Jumat, 24 Februari 2012

Senjakala Berhala-berhala

Oleh: Andre Vincent Wenas

“At other times another means of recovery which is even more to my taste, is to
cross-examine idols. There are more idols than realities in the world: this
constitutes my 'evil eye' for this world: it is also my 'evil ear'. To put
questions in this quarter with a hammer, and to hear perchance that well-known
hollow sound which tells of blown-out-frogs...” - Friedrich Wilhelm Nietzsche,
Twilight Of The Idols, Turin, 30 September 1888.

***

     Cara lain buat sembuh yang lebih cocok dengan seleraku adalah melakukan
uji-silang (cross-examine, mendiagnosa) berhala-berhala (idola-idola). Di dunia
ini ada lebih banyak berhala (idola, citra) daripada realitas: itulah yang saya
pelajari dari mata usilku terhadap dunia, pun pula dari telinga ku yang juga
nakal. Di dunia ini pula kutanyai dengan pukulan-pukulan palu (seperti palu
oskultasi dokter atau martil penyetem piano) dan siapa tahu bisa kudengar
‘suara-kembung’ yang terkenal itu, yang ternyata menunjukkan kenyataan yang cuma
seperti katak menggelembungkan dirinya sendiri (supaya ditakuti oleh ular yang
mau memangsanya).

     Perekonomian Indonesia sedang “Buble”? begitu pertanyaan Chief Economist
Danareksa Research Insitute, Purbaya Yudhi Sadewa (Kompas, 19 April 2010).
Kesimpulan beliau bernada optimis, bahwa pertumbuhan yang dicerminkan lewat IHSG
yang sempat menembus angka 2.900 ini memang berbasis perbaikan fundamental
ekonomi (internasional maupun domestik). Sektor riil internasional yang
terindikasikan lewat penciptaan lapangan kerja di AS (sampai Maret lalu telah
menyerap 162.000 orang) merupakan angka tertinggi dalam tiga tahun terakhir.
Ekspor Indonesia naik 59% dari $7,28 miliar pada Januari 2009 jadi $11,57 miliar
di Januari 2010. Kinerja ekspor bulan Februari 2010 juga sangat menjanjikan,
naik 57% dari $7,13 miliar jadi $11,53 miliar. Berita baiknya, sebagian besar
ekspor Indonesia berangkat dari sektor industri pengolahan (manufaktur), jadi
dari sektor riil.

     Indikasi fundamental lainnya seperti pertanian (termasuk peternakan,
kehutanan, dan perikanan) tumbuh 4,1%, pengolahan (manufaktur) tumbuh 2,1%., dan
perdagangan (termasuk hotel dan restoran) tumbuh 1,1%.  Pertumbuhan sektor
perdagangan rendah lantaran terpuruknya perekonomian global tahun 2009 yang
telah melesukan kegiatan perdagangan dunia dengan cukup signifikan. Ketiga
sektor di atas  menjadi imperatif bagi fundamental perekonomian lantaran
ketiganya menyerap hampir 73% pangsa tenaga kerja di Indonesia (pertanian 39,7%,
perdagangan  20,9% dan pengolahan 12,2%). Namun terlepas dari optimisme ini,
pertanyaan di atas tetap perlu terus didengungkan, apakah perekonomian Indonesia
sedang ‘buble’?

***

     Goldman Sach dituding merugikan investornya sekitar $1 miliar. Gara-gara
CDO (collateralized debt obligation) atau surat utang berjaminan kumpulan surat
utang lain yang memang ‘dikehendaki’ untuk gagal sehingga didesain sedemikian
rupa (rumitnya…sehingga terlihat canggih dan …saintifik) sampai nampak
logis-rasional di mata investornya. Kelicikan ini disinyalir Harian Kontan (19
April 2010) boleh jadi merupakan biang kegagalan produk derivatif utang lain.
Menyitir Robert Khuzami, Enforcement Director SEC yang mengakui bahwa produk CDO
ini memang baru dan kompleks,  “Namun akal-akalan dan konflik kepentingan yang
ada di dalamnya sebenarnya kuno dan sederhana.”

     Inti soalnya memang sederhana,  Goldman Sach melansir produk ABACUS yang
termasuk kategori CDO karena underlying-asset-nya kredit berbau subprime.
Konflik kepentingannya adalah: Fabrice Tourre, vice president Goldman Sach sang
perancang produk mengundang Paulson & Co jadi advisor untuk memilihkan
asset-aset yang bakal jadi portfolio ABACUS. Padahal Paulson punya posisi
berlawanan dengan CDO itu, dan bahkan memprediksi harga asset berbasis subprime
itu akan jatuh. Sehingga Paulson malah memasang posisi short (jual) di CDO
tersebut. Sederhananya, Paulson ‘melawan’ produk di mana ia terlibat dalam
pembuatannya.

     SEC (security exchange commission) memperkirakan, dari aksi curang ini,
Paulson & Co meraup untung $1 milyar, persis dengan jumlah kerugian para
investor Goldman Sach. Dosa ganda Goldman Sach adalah: mengadali investornya
(ada konspirasi-curang atau kolusi di belakangnya), dan tidak jujur dalam
memasarkan produknya (penipuan).

***

     Di penghujung abad ke-19 Nietzsche, seorang pemikir yang sangat kritis dan
sangat berani, telah menawarkan suatu cara berpikir (dan sekaligus bertindak)
agar tidak berhenti pada gejala permukaan, suatu genealogi-nitzschean. Seperti
dipaparkan A. Setyo Wibowo (Friedrich Nietzsche,1844-1900: Guru Pencuriga Dengan
Metode Genealoginya, Januari 2010), genealogi-nitzschean ini memang bermaksud
bukan cuma mencari asal-usul historis sebuah nosi/konsep/teori/kekuasaan namun
juga sebuah “letak” di mana apa-apa yang ideal dan teoritis diproduksi,
membentuk dirinya dan membenarkan dirinya. “Genealogi bermain dalam tegangan
antara ‘permukaan’ (ideal-ideal) dan ‘kedalaman’ (yang tidak tampak, namun
menentukan permainan permukaan yang menampak). Analisis ini akan menunjukkan
bahwa sebuah permukaan (misalnya saja bernama ‘moral’) tidak pernah secara
eksplisit mengatakan sepenuhnya apa yang mau ia katakan. Genealogi-nitzschean
berusaha menunjukkan bahwa di balik ‘penampakan’ yang secara naif kita saksikan,
ada sesuatu yang lain yang bekerja yang kadang justru tidak koheren dengan
‘penampakan’ yang terungkap.”

***

     Hidup di tengah budaya yang menyanjung berhala-berhala (idola, citra,
tanda) memang jadi dangkal, akibatnya gamang dan mudah terombang-ambing
kepalsuan. Kita perlu latihan untuk membaca realitas, apa adanya. Untuk itu
memang perlu gigi yang kokoh dan perut yang kuat. Dengan mau mengunyah dan
mencerna realitas (yang kerap sangat alot) sedemikian, membuat kita bisa semakin
mengerti diri kita sendiri yang otentik. Senjakala berhala-berhala adalah
terbenamnya kepalsuan dan terbitnya otentisitas.


-------------------------------------------------


STRATEGIC MANAGEMENT SERVICES


Catatan:  Artikel ini telah dikontribusikan di Majalah MARKETING  sebelumnya oleh Kontributor milis/Blog TMI. Untuk itu segala hal yang menyangkut sengketa atas Hak atas Kekayaan Intelektual, menjadi tanggung jawab Kontributor)


Jumat, 17 Februari, 2012 02:44

Tidak ada komentar:

Posting Komentar