar dari itu? Maka masa depan karir kepemimpinan kita sangat ditentukan oleh kemampuan kita menakodai team yang ‘saat ini’ kita pimpin. Bukan oleh angan-angan kosong untuk memimpin team lain. So, fokuslah untuk membaguskan kepemimpinan kita di team ini. Karena team kerja yang kini kita pimpin itu adalah hidup dan mati kita sendiri.
 
2.      Jika kapal bocor, perbaikilah.  Jika kapal bocor, sebagian besar orang langsung berlari mencari-cari sekoci. Lalu berlompatan naik dan melarikan diri. Tak masalah jika orang lain berperilaku begitu. Kenapa? Karena mereka hanyalah penumpang di kapal kita. Pelanggan kita, misalnya. Jika memang kapal kita tidak bagus, mengapa mereka mesti bertahan bersama kita? Tetapi kita, adalah kaptennya. Percayalah, karir kapten kapal Costa Concordia itu akan berakhir tepat ketika pengadilan bisa membuktikan jika dia melarikan diri dari kapalnya yang tengah karam. Karir kepemimpinan Anda juga agar berakhir, begitu para pengambil keputusan mengetahui bahwa dimasa lalu; Anda pernah melarikan diri dari kapal bocor yang Anda nakodai.  Kapal bocor tidak selalu harus berupa likuidasi, atau dibubarkannya sebuah team kerja. Kebocoran itu bisa berupa ‘buruknya’ kinerja team kita. Atau kacau balaunya kerjasama dan kekompakan diantara mereka. Atau, keberadaan orang-orang yang susah diatur didalamnya. Sebagai pemimpin, kitalah yang bertanggungjawab untuk membereskannya. Ada banyak pemimpin yang gerah karena merasa tidak bisa mengatasi anak buahnya. Lalu meminta dipindahkan ke team lain yang dia kira akan lebih mudah menanganinya. Salah besar. Seorang kapten kapal yang pernah melarikan diri dari kapalnya, akan mengulangi perilakunya dikapal berikutnya. Dan seorang pemimpin yang pernah melarikan diri dari tanggungjawabnya, akan melakukan hal yang sama pada team lain yang dipimpinnya. Maka jika kapal Anda bocor, perbaikilah. Bukan mencari kapal lain untuk melarikan diri.
 
3.      Menjaga keselamatan anak buah kapalmu. Izinkan saya bercerita tentang Kapten Billy Tyne yang menakodai kapal penangkap ikan Andrea Gail, dalam film The Perfect Storm. Bersama kru profesionalnya mereka bertekad untuk menjelajahi wilayah yang tidak pernah terjamah. Susah. Namun disana banyak sekali ikannya. Setelah kapal diisi penuh oleh hasil tangkapan yang melimpah, mereka terjebak dalam sebuah badai yang benar-benar ‘sempurna’. Apa yang dilakukan kapten Billy Tyne? Sepanjang sisa waktu yang masih dimilikinya, dia berupaya keras untuk menyelamatkan anak buahnya. Kita masih sering mendengar atasan yang membiarkan anak buahnya terpuruk sendirian sementara mereka sendiri terus menerus membangun citra positif dihadapan atasannya yang lebih tinggi. Reputasi Billy Tine adalah seorang kapten kapal yang berdedikasi tinggi, bertanggungjawab dan piawai. Dia tidak membutuhkan pengakuan dari orang lain untuk mengukuhkan kualitas kepemimpinannya. Dia hanya butuh untuk terus membuktikan kepada dirinya sendiri dan orang-orang yang dipimpinnya bahwa; selama orang-orang itu menjadi tanggungjawabnya, dia bersedia melakukan apa saja untuk menjaga dan merawat serta menyelamatkan mereka. Jika kita masih mengkhawatirkan penilaian buruk dari orang lain atas kesalahan, kelemahan, atau kekurangan anak buah kita, maka mungkin kita tidak memiliki cukup reputasi atas kualitas kepemimpinan kita sendiri. Maka keberanian untuk menyelamatkan anak buah adalah salah satu indikasi kualitas kepemimpinan kita.
 
4.      Mampukan anak buah kapalmu. Memang sudah menjadi tanggungjawab atasan untuk melindungi dan menjaga anak buahnya. Namun, tidak berarti bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh anak buah harus ditolelir. Lantas, dimana batasannya? Tanggungjawab. Itulah yang tidak bisa kita pindahtangankan kepada bawahan. Namun, keterampilan dan kemampuan menangani tugas-tugas sulit mesti berani kita wariskan kepada mereka. Kelihatannya masih banyak pemimpin yang ingin agar ‘kesaktiannya’ tetap menjadi rahasia pribadinya. Makanya, jarang ada pemimpin yang mau mengajari, mendidik, membimbing, dan mengembangkan  bawahannya. Yang penting kerjaan beres. Bukan karena saya berprofesi sebagai seorang trainer sehingga saya berani menghimbau Anda untuk memberikan training-training berkualitas kepada anak buah Anda. Toh ketika posisi saya bukan trainer pun saya selalu berupaya untuk melakukannya. Jika Anda sanggup melakukannya sendiri, silakan lakukan. Atau mendayagunakan staf senior dalam team. Atau latih mereka untuk bisa saling mengembangkan. Sebagai pemimpinnya, ada kalanya kita memang harus berani meminta pengambil keputusan menyediakan budget untuk training-training yang berkualitas. Namun, jika budget itu sudah Anda dapatkan; tanggungjawab Anda berikutnya adalah memilih jenis pelatihan dan trainernya yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan. Dengan begitu, sebagai pemimpin Anda menjalankan tugas untuk memampukan orang-orang yang Anda pimpin.
 
5.      Berlayarlah ke laut yang bergelombang. Sudah berapa kali orang bijak mengingatkan kita bahwa pelaut ulung tidak lahir di laut tenang? Janganlah kita berbangga hati dulu hanya karena selama memimpin tidak pernah mengalami masalah yang berat. Jika semuanya berjalan mulus dan baik-baik saja, belum tentu itu karena kita handal menjadi nakoda kapal kepemimpinan kita. Mungkin sebenarnya karena kita tidak pernah merasakan bagaimana mengarungi samudera yang bergelombang. Ketika anak buah kita menyulitkan. Ketika ada yang menentang kebijakan yang kita tentukan. Ketika ada yang memprotes nota kedisiplinan yang kita tegakkan. Ketika ada anak buah yang bertanya;”Siapa lu? Berani menyuruh gua yang sudah pengalaman puluhan tahun disini?” Ketika semua orang tidak lagi memiliki semangat juang karena sudah selama bertahun-tahun berada dalam keterpurukkan. Ketika ditantang bagaimana bisnis unit yang rugi terus ini bisa diperbaiki. Ketika anak buah Anda mengadu kepada atasan yang lebih tinggi. Ketika berseliweran surat kaleng. Anda pernah mengalami hal-hal seperti itu? Jika belum, maka janganlah buru-buru memuji kehandalan diri sendiri dalam memimpin team. Karena pelaut ulung, tidak lahir di laut tenang. Jika Anda sedang menjalani ganasnya gelombang itu, maka teguhkan hatimu menjalaninya. Tahu kenapa? Karena tidak ada pemimpin ulung yang lahir dari kerumunan penurut atau masalah yang mudah diatasi.
 
Mungkin ada orang yang merasa jika artikel ini tidak cocok bagi dirinya karena saat membacanya, dia belum memiliki anak buah. Mungkin sekarang posisi Anda seperti anak buah kapal. Mengerjakan segala sesuatu, atas petunjuk atau perintah atasan. Keliru. Jika Anda mengira prinsip kepemimpinan ini hanya cocok untuk mereka yang sudah mempunyai anak buah. Kenapa? Karena seperti bait-bait kalimat yang bisa Anda baca dalam buku “Natural Intelligence Leadership” (NatIn™), kita tidak bisa lari dari fakta bahwa; setiap orang adalah pemimpin. Setiap pemimpin akan dimintai pertanggunjawaban. Apakah dia memimpin dengan baik. Ataukah dia memimpin dengan buruk. Maka, kepada setiap pribadi, artikel ini kami dedikasikan….
 
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman  20 Februari 2012
Author, Trainer, & Public Speaker of Natural Intelligence
 
Catatan Kaki:
Kepemimpinan itu tidak terkait langsung dengan jabatan. Faktanya, ada pejabat yang bukan pemimpin, dan ada pemimpin yang tidak menjabat, bukan?
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya. 
 
Senin, 20 Februari, 2012 00:11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar