Oleh:  Hadi Poernomo
Peluang Bisnis Yang Sangat Menjanjikan
A. TUKANG PARKIR
Modal: Nol, yang penting berani malu dan tahu lokasi strategis.
Penghasilan:
Jika diasumsi bahwa :
1.. Parkir mobil: Rp 1,000/ mobil/ jam
2.. Parkir motor: Rp 500/ motor/ jam
Maka jika diasumsikan Anda bekerja 8 jam sehari di mana tempat parkir
Anda dapat memuat 20 mobil atau 40 motor, maka
Anda akan memperoleh:
8 jam x 20 mobil x Rp 1,000 = Rp 160,000/ hari.
Jika Anda bekerja 26 hari perbulan, maka penghasilan Anda menjadi
Rp 160.000 x 26 hari = Rp 4,160.000/ bulan (bebas pajak).
Keuntungan yang diperoleh :
1.. Bebas pajak
2.. Jam kerja tidak mengikat
3.. Masih bisa mengerjakan pekerjaan sambilan (jualan rokok di warung)
4.. Tingkat stress rendah
5.. Tidak beresiko. Kalau pun ada (klaim, tuntutan karena kendaraaan yang diparkir hilang / rusak), tinggalin ajah.
B. PENGAMEN
Modal : Gitar, kencrengan, atau nol sama sekali. Yang penting berani malu.
Penghasilan :
Tergantung  tempat dan sasaran. Jika sasaran yang dituju adalah mobil angkot  mungkin bisa lebih besar. Jika diasumsikan tempat yang dituju adalah  lampu merah dengan durasi 2 menit, dan pendapatan Rp 300/ angkot, dan  bekerja 8 jam, maka:
8 jam x (60/ 2 menit) x Rp 300 = Rp 72.000/ hari.
Jika bekerja 26 hari perbulan, maka pemasukan minimum yang diperoleh adalah : Rp 72.000 x 26 hari = Rp 1.872.000.
Keuntungan yang diperoleh :
1.. Bebas pajak
2.. Waktu kerja tidak mengikat
3.. Tidak butuh keahlian. Cuap-cuap tanpa suara pun pasti dapat.
4.. Stress nyaris tidak ada. Justru bisa menghibur diri.
5.. Tidak beresiko, asal hati-hati kalo menyeberang atau mengamen di tengah jalan ramai.
6..  Jika gesit (misalnya dalam satu durasi lampu lalu lintas dapat  menyambangi 2-3 angkot), penghasilan bisa meningkat 2-3 kali lipat.
C. TUKANG BERSIH-BERSIH KACA MOBIL
Modal : Kain rombeng, pembersih bulu ayam, busa dan sabun detergen
Penghasilan :
Nyaris  sama dengan pengamen, malah dapat 3-4 kali lipat, karena dalam 1 durasi  lampu lalu lintas, dapat menyambangi 5-10 mobil sekaligus, tergantung  kegesitan kerja.
> Keuntungan yang diperoleh :
> 1.. Bebas pajak
> 2.. Waktu kerja tidak mengikat.
> 3.. Tidak butuh keahlian. Yang penting kerja cepat saja.
> 4.. Hasil kerja bukan tujuan akhir.
> 5.. Tingkat stress tidak ada.
D. PENGEMIS
Modal : Baju kusut, dekil, dan tidak mandi seminggu. Dan yang terutama: berani malu!
Penghasilan :
Tergantung kemampuan menarik hati orang. Semakin memelas, maka penghasilan semakin besar.
Pada  tahun 1997, seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi swasta Jakarta  pernah mengadakan penelitian dan menemukan bahwa seorang pengemis di  Jakarta rata-rata mampu mengumpulkan Rp 500.000 perhari, atau Rp 15 juta  perbulan.
Bahkan baru-baru ini ada seorang ibu asal Garut yang  mengakui di sebuah media Bandung, bahwa dengan menjadi pengemis selama 1  bulan saja, dia telah mampu pulang kampung dengan membawa Baleno  keluaran terbaru yang bernilai 200-an juta rupiah, plus oleh-oleh untuk  keluarga di kampungnya.
Sebuah hasil yang luar biasa. So jangan heran  bahwa pekerjaan menjadi pengemis primadona banyak orang yang datang ke  kota-kota besar.
Keuntungan yang diperoleh :
> 1.. Bebas pajak
> 2.. Waktu kerja tidak mengikat
> 3.. Hanya butuh keahlian menarik hati orang.
> 4.. Tingkat stress tidak ada
> 5.. Dapat prioritas pertama dari Pemerintah kalo ada program bantuan bagi kaum dhuafa.
Nah, Anda berminat dengan peluang-peluang bisnis yang luar biasa ini?
Always eager to achieve happiness in life together in peace
Hadi Poernomo
Senin, 12 September, 2011 16:57
========== ============
DISKUSI: 
 
1.  Muhammad Sri Sadono:
Dear Bung Mods,
Entah pak Hadi ini serius atau bergurau, tapi e-mail ini sungguh sangat tidak layak dibroadcast.
Kalaupun Pak Hadi niatnya bergurau, gurauannya sungguh sangat tidak lucu. 
Sementara kita berusaha keras "membantu" pemerintah membukakan lapangan  pekerjaan untuk saudara-saudara kita yang kurang beruntung, ini pak  Hadi malah memprovokasi orang untuk mengambil profesi yang tidak layak.
Lain kali mohon difilter dengan serius karena milist ini tempat  bertukar pengetahuan yang bermanfaat, tempat berbagi semangat, peluang,  dan harapan.
Jangan sampai milist yang sudah susah payah didevelop dan mulai dapat nama ini jadi milist sampah.
Maaf jika kritik saya tajam.
M Sri Sadono
PT Sempurna Sukses
Consumer Goods Specialist
Senin, 12 September, 2011 23:04
============= =========
2.  Adriansyah Hermawan Sutejo:
Email  dari Sdr. hadi Pornomo sungguh tidak bermartabat, tidak membangun  bangsa yg cerdas bahkan merusak moral bangsa yang kurang edukatif.  makanya banyak metal orang indonesia cenderung lemah ... inginnya enak  tidak mau kerja keras .... Huffff
Senin, 12 September, 2011 23:12
========== ============
3.  Eko Kantor:
Kalau  sy melihat email beliau itu sbg challenge. Bgmana kita para pengusaha  dituntut utk berkiprah utk meminimalkan/menghapuskan "profesi/peluang yg  menjanjikan tsb".
Kita buka lapangan kerja buat mrk2, secara  perlahan kita ajak utk sesuatu yg lbh positif dr pada pekerjaan yg  dianggap oleh sbgian org sbg pekerjaan org2 malas.
Regards
-̶̶•-̶̶•̸Ïž•̸Thank You•̸Ïž•̸-̶̶•-̶ 
Eko
Senin, 12 September, 2011 23:38
============== ========
4.  M Yanto:
Langkah kedua, jangan beramal di jalan, bukalah lapangan kerja, gajilah prt, tukang, tukang ketoprak dll dengan layak.
MYAnto
Senin, 12 September, 2011 23:48
================= =====
5.  Abdurrachman Miladdina:
Saya  setuju dengan ide Pak Eko, sebetulnya apa yang di paparkan oleh pak  Hadi tidak semuanya buruk, akan tetapi itu adalah paparan fakta yang  kita temui bukan hanya di kota-kota besar saja tapi juga hampir  diseluruh pelosk negri.
yang  perlu masyarakat terutama pengusaha tindak lanjuti adalah bagaimana  melakukan bukan hanya memberikan lapangan kerja bagi para personal  berpendidikan tapi juga personal yang cerdik, unik, dan berdaya juang  tinggi seperti mereka, dimana ditengah keterbatasan pendidikan dan  ekonomi yang mereka peroleh, masih bisa mengais rupiah dari kantong2  kita.
Thanks & Regard
Senin, 12 September, 2011 23:49
========== ============
6.  Anjar Budi:
kalau  menurut saya apa yang disampaikan oleh pak Hadi Poernomo adalah  gambaran reality di lingkungan sekitar kita, bukannya mengarahkan kita  untuk memilih pekerjaan tersebut tetapi malah membukakan kita kenapa  banyak orang memilih jadi juru parkir, pengemis ataupun ngamen. 
Apabila kita pernah bertanya kepada yang mempunyai profesi tersebut  kenapa memilih pekerjaan itu, saya yakin pasti jawabannya "ga ada  kerjaan lain pak atau mungkin mau kerja apa pak".
Bila kita punya lapangan kerja, saya yakin mereka mau menerima pekerjaan tersebut bila kita menawarinya.
Kesimpulan saya, postingan pak hadi bukan untuk merendahkan martabat  yang mempunyai profesi tersebut akan tetapi membukakan mata kita bahwa  lapangan kerja yang belum merata.
Sebagai contoh juru parkir,  baik di kota maupun didaerah juru parkir malah resmi dari pemerintah  daerah setempat atau mungkin perusahaan swasta yang mengelola parkiran  mall. Baik pria ataupun wanita mereka bekerja di perusahaan swasta  tetapi hanya sebagai juru parkir di mall.
Apakah rendah pekerjaan jukir tersebut??
Saya rasa PR kita semua untuk membuka lapangan kerja sebanyak banyaknya  bila kita tidak ingin melihat pengemis atau pengamen dijalanan
Salam
Anjar Budi
Selasa, 13 September, 2011 00:12
========== =============
7.  Dono Prihadi:
Menurut  saya tidak ada pekerjaan yang rendah dan hina, sepanjang profesi itu  ditekunin dengan serius dan pa Hadi sangat informatif serta layak dan  pantas untuk memberitakannya atau sharing dalam forum dan media ini.
Kenapa  harus malu kalau memang bangsa ini situasinya saat ini memang seperti  ini dan kalian yang mengaku sedang membangun bangsa dengan memberikan  peluang kerja, coba ukur dan hitung efektifitasnya, memadai kah???
Pointnya  adalah Pemerintah dan negara saja yang mempunyai power dan  tanggungjawab tidak mampu mengatasi hal ini, apalagi ente-ente yang  ngomong sebagai entepreneur membuka kesempatan kerja untuk mereka, maaf  itu penyataan yg BS.
Saya sering bepergian ke Pulau Bangka dan  Belitung, dan saya tidak pernah menemukan pengemis, tukang lap kaca  mobil, dll. , kenapa demikian?? Karena mereka tidakpunya profesi seperti  itu dan kebanyakan profesi itu hanya di daerah tertentu. Coba cek di  Wonosari atau Mojokerto, juga tiidak ada tuh Pengemis, tukang lap kaca  mobil.
Jadi saya tidak merasa terhina apabila pa Hadi memuat  hal seperti itu dan bahkan ia menggugah sanubari ente-ente yang mengaku  entepreneur untuk lebih membuka cakrawala agar sadar bahwa ini lho  keadaan kota besar terutama di pulau Jawa dan beruntung lah ente-ente  yang juga aslinya bukan dari Jakarta ato kota besar tidak memiliki  profesi ini karena nasibnya lebih baik, jadi jangan sia-sia kan keadaan  yg lebih baik ini untuk hidup mu kelak dan jangan lupa untuk berbagi  rejeki dengan mereka yang kurang beruntung.
 
Salam Damai,
Dono Prihadi
Selasa, 13 September, 2011 00:12
========== =============
8.  Nugroho Setiatmadji:
Managers
Bandingkan petugas parkir sama pak Ogah yang memungut jasa putar balik kendaraan di jalan.
Mungkin  tidak edukatif, namun di sinilah letak keadilan. Ada seorang bantu  pengendara agar lancar dan dia dapat upah ala kadarnya. Sosialisme a la  Nusantara.
Menurut hemat saya kita tidak perlu kaku. Malah seyogianya mampu menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya.
Terima kasih untuk berbagi pendapat.
Salam
Nugroho S
Konsultan jasa kehumasan & Penerjemah
Selasa, 13 September, 2011 00:43
============== ========
9.  Ali  Purwantoro  M:
Dear Managers,
Ulasan yang sangat jeli dan menarik untuk di cermati.
Ini adalah fakta2 kehidupan sehari-hari di dalam lingkungan kita.
apakah kita sudah bisa menjadi bagian untuk merubah itu semua??
apakah ini bisa menjadikan diri kita lebih bisa mensyukuri apa yang sudah kita dapat??
apakah kita bisa melihat dari posisi kita saat ini kebawah-keatas-kesamping??
apakah kita sudah belajar dari mereka??
apakah betul mereka tidak ada organisasinya/terorganiser??
dan sebetulnya masih banyak lagi apakah dalam benak saya.
Jujur saja kadang saya tidak mau kasih uang untuk para Gepeng yang ada di sekitar saya,
bukan karena saya tidak mampu, tapi saya tidak ingin mereka ada di jalanan selamanya.
marilah sama2 kita perbaiki mental dan moral bangsa kita, kalau bukan saya, kita, anda, lantas siapa lagi??.
jangan biasakan memberi gepeng di jalanan, ini sudah bisa mengurangi mereka sedikit demi sedikit.
Merdekalah bangsaku!!!
Salam,
Ali P.
Selasa, 13 September, 2011 01:15
============== ========
10.